Tanpa sadar waktu berlalu begitu cepat, sudah satu bulan mereka tinggal dirumahku.
Semenjak mereka tinggal disini aku lebih sering menghabiskan waktu dikamarku. Terkadang Bayang datang menemuiku.
Bayang adalah anak yang sangat baik, entah kenapa sikapnya tidak seperti ibunya sama sekali. Dia sering menghiburku bahkan tidur disebelahku, dia selalu menemaniku dikala suamiku tidur dikamar maduku.
Ahh... Madu. Rasanya terlalu manis untuk wanita yang memberi rasa pahit pada hidup seseorang.
"Bundaaaa..." teriakan dari Bayang sembari berlari semangat dari arah luar.
"Sutt.. Kakak ko teriak-teriak si," marah kecilku sembari mencubit pipi menggemaskan itu.
"Hehe maaf ya bunda abis kakak kangen si ama bunda" Suara imutnya yang langsung saja memeluk aku.
"ihh kangen mulu, bunda aja ga kangen sama kakak" Ledekku padanya.
"Ihh yaudah kakak kangennya sama dede utun aja" Balasnya sembari mengelus perutku.
"Kakak bobo ama bunda ya" Pintaku.
"ihh bunda kan malem ini papah bobo dikamarnya bunda, nanti kakak bobonya dimana" Katanya.
"Kakak kan bisa bobo ditengah nanti kakak jadinya bisa dipeluk deh sama bunda sama papah" Masih pintaku.
"Yaudah deh kakak mau kalo bunda maksa" Ledeknya dia padaku.
Akupun mencubit idungnya yang mungil itu, anak ini benar benar menggemaskan, andai dia tidak mempunyai latar belakang yang membuatku sakit mungkin aku berharap dia lahir dari rahimku.
Sedang asik asiknya bercanda dengan bayang, tiba tiba suamiku pun masuk dan berpura pura mengobrol denganku karna melihat ada bayang disisiku.
Jujur saja, semenjak hari itu aku memang agak dingin dengan suamiku, dan suamiku maklum karna dia tau kesalahannya.
Dan aku memang meminta bayang tidur disini agar aku tidak hanya tidur berdua dengan suamiku.
Mungkin jika bisa rasanya aku berharap dia tidak pernah tidur disebelahku lagi.
Namun, bagaimana, hati ini tidak bisa bohong dan memang masih saja mencintai pria ini.
Entah apa yang kita obrolkan dengan rasa tidak nyaman dan tibalah waktunya tidur.
Aku selalu sadar bahwa saat suamiku tidur denganku dia selalu mengelus rambutku dan mengecup dahiku, saat dia merasa aku sudah tertidur pulas.
Padahal setiap malam aku tidak pernah tertidur pulas karna sudah merasa susah tidur dengan perut yang makin membesar ini, namun aku hiraukan karna aku tau dia melakukan itu karna dia merasa bersalah meski dia sudah berulang kali meminta maaf.
Aku pun masih sama, aku masih terus berprilaku seperti istri seperti biasanya, menyiapkan kopi dipagi hari untuknya, menyiapkan sarapan, menyiapkan air untuk mandi saat dia pulang kerja, beribadah bersama, satu arah, satu sujudan, menyium tangan setelah memberi salam, hanya saja aku melakukan itu tanpa bicara apapun, mungkin setelah sebulan lalu dia sudah sangat jarang mendengar suaraku.
Ibuku pun jadi sering berkunjung karna merasa khawatir dengan anak perempuan satu satunya ini, adik ku juga sering sekali membelikan makanan karna takut aku masih mengidam.
Aku juga jadi sering ke toko ibuku membantu disana atau sekedar duduk sembari menulis cerita di laptop.
Memang hari hariku menjadi lebih membosankan, dan jujur saja aku jadi lebih stres dari waktu waktu sebelumnya.
Aku juga tidak tau apa yang harus aku lakukan, bahkan aku sudah tidak pernah lagi merangkai nama nama anak seperti sebelumnya.
Aku hanya menunggu anakku lahir dan memberi nama apapun nantinya.
Aku tidak berani konsul ke dokter atau hal hal semacam itu, saat cek kandungan dokter selalu bilang untuk aku mengurangi rasa stresku.
Tetapi, Bagaimana caranya?
*
*
*
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku [TAMAT] || REVISI
ChickLitketika dihadapan tuhan kita sudah mengikat janji untuk sehidup semati. Namun, apa daya jika kenyataan membawaku ke pernikahan yang menyakitkan. -Mentari Kusumawardi _______________________ Sedang dalam masa revisi bersekala besar, mohon maaf untuk k...