Chapter 20

6.2K 322 9
                                    

Jimin menatap jalanan dengan tatapan kosong. Air matanya terus menetes dengan sangat deras. Ia sangat terluka dengan kejadian yang menimpanya tadi beberapa saat yang lalu. Jaehyun pun hanya bisa terdiam. Ia juga tak tahu harus berbuat apa. Jaehyun memutuskan untuk membawa Jimin ke suatu tempat yang lumayan tenang untuk melupakan sejenak masalah berat yang baru saja menimpa Jimin.

Saat mobil yang mereka tumpangi sudah berhenti, Jimin tetap saja diam dan tak bergeming sama sekali. Jaehyun membukakan pintu mobil Jimin.

"Mau ke mana?"tanya Jimin dengan suara serak.

"Ikut saja."

Jaehyun menarik pelan tangan Jimin untuk keluar dari dalam mobil. Jimin melihat suasana sekitar, sangat tenang sekali. Perasaannya mulai damai. Pemandangannya sangat indah, menampilkan kota Seoul yang dipenuhi gedung-gedung bertingkat. Angin mulai berhembus dengan pelan menambah suasana menjadi lebih tenang dan nyaman.

Jaehyun membawa Jimin ke dalam dekapan hangatnya. Membiarkan orang yang dipeluk menangis di dadanya. Setelah dirasa sudah tenang, Jaehyun melirik wajah Jimin yang sudah basah.

"Jadi, bagaimana?"tanya Jaehyun memecah keheningan.

"Aku tidak tahu lagi. Ia tak membiarkanku menceraikannya"jawab Jimin dengan wajah putus asa.

"Ayo pulang."

Jimin hanya mengangguk sebagai jawabannya.

Skip

Saat sampai di apartemen, Jaehyun langsung menelfon seseorang. Jimin melihat Jaehyun sedang sibuk menelfon di balkon, ia memutuskan untuk memakan satu potong pizza di meja.

Jimin sudah menghabiskan tiga potong pizza lalu melihat Jaehyun sudah kembali dan duduk di depannya untuk memakan pizza bersama.

"Sedang berbicara apa tadi?"tanya Jimin.

"Aku pindah tugas perkantoran ke Amerika,"jawab Jaehyun.

"Jadi kau akan pindah ke Amerika?"tanya Jimin dengan sedih.

"Bukan aku. Tetapi kita."

"Wait.. what??"

"Ya, kita pindah ke Amerika dan memulai kehidupan yang baru, melepaskan semuanya lalu memulainya lagi dari awal dengan tujuan yang lebih baik"

"T-tapi.."

"Tak ada alasan lagi. Kau berhak hidup bahagia. Jika kau masih di sini maka kau akan sangat sulit dan sangat susah melupakan si brengsek itu!"potong Jaehyun membuat Jimin terdiam sesaat.

Ada benarnya juga perkataan Jaehyun, ia tak harus selamanya seperti ini. Ia tak seharusnya hidup dalam penderitaan terus menerus.

Jimin langsung berdiri dan berjalan ke arah Jaehyun, memeluknya dengan sangat erat. Ia sudah tak mengerti lagi apa jadinya jika Jaehyun tak ada di dalam hidupnya? Mungkin sekarang ia sudah tak ada di dunia. Bahkan kata terimakasih saja tak akan sebanding dengan semua yang Jaehyun lakukan padanya selama ini.

"Bersiaplah,"kata Jaehyun.

Jimin melepaskan pelukannya lalu menatap Jaehyun dengan tatapan bingung.

"Kita akan pergi ke mall,"ucap Jaehyun yang sudah mengerti arti tatapan Jimin.

"Untuk apa?"tanya Jimin bingung.

"Lihat saja nanti,"jawab Jaehyun.

"Hey, tidak usah sok misterius.. cepat katakan untuk apa ke mall!" Jimin menghentakkan kakinya kesal.

"Hey, tidak usah sok ingin tahu.. cepat turuti kataku dan bersiaplah,"balas Jaehyun sambil terkekeh.

Dengan wajah sedikit kesal Jimin masuk ke dalam kamar untuk mengganti pakaiannya.

Are You My Daddy!? ; [ YoonMin ]✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang