Kini aku sudah bisa mendengar suara tangis anakku sendiri, rasanya bahagia sampai tak terhingga, kini aku seorang Ibu.
Menyadari betapa letihnya aku sampai ke titik ini, aku tak menyangka bisa bertahan sejauh ini.
Terima kasih diriku, terima kasih Anke.
__________________________________________
Cuitan burung terdengar indah di luar sana, kini sinar matahari telah memasuki kamarku, membuat kata anakku sayup-sayup silau terkena cahayanya.
Suamiku mengetuk pintu dan mendorong sayapnya, sembari menampilkan kepalanya sedikit, "Pagi ibunya Anke" sapanya lembut, membuatku sumringah
"Pagi juga papahnya Anke"
Aku membalas dan masuk kepelukan suamiku. Saat ini aku benar-benar merasa seperti keluarga yang utuh, sampai ketika suamiku mulai berbicara padaku.
"Tar, aku mau minta izin nih," ujar Mas Bagas sembari mengelus rambutku.
"Apa?" tanyaku sembari mendongakan kepala.
"Aku sama Luna mau liburan ke bali, aku mau ajak Bayang jalan-jalan; mumpung lagi dapet waktu cuti," Mas Bagas tersenyum kaku padaku, gugup.
Jujur saja saat itu moodku langsung hancur, rasanya aku ingin bilang, 'bisa ga ngomongnya nanti aja'.
Sudah pasti aku mengizinkan, mana mungkin aku menolak, orang dia juga pergi untuk membahagiaan Bayang ko.
Tetapi, rasanya pagi itu bukan waktu yang tepat untuk membicarakan hal lain, saat itu aku hanya ingin tetap berada dipelukannya untuk beberapa waktu saja.
Pada akhirnya aku melepaskan pelukannya, dan duduk dengan tegak. "Why Not?" jawabku percaya diri.
Suamiku segera melempar senyum sumringah, "beneran nih boleh? Aku langsung packing deh!" balasnya semangat.
"Sekarang?" tanyaku sembari menatap bingung.
Seketika mimiknya berubah bingung, ia menatap mataku meyakinkan, "Iyaa! aku bisanya sekarang, beberapa hari doang ko. Gapapa, 'kan?"
"Ya, gapapa si, tapi.. " aku berhenti tak enak.
"Tapi kenapa?"
Saat itu aku ingin bilang, bahwa hari ini teman-temanku ingin datang menjenguk Anke, aku berharap dia disini.
Tetapi, rasanya egois bila harus memberhentikan niatnya yang sudah aku izinkan beberapa saat lalu, kapan lagi meraka bisa liburan? Belum tentu dalam waktu dekat ada waktu lagi.
"Ga deh. Gapapa " jawabku canggung sembari menggaruk punggung telinga.
Suamiku menggenggam kedua tanganku, kembali meyakini aku yang plinplan, "Aku janji deh, sepulang dari bali aku langsung kesini, beberapa hari" imbuhnya dengan nada baik.
"Yaudah. Mau aku packingin?" tawarku mengerti.
"Nggak! Gausah. kamu harus jemur Anke, 'kan? Mataharinya bagus tuh, aku packing sendiri aja" tolaknya sembari menuruni kasur.
Aku hanya mengangguk dan menggendong Anke untuk dijemur di depan, meninggalkan suamiku untuk mengurus dirinya sendiri.
Saat berjalan aku hanya menarik nafas, rasanya ingin melarang, tapi aku tidak bisa egois.
Kadang aku berpikir: Menyesal sekali mau menerima dimadu begini. Tetapi, semuanya sudah terjadi, 'kan? Aku harus apa.
Sakit sekali membagi cinta, tapi tidak dipungkiri bahwa aku juga bersyukur. Setidaknya ada satu gadis kecil yang sering menghiburku, kehadiran Bayang juga anugrah, 'kan?.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku [TAMAT] || REVISI
ChickLitketika dihadapan tuhan kita sudah mengikat janji untuk sehidup semati. Namun, apa daya jika kenyataan membawaku ke pernikahan yang menyakitkan. -Mentari Kusumawardi _______________________ Sedang dalam masa revisi bersekala besar, mohon maaf untuk k...