14. Serupa Afeksi Bunda

1K 225 82
                                        

°Kookie selalu penasaran pada banyak hal. Namun ada hal yang membuat Kookie jauh lebih penasaran dibanding dengan menguak misteri perihal bagaimana bisa mata Jiminie hilang ketika dia tersenyum. Kookie cuma ingin tahu seperti apa rasanya afeksi dari seorang ibu, apakah itu akan serumit seperti mencoba untuk meraih afeksi ayah?°

...

Ini bukan tempat yang asing, hanya saja ini bukanlah rumahnya, bukan kamarnya yang dipenuhi mainan, pajangan, bingkai dan segala sesuatu yang berkaitan dengan iron man.

Jungkook masih duduk dengan keadaan separuh sadar di atas tempatnya tidur semalaman. Sebuah kamar yang paman Yoongi sisakan satu untuknya. Anak itu sudah lama tak menginap di rumah paman sipitnya ini, terakhir kali menginap kalau tidak salah dua atau tiga tahun lalu. Pada saat itu istri paman Yoongi juga belum ada di sini, masih tinggal di Jepang untuk urusan pendidikan.

Tidak tahu juga. Jungkook cuma mengulangi ucapan yang pernah diberikan oleh Jiminie kepadanya ketika ia baru melihat istri paman Yoongi untuk yang pertama kali sekitar satu setengah tahun yang lalu.

Jujur, ya. Jungkook mengaku bahwa ia sempat merasa kelimpungan juga. Merasa aneh begitu. Paman Yoongi itu tak pernah terlihat bersama orang lain, selain bersama ayah Hoseok. Kookie juga tak pernah melihat paman vampire-nya itu berdekatan dengan perempuan. Sama sekali tidak pernah melihatnya. Eh, tahu-tahu sudah punya istri. Cantik lagi istrinya. Ternyata paman Yoongi bisa menikah juga, ya. Kookie kira malas mencari jodoh.

Maklum, soalnya dulu itu Kookie beranggap kalau paman Yoongi tidak suka sama perempuan, alergi begitu, tetapi ternyata tidak.

Ayah Hoseok bilang kalau paman Yoongi sudah menikah cukup lama, barangkali tepat ketika Kookie masih berumur satu tahun lebih tiga bulan, dan paman Yoongi serta bibi Jiyeon memang tidak tinggal serumah dalam jangka waktu yang cukup panjang. Bukan karena tidak cinta atau punya masalah keluarga, loh, ya.

Duh, sebentar. Sebenarnya Kookie tidak mengerti apa itu ... cinta?

Kalau kata Jiminie, cinta itu aneh dan bahaya. Level paling bahayanya pas ada suara kretek-kretek di hati—uh, masa lalu Jiminie yang tragis sekali. Bagian itu sangat berkesan bagi Kookie, jadi ia tak mudah melunturkan memori mengenai patah hatinya Jiminie.

Tetapi katanya cinta yang benar-benar cinta bisa berujung pada pernikahan, sih. Hng, apa ya? Lupakan, deh. Kookie tidak tahu menahu soal cinta, Kookie tahunya tentang main dan aib Jiminie saja, hehe.

Alasan bibi Jiyeon tidak tinggal bersama paman Yoongi itu karena dia sedang merampungkan kegiatan menuntut ilmunya. Bibi Jiyeon itu hebat, ya. Belajarnya sampai ke Jepang, dan tega meninggalkan paman Yoongi yang kesepian di sini. Kasian. Namun bukan sebuah kesalahan juga, sih. Menuntut ilmu itu kan penting. Seperti kata pepatah: belajarlah sampai ke negeri China—ke Jepang juga boleh, kalau mau, kata Jiminie.

Kookie cuma tahu satu hal, sih. Pernah dengar dari ibu guru di sekolah dan sepertinya paman Jiminie juga pernah memberitahu saat-saat lalu. Katanya, seorang perempuan itu harus cerdas, pintar, dan pandai, sebab hal semacam itu adalah bekal atau hal menular untuk anak yang akan dilahirkannya kelak. Barangkali tujuan bibi Jiyeon belajar sampai jauh ke Jepang untuk jadi cerdas, supaya anaknya juga cerdas.

Jungkook menggeleng kecil guna membuyarkan isi pikirannya sendiri yang pagi-pagi ini sudah melanglang buana ke mana-mana. Mengucek mata kanannya pelan, kemudian mendadak mengangkat kepala tatkala mendengar pintu kamar terbuka dan berderit.

Dengan apron merah marun yang melekat di tubuhnya, Jiyeon membuka pintunya lebih lebar, kemudian beranjak menyingkap tirai—mempersilakan sinar mentari pagi membanjiri ruangan. Jiyeon memaku atensi ke Jungkook, sembari tersenyum ia menyapa, "Hai, Kookie, selamat pagi."

SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang