04. Kookie, Jiminie Dan Agenda Bulanan

3.4K 482 172
                                    

° Aku ingin menyumbangkan Kookie, ada yang berminat? °

°°°

Hari minggu, hari yang paling ditunggu-tunggu, benar?

Benar!

Jungkook akan menyahut dengan suara cemprengnya disertai semangat yang luar biasa membara. Hari ke tujuh di tiap minggu biasanya bocah itu mendadak akan berubah menjadi manusia setengah tewas di atas karpet beludru berwarna merah muda yang tergelar di depan televisi. Meminum susu pisang dan memakan cup cake buatan bibi Nam yang luar biasa enak.

Kegiatan bersantai tersebut semakin terasa mantap tatkala televisi menayangkan kartun yang mampu membuat Jungkook terkikik kecil bahkan sampai tertawa keras hingga perut sakit. Agenda untuk bermalas-malasan di penghujung minggu.

Tapi ada yang berbeda dengan hari minggu sekarang ini. Alih-alih duduk manis di ruang santai, Jungkook kini justru sedang duduk di atas kasurnya yang sangat berantakan. Setumpukan baju ada di kasur dan saling menjerit untuk dipilih oleh anak berumur enam tahun itu (sebentar lagi Kookie berumur tujuh tahun dan akan masuk sekolah dasar, lho).

Ayah bilang, Jungkook harus berbagi dengan anak-anak yang lain, jadi sekarang bocah tersebut sedang memilah beberapa pakaian yang akan disumbangkan ke panti asuhan di pusat kota. Bulan lalu Jungkook sudah menyumbangkan satu keranjang mainannya dan bulan sebelumnya lagi Jungkook juga sudah merelakan dua celengan berbentuk ayam miliknya untuk diberikan pada anak sebaya yang tinggal di panti.

Ini sebenarnya kegiatan rutin yang keluarga Jeon lakukan di tiap bulan. Hoo! Sekalian dijadikan acara untuk bersih-bersih rumah juga, sih.

"Eh, jadi ingat Jiminie! Dia sedang apa, ya, sekarang?" celetuknya. Jungkook buru-buru memilih baju-bajunya. Membiarkan kain-kain itu bergeletakan di lantai, padahal ayah menyuruhnya melipat lalu dimasukkan ke dalam kardus.

"Biarin, deh. Nanti Ayah saja yang melipatnya, hehe. Lagipula, Kookie 'kan tidak pandai melipat pakaian."

Bocah itu turun dari kasurnya dengan cara merangkak pelan-pelan ke belakang, sesaat membiarkan sepasang tungkai menggantung di udara, setelahnya telapak kakinya sukses menyentuh dinginnya lantai marmer.

Melangkah kecil-kecil menuju lemari bajunya, mengambil sebuah kain kecil lalu mengikatnya ke kepala. Kemudian anak laki-laki itu juga mengambil pedang mainan dari dalam keranjang di samping lemari. Sudah bosan menjadi pahlawan gadungan yang dijuluki dengan nama Kookieman, kini Jungkook bertransformasi menjadi—

"Pura-pura ninja!"

Ehem, mungkin maksudnya berpura-pura jadi ninja.

Setelah melewati acara narsistik di depan cermin. Jungkook berlarian ke luar kamar dan menjadikan kamar Jimin sebagai tujuannya. Bocah itu mengetuk pintu kamar Jimin dengan brutal, sedikit kebingungan sebab si paman mungilnya itu sedang dalam kegiatan bebenah kamar tetapi malah menutup pintunya, kalau tewas karena diserang debu bagaimana?

"Jiminie! Jiminie! Paman Jiminie, buka pintunya!"

Jimin membuka pintu, hanya sedikit. Menunduk—menatap malas buntalan pendek yang sedang cekikik-cekikik di depannya. Tiba-tiba merasa kaget bukan main diiringi dengan tubuhnya yang terhempas kasar sebab tubuh kecil Jungkook mendorong pintu kamar Jimin seraya berkata nyaring, "Wah! Ini kamar Jiminie atau kandang sapi?"

"Kamar marmut. Jiminie kan imut-imut seperti marmut," sahut Jimin asal.

"Ew! Ayah pasti akan marah besar kalau melihat kekacauan di sini."

SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang