27

53 7 2
                                    

Sial!

Pagi ini Ayra sudah mendapatkan 3 kesialan.

Pertama, pagi tadi ternyata Jeffrey meninggalkannya dan terpaksa Ayra harus menaiki ojek online karena sang Ayah juga sudah pergi.

Kedua, saat memasuki gerbang sekolah tadi, Ayra terjatuh karena bahunya ditabrak seseorang yang malah tidak menyadari kalau orang tersebut menabrak dirinya.

Ketiga, disaat ramai itupun tak ada yang niat menolong Ayra. Mereka hanya sibuk melihat Ayra yang kesusahan.

Huft, okay Ayra. Lupakan kejadian tadi, batin Ayra menyuruhnya tenang.

Baru saja sampai di depan kelas, suara teriakan memanggil Nabila sudah terdengar.

"WOI AYRA LAMBAT AMAT LO DATENG!"

"Maaf Bil, gue ditinggal sama kak Jeff tadi," ucap Ayra seraya berjalan ke arah bangku nya.

"Eh eh eh, enak aja lo main duduk, piket lo kemaren belom bersih!" sahut Anzia tegas selaku seksi kebersihan IPA 3.

"Kemarin udah bersㅡ"

"Liat dong itu di belakang," potong Anzia membuat Ayra menengokkan kepalanya kebelakang.

Benar saja, sampah dan kotoran tanah banyak sekali.

"Itu yang lo sebut bersih?" tanya Anzia.

"Maaf ya Zi, gue piket lagi deh sekarang," ucap Ayra berjalan ke arah lemari tersimpannya alat-alat kebersihan berada.

Melihat Nabila yang duduk di bangku nya membuat Ayra bertanya. "Nggak ikut piket Bil? Bukannya kita piket bareng kan?"

Nabila menengok, "Hah? Enak aja gue piket lagi. Anak-anak yang lain udah daritadi pada piket, tinggal lo doang yang dateng lambat," ucap nya sinis membuat Ayra sedikit kaget dengan responnya.

"O-oke deh, gue piket dulu,"

Ayra dengan secepat mungkin membereskan sampah yang berada di bagian belakang. Seingatnya kemarin kelas sudah amat bersih, tapi kenapa Anzia bilang bahwa sampah ini belum ia bersihkan kemarin?

Tanpa berpikir panjang, Ayra segera membuang sampah tersebut hingga bel masuk pun berbunyi.

•••

"Gue bilang diem aja ya diem!"

Suara bentakan itu membuat sekujur tubuh Ayra gemetar takut juga diimbangi dengan rasa tak percaya.

"Bocah banget sih dibilangin! Lo kira temen-temen lo betah temenan sama lo?!" sarkas Dean.

Iya, sedari tadi Dean membentaknya. Melontarkan kata-kata yang sangat menusuk bagi Ayra yang membuatnya diam mematung. Ia tak mengerti, mengapa Dean sampai setega itu berkata kasar padanya?

Cukup.

Ayra sudah tak kuat lagi. Cairan bening lolos begitu saja dari mata cantik milik Ayra membuat seringaian meremehkan dari Arka muncul.

"Air mata palsu. Mau ngadu lo abis ini ke kakak lo?" sinis Arka.

Ayra menggeleng dalam isaknya.

Tiba-tiba Lavina, Aura dan Nabila datang membuat Ayra merasa lega. Setidaknya, teman-temannya itu akan sedikit menenangㅡ

"Oh? Udah mulai?"

ㅡkannya.

Apa maksudnya? Ayra mengerutkan dahinya tak mengerti.

"Cengeng," celetuk Aura menatap Ayra rendah.

"Pindah kek lo! Muak gue liat muka sok polos lo itu," ucap Lavina muak.

JeffraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang