7

129 11 3
                                    

Pagi ini Ayra serta Jeffrey sudah siap dengan seragam sekolah nya. "Ayo sarapan dulu," ucap Sella duduk di meja makan.

"Dek," panggil Jeffrey pada Ayra.

Ayra yang sedang mengunyah roti nya pun hanya berdehem tanpa menoleh pada Jeffrey, "Hm,"

"Kapan lo mau ke sekolah bareng gue sih Dek?" tanya Jeffrey heran.

Banyak orang ingin berangkat ke sekolah bersama nya, tapi hanya Ayra yang setia menolak ajakan Jeffrey. "Nunggu lo jelek dulu," jawab Ayra masih berfokus pada rotinya.

Ayra yang menjawab seperti itu membuat Jeffrey secara tidak langsung berasumsi bahwa Ayra menyebutnya tampan. "Berarti gue ganteng dong?" tanya Jeffrey sumringah.

"Anak Bunda kan emang ganteng sama cantik," sahut Sella memuji keduanya.

"Ganteng.." gantung Ayra membuat Jeffrey tersenyum malu. "Ganggung telinga." lanjutnya yang membuat Jeffrey cemberut seketika.

"Liat tuh, Bun, anak Bunda jahat banget," adu Jeffrey pada Sella.

"Udah ya ini kalo berantem terus kapan berangkatnya?" sahut Yuno heran keduanya terus bertengkar karena hal kecil.

"Gak tau deh Kak Jeffrey," ucap Ayra melirik sinis Jeffrey.

"Yuk, Yah, berangkat," lanjut Ayra menarik tangan Yuno.

Ayra dan Yuno pun pamit berangkat kepada Sella disusul Jeffrey.

Sesampainya di sekolah, Ayra disambut ramah oleh siswa siswi yang ia lewati.

"Pagi, Kak Ayra," sapa siswi kelas 10.

"Pagi juga!" balas Ayra ramah.

"Ayra cantik banget," ucap salah satu siswi yang membuat Ayra tersenyum dan sedikit membungkukkan badannya.

'Cantik banget heran gue'

"Morning, Ayra!" sapa seseorang sembari melambaikan tangannya.

Ayra yang disapa malah getar-getir mengingat kejadian chat kemarin, "M-morning too, Abyan," sapa balik Ayra tersenyum canggung.

"Gue duluan ya," ucap Ayra meninggalkan Abyan yang berdiri di pintu kelasnya.

Ayra masuk ke dalam kelas dan mulai berjalan ke arah bangkunya. "Hai, Ayra!" sapa seorang siswi berkacamata di sebelah bangkunya, chairmate.

"Em, hai!" ucap Ayra tersenyum pada gadis tersebut.

"Gue Auraya, panggil aja Aura," ucap Aura memperkenalkan dirinya.

"Akhirnya temen gue gak jomblo lagi duduknya," sahut Lavina terkekeh dibalas tatapan sinis Aura.

"Gak usah didengerin, Ay, bisikan setan," bisik Aura sengaja dikeraskan.

"Yeu elu juga setan! Ciri-ciri setan kan emang selalu bisik-bisik halus di telinga," ucap Lavina menjitak kepala Aura.

"Sakit bego!" ucap Aura sembari mengelus kepalanya.

"Nabila mana, Lav?" tanya Ayra yang kini mulai bersuara.

"Modus ke kelas sebelah," ucap Lavina cuek.

"Emang anak sosialita main mulu ke kelas orang," timbal Aura menggelengkan kepalanya.

Ayra yang tidak mengerti pun mengerutkan keningnya. "Modus ke siapa emang?" tanya nya kepo.

"Aidㅡ" belum selesai Lavina menjawab, Nabila datang mendorong kepala Lavina, "Anjir!" umpat Lavina.

"Pagi-pagi udah ngegibahin gue, dosa lo udah setinggi gunung fuji masih aja," ucap Nabila santai duduk di bangkunya.

kringg!

JeffraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang