10

91 9 0
                                    

Ayra memandang Mark dengan tatapan sulit diartikan karena kejadian beberapa jam yang lalu.

[flashback on]

"Clueless," Mark terkekeh.

"Okay, kenalin gue Mark,"

"Mark 'camar' Lee." ucapnya tersenyum sembari mengasongkan tangannya untuk berjabat tangan.

Ayra benar-benar terkejut atas pengakuan Mark.

Pikiran Ayra mulai menjelajah kembali ke masa lalu. Masa dimana ia menghabiskan waktu dengan anak lelaki bermarga Lee tersebut.

Di kursi taman, kedua remaja duduk dengan salju yang berjatuhan dari langit. Saat itu bulan Desember di Seoul, salju pertama turun.

"Jung Jeha, terima kasih sudah mau menjadi temanku," ucap Mark kecil menatap gadis bernama Jeha tersebut.

"Aku berteman denganmu ikhlas kok," ucap Jeha dengan senyum manisnya.

"Saranghae," ucap Mark tiba-tiba. "Aku pasti akan merindukanmu setiap hari," lanjutnya memegang kedua tangan Jeha.

"Apa maksudmu? Kita bertemu setiap hari tapi kau merindukanku? Yang benar saja, Mark!" ucap Jeha terkekeh.

"Em, aku harap begitu," ucap Mark tersenyum.

"Boleh aku memelukmu?" tanya Mark.

"Tentu!" jawab Jeha merentangkan tangannya.

Mereka pun akhirnya berpelukan, yang ternyata adalah pelukan perpisahan sebelum Mark pergi meninggalakan Jeha dan Seoul. Meninggalkan sejuta kerinduan di bawah salju yang berjatuhan.

[flashback off]

Ayra masih tidak percaya.

Mark-nya yang ia rindukan ternyata ada dihadapannya sekarang.

Mark-nya yang jahat, yang telah meninggalkannya seorang diri di Seoul.

Mark-nya yang ia kira melupakannya dan takkan kembali.

"M-Mark?" ucap Ayra ragu seraya menatap Mark yang juga sedang melihatnya.

"Jeha.." jawab Mark lembut.

Setetes air mata Ayra turun tanpa peringatan. "Jahat!" cicitnya memukul pelan dada Mark.

"Kenapa harus lo pergi kayak gitu?" tanya Ayra masih memukul pelan dada Mark.

"I'm so sorry, Je. It was my fault," ucap Mark menyesal dan membawa Ayra kedekapannya.

Ayra terus menangis dalam dekapannya. Ia sangat rindu dengan lelaki yang membuatnya senang kala itu.

Lima menit berlalu, akhirnya Ayra bisa sedikit tenang setelah berada di dekapan Mark.

Terlihat masih sesegukan, Mark pun memegang kedua bahu Ayra dan mengusapnya. "Udah dong ah, mana Jeha-nya Mark yang kuat, heum?" ucap Mark tersenyum hangat.

Baru saja Ayra ingin berbicara, seseorang telah memukul Mark secara tiba-tiba.

"Bajingan lo!"

•••

"Woi, Jeff!" panggil Alvin dengan nafas tak teratur habis berlari.

"Apaan sih lo, Al!" sahut Rega risih.

Jeffrey yang di panggil hanya menatap Alvin dengan menaikkan satu alisnya dengan tatapan bertanya, 'ada apa?'.

Alvin yang melihat respon Jeffrey pun membalas, "Pacar lo.. Di seret si bule!" ucap Alvin.

JeffraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang