Ketika kita mengikat janji dihadapan Tuhan. Bukankah kita sudah berjanji untuk setia sampai ajal menjemput ?
Menemani hingga rambut memutih, menemani dalam suka dan duka, setia dengan satu sama lain, dan tidak seharusnya memberi tempat untuk orang lain.Namun, bagaimana jika kenyataan membawaku kepernikahan yang sungguh menjijikan.~
Dihadapkan dengan seorang pria yang baru aku ketahui sifat aslinya setelah kami menikah.—Berpacaran selama 3 tahun dan mewujudkan-nya sampai kepernikahan.
Menikah dengan keadaan yang sangat meriah, dihadiri oleh banyaknya tamu undangan, dan menjadi hari paling sakral untuk kita berdua.
Mengikat janji pada Tuhan, diberi doa oleh tamu undangan, dan mereka semua berkata kepada kita agar saling mengasihi selamanya.—Hari-hari yang panjang kita lalui bersama.
Aku bukan wanita tidak beruntung yang kekurangan materi ataupun kasih sayang.—Aku merasa suamiku menyayangiku sepenuh hatinya.
Dikaruniai seorang bayi mungil yang masih berada di dalam kandunganku. Membuat aku semakin yakin bahwa akulah wanita paling beruntung didunia ini.
Akan tetapi, semua runtuh.
Setelah setahun menikah dan tiba-tiba datang seorang wanita membawa anak dengan perut yang juga sedang membesar.
Seorang wanita yang saat itu aku tidak ketahui namanya, berkata denganku bahwa anak yang dia kandung adalah anak suamiku.—Empat tahun aku merasakan menjadi wanita beruntung. Sesaat setelah itu, aku merasa menjadi wanita paling menyedihkan.
Saat itu aku merasa hanya ingin bangun saja, dan berharap itu semua adalah mimpi.
Namun ini nyata.—Bahkan kesakitan yang terdalam adalah saat suamiku membenarkan itu semua.
Sungguh wanita yang menyedihkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku [TAMAT] || REVISI
Chick-Litketika dihadapan tuhan kita sudah mengikat janji untuk sehidup semati. Namun, apa daya jika kenyataan membawaku ke pernikahan yang menyakitkan. -Mentari Kusumawardi _______________________ Sedang dalam masa revisi bersekala besar, mohon maaf untuk k...