Icy merasa hangat, bahkan dia tidak merasakan panas atau dingin. Ini perasaan ternyaman yang ia rasakan. Pintu terbuka, menampakkan seorang wanita yang sedikit mirip dengan Icy. Dia tertegun di sana.
Icy yang diam saat tamu tidak mengutarakan pergerakannya akhirnya Icy menghadap pada Alina yang canggung. Icy berjalan menghampiri Alina hati hati dan memeluknya.
"Izinkan Icy memeluk ibu," Icy menenggelamkan wajahnya di pelukan Alina. Alina mengelus rambut Icy lembut dan melepaskannya.
"Ayo duduk,"
Icy mengangguk dan mereka duduk di tepi ranjang.
"Ehm, siapa namamu?"
"Icy, ah tidak Red Vhelix Icy"
Aline mengernyit saat mendengar kata 'Vhelix' bagaimana dia bisa menerimanya! Lagipula Roana menamainya Icy, yang berarti es?! Mana mungkin ini bisa terjadi.
"Kalau kamu tidak menyukainya aku dan ayahmu akan memberikan nama baru, bagaimana?"
Icy merasa bingung. Dia tidak tahu harus menjawab apa.
"Tidak, tidak. Bagaimana kalau hanya mengganti Vhelix?" setelah mendeteksi keengganan Icy, Alina hanya rela namanya Red Icy.
Icy merasa enggan, bagaimanapun nama itu adalah nama kecil yang ia sukai. Tapi saat melihat ekspresi Alina Icy hanya mengangguk.
"Icy masih suka Red Icy," Icy mengangguk patuh.
Alina merasa sedikit sakit saat merasakan keengganan di wajah putrinya. Tapi dia merasa gembira anaknya patuh padanya.
"Gadis baik." Alina memeluknya lembut.
---
Roana dan Vhelix sedang duduk di meja makan. Mereka menyambut anaknya dengan ramah dan kasih sayang.
"Namamu, hm Flarie?" tanya Roana saat mengingat Icy meneriaki nama Flarie saat kecil dan kejadian tadi.
Flarie tersenyum, namun senyumnya menunjukan sedikit muram "Iya ibu, namaku Flarie blue."
Roana dan Vhelix tidak mempermasalahkan namanya Flarie yang berarti api diambil dari kata Flare. Mereka tidak masalah dengan itu.
"Siapa ibu?" tanya Flarie. Ya Flarie hanya bertanya nama ibunya, karena nama ayahnya--Vhelix, Flarie sudah mengetahuinya dari Rhamos.
"Roana,"
"Nama yang cantik ibu,"
"Mereka membesarkanmu dengan baik," Roana tersenyum mengelus rambut Flarie, Vhelix daritadi hanya diam memperhatikan mereka "ngomong-ngomong Icy sering menceritakanmu, kapan kalian bertemu?"
Flarie tertegun, lalu sebuah cahaya melintas di matanya "Benarkah?"
Roana mengangguk "Saat tertidurpun,"
Flarie menjadi bersemangat dan tersenyum "Flarie pun sama! Suka memimpikan Icy."
"Oh ya? Kapan kalian bertemu?" Vhelix yang daritadi diampun tersenyum dan bertanya.
"Ehm, dua kali! Ya kami bertemu dua kali saat usia kami 5 tahun!" Roana dan Vhelix tercengang.
"Pantas saja Icy selalu nakal dan ingin pergi ke perbatasan," geleng Roana "Ternyata pelakunya anak ibu,"
"Ibu! Kami hanya bertemu dua kali, itupun yang pertama ibu yang menolak Icy dan menyeret dia pergi. Ibu meninggalkan Flarie di sana. Sebuah cahaya melintas di matanya, Flarie muram.
Roana terkejut dan segera menghibur Flarie "Flarie, jadi anak lelaki itu anak ibu?"
"Iya!"
Roana tersenyum tipis dan memeluk Flarie.
__
"Sialan! Kenapa mereka tidak berperang saja!" jubah hitam misterius membanting tongkat dari tahtanya, jubah hitam yang menutupi setengah dari wajahnya suram dan suram.
Seluruh istananya gelap seperti malam. Seluruh permukaan tanahnya gosong dan rapuh seperti arang.
Seseorang yang menyampaikan informasi bergetar ketakutan dia hanya menunduk "Maaf yang mulia, mereka seperti tidak terprovokasi keadaan sama sekali,"
"Tak berguna!" sebuah cahaya hitam melesat kearah yang menunduk. Jubahnya terjatuh kebawah dan cairan merah merembes keluar "Pria! Bersihkan kekacauan!" dia berdiri dari tahta dan pergi begitu saja.
"Tangkap anak dari Rhamos dan Alina!"
Saat sosok misterus itu ingin menghilang sebuah suara yang penuh ketakutan bertanya. "Yang Mulia, bagaimana dengan anak dari kerajaan es?"
Sebuah cahaya hitam lagi lagi melesat dan membunuh pria itu.
Bawahan lainnya segera mengangguk ketakan "Sesuai perintah anda, Yang Mulia."
__
Di sebuah tempat indah dan nyaman. Tempat itu sangat asli tanpa dominan. Tidak ada tanah api yang panas, tidak ada tanah es yang dingin, juga tidak ada tanah hitam yang menyeramkan. Hanya pemandangan indah dengan rumput hijau yang tertiup angin lembut, cahaya matahari menyoroti pepohonan menciptakan bayangan di sore hari.
Di sebuah gubuk tua di tepi sungai mengalir, ada seorang wanita yang sedang duduk di hadapan tungku sedang memasak dalam kuali.
"Mereka terlalu berselisih dan hanya berpikir bahwa kekuatan mereka teristimewa," dia terkekeh sendiri seperti orang gila. Tampilannya kumuh dan kusam. "Dasar bodoh!"
Dia mengambil beberapa kayu yang terbakar lalu meniupnya membuat gubuknya penuh asap.

KAMU SEDANG MEMBACA
A Switch
FantasyJadwal update [Senin/Selasa] √ sudah pasti [Hari lain] sesuai mood sih♡ ••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••• Ice Kingdom & Fire Castle Kekuatan yang selalu berselisih membuat kesepakatan dengan damai jika setiap bangsa tidak melewati perbata...