“Ya! Kau habis darimana? Menghilang tiba-tiba, di hubungi nomormu tidak aktif. Buat Mama khawatir saja.”
Aery langsung memberikan memberi ocehan untuk sang adik begitu ia melihat batang hidung Jun Hyuk setelah menghilang tiga jam. Setelah pembicaraannya dengan sang Ayah, Jun Hyuk memilih untuk berkeliling dengan jalan kaki untuk mendinginkan kepalanya.
Jun Hyuk hanya terdiam, lalu menatap Kakaknya yang berdiri di luar ruangan, “Nuna sedang apa di depan? Kenapa tidak masuk?”
“Ada Papa. Aku malas masuk.”
Jun Hyuk terdiam lagi, lalu anak itu duduk disebelah kakaknya.
“Hei, kau kenapa ikut duduk disini? Sana masuk. Biasanya kau selalu senang menempel pada Papa.” Ujar Aery, yang malah makin membuat Jun Hyuk diam dan menunduk.
Aery yang melihat tingkah adiknya yang tidak biasa, mengeryit kebingungan. “Kau kerasukan ya?”
Jun Hyuk mendengus, “Apa sih, Nuna?”
“Jun Hyuk kau menjadi pendiam itu terlihat seperti orang kerasukan. Menakutkan.” Jawab Aery sambil menggeser posisi duduknya menjauhi Jun Hyuk.
“Iya. Aku kerasukan setan kamar mayat. Kenapa?”
Aery memukul Jun Hyuk, “Jangan bicara sembarangan. Ini Rumah Sakit, kalau kau kerasukan sungguh membuat orang lain kerepotan saja!”
“Nuna sendiri yang mengatakannya duluan! Kenapa malah menyalahkan aku!”
Aery hanya menyubit lengan Jun Hyuk.
“Tuh kan. Yang kerasukan itu Nuna. Tiba-tiba mencubit orang.”
Aery terkekeh, “Kau lucu sih, kan Nuna gemas ingin mencubitmu sampai lebam seluruh tubuh.”
Jun Hyuk bergidik, “Benar benar psikopat. Kau itu anak Mama bukan sih?”
“Bukan, aku anaknya penny waise. Apa Apa? Mau apa kau?”
“Dasar gila.”
Hyunjun yang baru saja menebus obat untuk Hyunji melihat kedua keponakannya tengah ribut entah apa yang di ributkan. Yang membuat heran, kenapa mereka berada di luar kamar?
“Aery, Jun Hyuk. Kalian kenapa di luar?” Tanya Hyunjun.
Aery menggeleng, “Hanya bosan di kamar Mama. Nanti aku masuk kok.”
Jun Hyuk mengangguk setuju, “Aku juga. Sedang menemani Nuna. Nuna bosan jika sendiri katanya.”
Aery berdecak, “Kapan aku mengatakan itu. Kau yang memang mengikutiku.”
Hyunjun tertawa, lalu ia sedikit mengintip di Jendela kecil yang berada di pintu. Pria itu langsung paham kenapa keponakannya tidak mau masuk, karena ada Taehyung di sana. Tapi yang menjadi pertanyaan, apa yang terjadi sampai sampai mereka berdua marah pada Taehyung?
“Paman penasaran. Kalian berdua itu marah kenapa dengan Papa kalian? Bisa kompak seperti itu.” Tanya Hyunjun yang akhirnya ikut bergabung bersama keponakannya.
“Tidak marah hanya sebal.” Jawab Jun Hyuk sedangkan Aery malas menjawabnya.
“Sebal kenapa?”
Jun Hyuk diam, lalu Aery menjawab, “Pokoknya menyebalkan, susah di jelaskan, Paman.”
Hyunjun mengangguk. Sebenarnya, beberapa hari yang lalu Hyunjun sempat melihat apa yang Aery lihat. Setelah Aery keluar dari kamar Heejin, Hyunjun tidak sengaja melewati ruangan yang tidak tertutup itu dan melihat, Taehyung sedang memeluk Heejin yang tengah menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth Untold
Fanfiction[COMPLETE] [⚠ warning, Don't read if you don't want to cry] "Pada akhirnya. Aku akan kehilangan segala yang ku miliki untuk selamanya akibat keserakahanku. Maafkan aku Heo Hyunji, aku menyesal." -Kim Taehyung "Semua sudah terlambat, Tae. Terimakasih...