7th : What's Wrong? (2)

33 21 4
                                        

"Flarie! Bersiap siaplah," teriak Rhamos dari luar ruangan. Flarie sangat bersemangat karena dia akan mendapatkan kekuatannya.

"Sebentar ayah," Flarie memakai gelang kain dan pergi menyusul Rhamos.

Di sana sudah ada Alina yang tersenyum.

"5 menit lagi!" Alina bersemangat ingin segera melihat kekuatan anaknya.

"Flarie cepat ambil panah ini, nanti apimu akan muncul di sana,"

"Ya!" Flarie segera bersiaga.

Namun waktu terus berjalan dan Flarie sangat siap.

"Sekarang!" teriak Rhamos, Flarie membidik panahnya dan tepat pada lingkaran merah. Rhamos dan Alina terkejut!

Lingkaran merah!

Anak ini baru pertama kali mencoba!

Karena tidak percaya dia menghampiri panah itu dan mencabutnya. Saat panah itu keluar dari targetnya. Air mengalir di sana, Rhamos mengernyit.

"Darimana asal air ini?" tanya Rhamos bingung.

"Air?" Alina menghampiri Rhamos begitupun dengan Flarie.

"Ayah, apakah kekuatanku air?" tanya Flarie polos. Rhamos menggeleng cepat.

"Kekuatanmu api tentu saja"

"Tapi kenapa tidak ada api yang keluar?" Rhamos dan Alina juga sebenarnya bingung. Seharusnya Flarie mendapatkan kekuatan di usia 10 tahun. Seluruh negeri api mendapatkannya seperti itu.

"Ayah? Ibu?" tanya Flarie sedikit sedih "Apakah Flarie tidak berbakat?"

Alina dan Rhamos benar benar tidak bisa mengatakan apapum. Mereka hanya akan mencoba menghibur Flarie.

"Flarie, Flarie bukan begitu, kamu pasti akan mendapatkan kekuatanmu cepat atau lambat. Jangan khawatir nak," Alina tersenyum membuat Flarie sedikit lega.

"Benar kata ibumu bocah! Kekuatanmu akan muncul seiring berjalannya waktu,"

"Baiklah," Flarie tersenyum, tapi sebenarnya dia merasa sedih. "Kalau begitu aku akan ke kamar lagi ayah, ibu"

Flarie menuju ke kamarnya, dia tidak tahu kenapa kekuatannya tidak muncul sama sekali. Seharusnya wajar pada umur ini.

Flarie tetingat perbatasan, dulu saat ia sedih selalu nakal dan pergi ke perbatasan. Tiba tiba benak Flarie teringat seseorang.

Icy!

Ya, dulu pernah dia mencoba kabur lagi beberapa kali, tapi tetap saja Flarie tidak bisa mengunjungi Icy. Apakah Icy akan marah? Apapun caranya Flarie harus mengunjungi Icy.

Flarie akhirnya berhasil mengendap endap melewati jendela, bocah nakal kecil itu memakai jubah hitam dan aneh.

Di perbatasan Flarie menunggu dan menunggu. Tidak ada tanda tanda Icy muncul.

"Icy!! Flarie datang," teriak Flarie dari kejauhan 5 meter dari perbatasan. Tapi tetap saja tidak ada yang mendengar Flarie "Icyy!"

Flarie menyeka air matanya. Flarie hanya menginginkan teman. Tidak ada yang mau berteman dengan Flarie, karena mereka takut pada Flarie karena menjadi putra Raka Api--Rhamos. Tidak ada yang tahu betapa kesepiannya ia setiap hari. Satu satunya teman adalah Icy. Yang baru bertemu dua kali.

Flarie membuka gelang kainnya dan membungkusnya dengan kain yang terdapat tulisan di dalamnya. Flarie melemparkan kain itu dan terjatuh di tanah es dekat perbatasan. Kain itu berada di bawah pohon pinus.

Hari sudah gelap dan Icy belum datang juga. Apakah Icy marah pada Flarie? Pikiran kecil Flarie benar benar kacau.

Akhirnya Flarie pulang dengan sedih.

A SwitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang