Tiga

13.5K 809 12
                                    

Nadira POV

     Terlahir sebagai anak pertama dari tiga bersaudara mau tak mau membuat jiwa kepemimpinanku muncul dengan sendirinya, apalagi salah satu adik perempuanku -Gadiza- yang usianya terpaut empat tahun dibawahku memiliki watak yang keras, aku harus bersabar menghadapinya. Sebenarnya Gadiza adalah sosok yang menyenangkan, hanya saja semenjak bunda meninggal delapan tahun yang lalu disusul pernikahan kedua Ayah dengan tante Inggrid, Diza berubah menjadi pembangkang. Pernikahan Ayah dengan tante Inggrid ditentang habis-habisan olehnya bahkan setelah kelahiran Rasya setahun kemudian belum juga meluluhkan hatinya, usia Diza yang kala itu masih 13 tahun dan masih labil mungkin penyebab ketidakrelaannya atas hadirnya tante Inggrid di dalam keluarga kami, dia merasa Tante Inggrid telah merebut posisi Almarhumah Bunda di hati Ayah kami. Dan yang lebih menyedihkan lagi Diza semakin jauh dari Allah, dia tidak lagi menunaikan shalat padahal sejak kecil kami dibesarkan di lingkungan yang cukup religius. Ayah dan Bunda selalu menanamkan norma-norma Agama dalam kehidupan sehari-hari. Semakin dilarang maka semakin pula membangkang, itulah Gadiza putri Indrayana. Berbeda dengan Ayah yang menunjukkan sikap kerasnya dalam mendidik Diza, aku lebih memilih menggunakan cara yang halus untuk menyadarkan Diza dan mengembalikannya ke jalan yang diridhai Allah.

     Setiap harinya, setiap malam aku menyelinap ke kamarnya dan meletakkan jam weker yang sudah ku setting alarmnya untuk waktu shubuh. Berharap dia bangun dan ikut shalat berjamaah denganku, tapi ternyata caraku belum berhasil. Dia selalu saja melempar jam weker itu hingga bentuknya menjadi tak beraturan dan setelah itu kembali melanjutkan tidurnya, begitulah yang terjadi setiap harinya. Tapi aku tidak akan menyerah, aku akan terus berusaha.

●●●

     Duka itu datang, malapateka menimpa keluarga kami. Malam itu, malam dimana aku absen menyambangi kamar Diza seperti biasanya karena sudah terlalu lelah akibat aktivitas mengajar yang padat. Baru beberapa menit aku memejamkan mata, aku mendengar suara-suara aneh yang bersumber dari kamar sebelah yang merupakan kamar Diza. Merasa curiga akhirnya aku terpaksa bangun dan berjalan menuju kamarnya, tapi yang kutemui kamar itu tak berpenghuni. Gadiza keluar rumah secara diam-diam lewat jendela kamarnya, terbukti dengan jendela kamarnya yang terbuka dan seutas tali tambang yang terulur hingga ke bawah. Kemana perginya Diza? Apa aku harus memberitahukannya pada Ayah? Ayah pasti akan marah dan menghukum Diza? Tapi bagaimana kalau terjadi sesuatu yang buruk pada Diza? Segala pertanyaan itu berkecamuk di kepalaku hingga membuatku tak dapat berpikir tenang. Kucoba menghubungi ponselnya tapi ponselnya tidak aktif, ini pertama kalinya Diza keluar rumah secara diam-diam seperti ini. Aku benar-benar cemas. Ya Allah.... lindungilah adikku dari segala hal buruk, jauhkan dia dari orang-orang yang berniat jahat.

     Satu jam berlalu tapi belum ada kabar dari Diza, ponselnya masih tidak bisa dihubungi. Aku juga sudah menghubungi beberapa temannya tapi mereka semua tidak tahu keberadaan Diza saat ini. Aku semakin panik, apalagi jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, tidak mau menunggu lebih lama lagi aku berlari ke kamar Ayah dilantai bawah. Sama halnya dengan diriku, wajah Ayah langsung memucat tapi aku sedikit heran kenapa Ayah malah menghubungi Alex, informan yang jasanya sering digunakan Ayah saat ada penggelapan dana di Perusahaan. Apa hubungannya Alex dengan menghilangnya Diza malam ini?? Apa ada seseorang yang berniat jahat pada Diza yang tidak kuketahui tapi Ayah mengetahuinya??

Ya Allah......

Aku hanya bisa berdoa semoga keadaan Diza baik-baik saja.

●●●

     Entah informasi apa yang disampaikan Alex sampai-sampai aku dan Ayah harus pergi ke suatu tempat, dan yang mengejutkan tempat itu adalah sebuah club malam. Tempat berkumpulnya orang-orang melakukan hal-hal maksiat, tidak mungkin Diza ada disana. Meskipun sikap Diza tidak baik tapi aku yakin Diza tidak akan pergi ke tempat ini karena dia paling tidak tahan dengan asap rokok. Tapi kalau ternyata Diza benar-benar ada disana itu artinya Diza sudah bertindak diluar batas. Ayah yang sejak tadi tak bicara akhirnya angkat suara "Dira, kamu tunggu di mobil saja..! Ayah dan Alex akan masuk ke dalam mencari Diza." tapi aku menolak dan bersikeras untuk ikut kedalam, karena aku terus memaksa akhirnya Ayah mengizinkanku ikut dengannya. Aku tak peduli semua mata memandang aneh pada diriku, pada penampilanku lebih tepatnya.

     Kami akhirnya berdiri di depan sebuah ruangan yang bertuliskan 'Private room'. Tanpa menunggu waktu lebih lama lagi, Ayah dan Alex mendobrak pintu tersebut dan pemandangan yang tertangkap langsung membungkam mulut kami semua. Diza ada disana, tidak sadarkan diri dengan penampilan yang sangat mengenaskan bersama seorang pria yang langsung sibuk memakai celananya melihat kedatangan kami.

     " Astaghfirullahal'azim..... Dizaaaaaaaa...... " teriakku sambil berlari menghampirinya dan langsung menutupi tubuhnya dengan pakaiannya yang sudah berserakan dilantai. Sementara Ayah dan Alex langsung menghajar pria itu hingga tak berdaya, sekujur tubuhnya babak belur menerima pukulan Ayah yang murka, kalau saja Alex tak menahannya... mungkin Ayah sudah membunuh pria itu. Aku terus menangis sambil memeluk tubuh Diza "Diza..... bangun Diz.. apa yang terjadi sama kamu? Cepat buka matamu Diz...!!! Gadiza....."

Kami langsung membawa Diza ke rumah sakit sementara pria brengsek itu yang kuketahui namanya Aris langsung diringkus polisi yang datang beberapa menit kemudian.

     "Bisa dipastikan kalau pasien merupakan korban pemerkosaan, terbukti dengan hasil visum yang kami lakukan. Korban mengalami kekerasan seksual, kami khawatir dengan keadaan psikis korban nantinya. Karena berdasarkan pengalaman kami, rata-rata korban pemerkosaan akan menderita Trauma yang efeknya akan membahayakan nyawa si korban tersebut. Saya harap anda dan keluarga tegar menghadapinya, kasih sayang keluarga merupakan hal terbesar dalam menyembuhkan trauma yang dialami korban."

     Itulah yang disampaikan dokter anita setelah memeriksa Diza. Aku, ayah dan tante Inggrid benar-benar shock mendengarnya. Diza, menjadi korban pemerkosaan oleh pacarnya sendiri. Ayah sudah menceritakan semuanya, ternyata Ayah sudah lama mengetahui sosok Aris yang dipacari Diza sembunyi-sembunyi dan mengetahui riwayat hidupnya yang diinfokan oleh Alex.

     "Ayah akan pastikan bajingan itu akan membusuk di penjara, Ayah tidak akan memberinya kesempatan menghirup udara bebas." Kata Ayah penuh dengan amarah, Tante Inggrid yang duduk disampingnya terus berusaha menenangkan Ayah.

     Aku hanya duduk sambil memandangi Diza yang masih belum sadarkan diri, airmata terus saja mengalir diwajahku. Kenapa Diza harus mengalami peristiwa ini? Diusianya yang masih muda tapi dia justru kehilangan kesuciannya dengan cara kotor seperti ini. Bagaimana dengan masa depannya? Dan Lagi, kita hanya bisa berpasrah padaNya, semua sudah kehendakNya. Doa adalah kuncinya agar kita bisa keluar dari masalah. Sesulit apapun itu.

●●●

     Setelah Diza sadar, dia langsung menjerit histeris yang membuat kami panik, aku bisa merasakan bagaimana hancurnya perasaan Diza saat ini. Para dokter dan suster mencoba menenangkan Diza tapi lagi-lagi Diza mengamuk. Dia membanting apa saja yang ada didekatnya bahkan ada suster yang terluka karena terkena lemparannya. Akhirnya dokter menyuntikkan obat penenang di tubuh Diza, seketika tubuhnya lunglai dan kesadarannya pun kembali hilang. Ayah memelukku yang menangis terisak, aku tidak tega melihat kondisi adikku yang menyedihkan seperti ini, aku bahkan rela bila harus bertukar posisi dengannya.

     Setelah fisiknya dinyatakan sudah kembali normal akhirnya Diza diperbolehkan pulang. Tugas kami sebagai keluarganya adalah memberinya support, agar trauma yang dialami Diza perlahan hilang. Namun belum lama sampai dirumah, tante Inggrid menemukan Diza sudah terbaring di lantai dengan pergelangan tangan yang bersimbah darah. Beruntung dokter Ridwan, dokter keluarga kami sedang berkunjung ke rumah sehingga Diza bisa langsung ditangani dan tidak perlu dibawa ke Rumah Sakit. Setelah percobaan bunuh diri Diza, aku berinisiatif melenyapkan semua barang-barang yang bisa membahayakan nyawanya.

     Hari ke hari keadaan Diza makin mengkhawatirkan, dia memang sudah tidak mengamuk juga tidak mencoba untuk bunuh diri lagi, tapi dia lebih banyak melamun. Beberapa hari yang lalu Diza kedapatan sedang duduk dibawah guyuran shower hingga seluruh tubuhnya menggigil kedinginan sambil menangis pilu. Dan untuk pertama kalinya setelah peristiwa itu, kami sedikit mengobrol meskipun diselingi tangisan. Aku hanya mengatakan kalau dia tidak sendirian, kami tidak akan pernah meninggalkannya. Satu yang aku yakini, Allah tidak mungkin memberikan cobaan diluar kemampuan hambanya, hanya itu yang bisa kuucapkan untuk membuatnya tegar menghadapi semua ini.

TbC

Di part 3 ini aku pake Nadira POV, di part sebelumnya aku ga jelasin bagaimana Gadiza bisa ada dirumah setelah peristiwa di club malam tersebut. Nah di part ini aku jelasin kronologinya. Semoga ga bikin bingung yee...^^
Hah.... kaya ada yang baca ajah.. hehe
Gpp, yang penting enjoy ajahhhhhh

Salam
Arfah_Lee

    

    

     

GadizaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang