Bagian 6

619 85 6
                                    

“Jelaskan padaku, sekarang.”

Setelah memberi tahu Jimin, bahwa Taehyung menamparnya kemarin, Jimin mengajak Hyunji untuk berjalan-jalan menggunakan mobilnya. Dengan sedikit beralasan akan mengambil kue ulang tahun milik Aery, mereka pun di izinkan oleh Taehyung. Jika tidak di izinkan pun Hyunji tetap akan pergi bersama Jimin atau sendiri, dia sudah berjanji pada dirinya untuk tidak mudah memaafkan Taehyung. Sekaligus ia ingin melihat sejauh mana Taehyung berjuang demi sebuah maaf dari Hyunji.

“Ya, kami bertengkar. Aku marah padanya sampai berteriak, dan dia marah lalu menamparku. Sepele sih, tapi ini juga tidak sepenuh salah Taehyung. Ini salahku juga terlalu emosional semalam.” Jelas Hyunji.

Menurut Jimin itu bukan penjelasan, itu hanyalah inti permasalahannya saja. Tapi, Jimin paham. Hyunji bukan orang yang akan menangis-nangis sambil mengadu akan masalah yang di milikinya, gadis itu lebih suka memendam daripada berbagi ke orang lain. Jimin tahu itu, semasa kuliah, Hyunji sering di pukuli oleh Ayahnya karena ia melakukan hal yang ia sukai. Namun, Hyunji mengatakan kalau dia kecelakaan menabrak sebuah pohon sampai babak belur. Ya, Jika Jimin anak berumur 4tahun mungkin akan percaya. Tapi Jimin hanya mengiyakan karena tahu, Hyunji tidak mau menceritakan padanya. Gadis itu takut orang-orang sekitarnya membenci orang yang ia cintai.

“Kenapa kau sampai marah seperti itu? Setahuku, kau tidak pernah marah sampai sebegitunya.”

Hyunji menghela nafas. “Aku hanya kelelahan bekerja dan aku melampiaskannya pada Taehyung.”

“Aku baik-baik saja sungguh.”

Jimin menghentikan mobilnya di tempat yang tidak begitu ramai. lalu menatap sahabatnya begitu dalam. “Berbohong lagi. Ji, sudah ku katakan, beritahu aku semua yang kau rasakan. Kita sahabat bukan? Apa kau selama ini tidak pernah percaya padaku?”

Hyunji diam, lalu menoleh. “Jim, bukan seperti itu. Aku hanya, tidak ingin masalah semakin rumit ketika aku mengatakannya padamu. Aku bisa menanganinya sendiri.”

Jimin mendengus, “Kau mengerti tidak, kau itu manusia. Kau bukan malaikat! berhenti merasa kau bisa melakukan apapun sendiri! berhenti mengatakan kau baik baik saja padahal kau sedang tidak baik-baik saja!”

Hyunji menunduk. Menghela nafasnya. Sejak tadi ia menahan agar air matanya tidak terjatuh. Namun Jimin mengatakan hal yang membuat pertahanannya runtuh.

“Kau tahu, Jim. Aku lelah.”

“Sungguh, lelah sekali. Aku lelah berpura-pura aku baik-baik saja. Aku lelah selalu memaafkan Taehyung. Aku terlalu takut kehilangannya, Jim. Aku mencintainya!”

“Bagaimana.” Hyunji menarik nafasnya. “Bagaimana jika Taehyung meninggalkanku karena aku selalu menuduhnya hal yang tidak-tidak? Aku tidak mau menjadi istri yang mengekang suami. Tapi aku lelah selalu berpura-pura percaya pada Taehyung walau aku tahu dia berbohong padaku.”

Jimin mengusap bahu sahabatnya. “Kau tahu? Tidak semua masalah bisa di biarkan berlalu, Ji. Jika kau merasa kau harus mengatakan pada Taehyung apa yang kau rasa, ku pikir itu lebih baik. Daripada kau diam, memendam semua itu? Kau akan hancur perlahan, Ji.”

“Sepertinya Taehyung memiliki wanita lain, Jim.”

Jimin terdiam, matanya membulat.

“Aku menemukan pakaian dalam wanita di saku celananya. Itu jelas bukan punyaku.”

“Aku semalam bertanya baik-baik padanya. Namun, dia malah marah dan membuat aku berteriak padanya.”

“Aku kesal, aku memberikan dia kesempatan untuk mengaku jika memang dia memiliki wanita lain. Tapi dia tetap tidak mau mengaku.”

The Truth Untold Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang