Tanpa disadari seseorang tengah berjalan berlawanan arah dengan Ayra.
bruk!
"Ayra!!" teriak Lavina, Aura dan Nabila bersamaan.
"Waa!" teriak Ayra yang ia pastikan dirinya akan terjatuh karena menabrak sesuatu. Namun sebuah lengan kekar memeluk pinggangnya agar tidak terjatuh. "Loh?" kaget nya.
"Makanya lari tuh yang bener!" ketus lelaki tersebut membuat Ayra seketika merasa jengkel.
Dan tanpa aba-aba lelaki tersebut melepaskan tangannya dari pinggang Ayra yang membuat Ayra hampir terjengkang untuk kedua kalinya. Namun lagi-lagi, lelaki itu memegang tangan Ayra agar tidak jatuh.
"Cih, dilepas dikit jatuh," sinis lelaki tersebut namun masih tersirat rasa khawatir padanya. Ayra buru-buru membenarkan posisinya.
Kesal dengan lelaki di hadapannya ini, Ayra pun akhirnya buka suara. "Kakak darimana aja sih? Ayra telponin kok gak di angkat?" tanya Ayra kesal juga cemas.
"Ngapain nyariin?" tanya Jeffrey tanpa ekspresi.
"Kak, Ayra minta maaf. Masa cuma gara-gara di tinggal jadi ngambek gini?" ucap Ayra dengan muka memelas.
Melihat muka memelas adiknya, Jeffrey mulai goyah. "Ikut Kakak," ucap Jeffrey menarik Ayra pergi.
Melihat perbincangan dan perginya kakak beradik itu membuat Lavina, Aura dan Nabila hanya diam. "M-mendingan ke kelas yuk," Lavina buka suara dibalas anggukan keduanya.
Sedangkan Ayra masih tak tau akan dibawa kemana oleh kakak nya itu.
"Kita mau kemana sih Kak? Kantin kan disana," ucap Ayra heran seraya menunjuk kantin yang baru saja mereka lewati.
"Siapa bilang mau ke kantin?" ucap Jeffrey tanpa menoleh.
"Ish, serah," Ayra mulai kesal dengan kelakuan kakaknya tersebut.
Ayra mulai bingung saat Jeffrey membawanya ke ujung sekolah.
"Loh Kak, ini jalan apa?" tanya Ayra melihat jalan kecil yang sepertinya mengarah keluar sekolah.
"Liat aja," jawab Jeffrey.
Setelah melewati jalan kecil itu, mereka sampai di Warday, Warung Sadaya. Ayra mulai berdiri mendekat ke arah Jeffrey. Seketika ia merasa sedikit takut, karena banyak anak laki-laki berada disana yang sekarang sedang memperhatikan ke arah nya.
Melihat adiknya yang sedikit risih, Jeffrey mulai menatap sekelilingnya yang langsung membuat semua orang yang berada disana kembali pada aktivitasnya masing-masing.
"Eh, a' Jeffrey, udah lama atuh gak kesini?" ucap wanita paruh baya menghampiri keduanya dengan memegang mangkuk kotor.
"Iya, Bu Nin, lagi banyak urusan jadi belom sempet kesini lagi," jawab Jeffrey ramah.
"Eh, ari ieu teh saha atuh, a'?"
(Ini siapa nih, nak?)
tanya Bu Nin seraya menatap Ayra tersenyum ramah."Oh kenalin, Bu, ini adiknya Jeffrey. Cantik kan?" ucap Jeffrey tersenyum seraya merangkul Ayra.
"Aduh, meni geulis pisan!" ucap Bu Nin membuat Ayra tersenyum canggung.
"Bu Nin juga cantik deh, awet muda ya," ucap Ayra memuji Bu Nin.
Siapa sangka, Bu Nin yang sudah berkepala 5 ini masih awet muda dengan perawakan yang masih terbilang segar.
"Ah udah atuh, Ibu teh jadi malu. Yaudah, a' Jeffrey sama teh.. eh siapa namanya teh?" ucap Bu Nin terlihat linglung sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeffra
Teen FictionJeffrey Seanan Aldric. Lelaki berparas tampan dengan sejuta pesona yang membuat para kaum hawa menjerit histeris itu tak pernah merasa gagal dalam apapun termasuk dalam percintaannya. Namun, semenjak perempuan itu kembali, semuanya menjadi kacau. Ia...