Empat

13.8K 801 14
                                    

     Rasanya aku masih tak percaya dengan apa yang diucapkan mba Dira, apa benar setiap malam Ayah datang ke kamarku saat aku sudah tertidur. Kenapa harus disaat aku tidur? Apa Ayah tak mau bicara padaku? Saat Sibuk dengan pikiranku sendiri, aku mendengar derap langkah menuju kamarku. Apa itu Ayah? Tepat saat pintu terbuka aku memutuskan untuk pura-pura tidur, aku takut Ayah akan pergi jika melihat aku masih terjaga. Kudengar langkah itu semakin dekat, kasur ku pun sedikit berderit menandakan ada seseorang yang duduk di tepinya.

     " Bagaimana keadaanmu hari ini Nak ? "

Benar, itu suara Ayah.

     Aku merasakan usapan lembut di kepalaku "maafkan Ayah yang hanya bisa melihatmu ketika kamu sudah tidur, Ayah tidak sanggup menemuimu karena Ayah merasa bersalah atas peristiwa yang menimpamu.. seharusnya Ayah langsung bertindak ketika mengetahui niat Aris yang hanya ingin mempermainkanmu, tapi yang Ayah lakukan malah menawarinya sejumlah uang, itu pasti malah membuatnya semakin ingin memanfaatkanmu. Maafkan Ayah sayang, maaf karena Ayah tidak bisa melindungimu.." suara Ayah bergetar disusul dengan isakan tertahannya.

Ayah menangis

Tidak.....

Ayah tidak bersalah,

Akulah yang bersalah pada Ayah selama ini

Maafkan Diza Ayah

     Kata-kata itu hanya sanggup kuucapkan dalam hati, aku tidak berani. Benar, aku memang pengecut.

     Ayah masih belum beranjak dari kasurku, apa ada sesuatu yang mau dia katakan lagi.

     " Kamu itu yang paling mirip dengan Ayah. Kamu inget ngga, dulu Kita sering banget tanding basket dan kamu selalu kalah dari Ayah, tapi pada saat pertandingan terakhir kita, kamu berhasil menang. Saat itu Ayah lihat kamu sangat berambisi untuk mengalahkan Ayah karena kamu marah pada keputusan Ayah untuk menikahi Inggrid. Sebenarnya Ayah pun tak berniat untuk menikah lagi setelah bundamu meninggal tapi Ayah juga tidak bisa tidak memenuhi permintaan terakhir bundamu. Bunda tidak mau kalau kalian hidup tanpa kasih sayang seorang Ibu apalagi usia kalian masih remaja, untuk itu bunda meminta Ayah menikahi Inggrid yang dianggapnya cocok menjadi Ibu kalian. Dan Bundamu ternyata benar, selama ini Inggrid sudah menjalankan perannya dengan baik. Dia merawat kalian dengan penuh kasih sayang, dia bahkan memberi kalian seorang adik laki-laki yang lucu. Tapi ternyata sampai sekarang kamu masih belum bisa menerima kehadirannya."

     Aku terkejut mendengarnya, jadi ini permintaan terakhir bunda. Dan aku menentangnya...

     "Kamu harusnya percaya pada Ayah, takkan pernah ada yang bisa menggantikan bunda di keluarga kita terutama di hati Ayah. Tapi Ayah mohon, walau bagaimanapun sekarang Inggrid adalah istri Ayah dan Ibu dari adik kamu. Berilah dia kesempatan, dia sangat menyayangi kalian seperti anak kandungnya sendiri."

     Usai menjelaskan semuanya Ayah bangkit dari kasurku dan mulai melangkah menjauh dariku, mataku terbuka menatap punggungnya.

     " Ayah....... "

     Aku langsung berlari menghampirinya, memeluk tubuhnya dari belakang sambil menangis.

     " Maafin Diza Yah, selama ini Diza udah salah paham sama Ayah. Diza udah denger semua yang ayah katakan. Diza minta maaf.... Diza sayang sama Ayah..."

     Ayah berbalik dan memelukku dengan erat "Maafin Ayah juga sayang, selama ini Ayah sudah bersikap keras sama kamu."

     Akhirnya malam ini aku berdamai dengan hatiku, kebencian yang selama ini tertanam dihatiku menguap entah kemana. Aku pun bisa merasakan kehadiran bunda di sekitar kami.

GadizaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang