Vaya terlihat berjalan bersama Zee dengan membawa beberapa makanan. Barang bawaan mereka terlihat banyak sekali. Keduanya terlihat masuk ke salah satu ruangan di yang ada di sekolah.
RUANG LATIHAN BAND
Sekolah ini memang sekolah mahal. Tidak heran ada ruang latihan khusus. Maklum, anggaplah sekolah level kelas atas.
"Wah kak, banyak sekali makanannya" seru Dowoon dengan mata berbinar.
"Dowoon bantu aku jangan banyak berkomentar" kesal Vaya.
Dowoon nyengir dan segera membantu Vaya yang terlihat kesusahan membawa makanan itu.
"Eh jelek, si Jae lagi ngambek. Dia dipojokkan meluk gitar" seru Brian sambil membantu Zee.
"Hobi banget ya kamu manggil aku jelek! Kalau bukan karena bantuanku, Zee tidak akan menjadi pacarmu cuihh" kesal Vaya.
Yaa, Zee resmi menjadi pacar Brian.
"Kau jangan seperti itulah kepada Vaya" kata Zee menatap Brian.
"Aku bercanda, babe hehe" kekeh Brian.
"Jangan memanggilku seperti itu ya. Risih!" Sarkas Zee menatap Brian galak.
"Oke, Babe" balas Brian tidak mau mendengarkan Zee.
"Aku pukul kau pakai bass" ancam Zee.
"Aku tidak takut karena aku bisa menciummu" goda Brian.
Zee langsung memukul kecil Brian.
"Wonpil? Kau jangan ketularan rasis seperti Brian ya!" Seru Vaya emosi.
"Maaf, aku anak kalem dan soft" sahut Wonpil edisi pesantren.
"Dowoon juga kalem" timpal Dowoon tidak mau kalah.
"Kau lebih ke polos. Beda tipis dengan bodoh" cibir Brian.
Zee langsung menampar mulut Brian dengan keras.
"Kalau bicara tidak suka dipikir dulu ya. Kebiasaan ya!" Sentak Zee galak.
"Maaf babe, bercanda"
"Jangan kebiasaan begitu!"
"Iya Zee iyaaaa"
Seketika Brian menjadi bahan tertawaan karena takluk dengan seorang Zee. Maklumlah ya, kekuatan bucin bisa melemahkan jiwa kuat seseorang. Tidak percaya? Anda bisa membuktikan sendiri di rumah dengan pengawasan orang dewasa *skip.
Vaya kemudian berjalan mendekati Jae yanh terlihat sedang tidak mood.
"Kenapa? Seperti anak kecil saja suka ngambek. Mojok lagi" sindir Vaya.
"Go away!" Usir Jae kesal.
"Kenapa?"
Jae menoleh ke Vaya yang saat ini tersenyum ke arahnya. Benar-benar menjadi Vaya yang soft. Beda dengan Vaya yang dulu.
"Brian pamer dimanjakan ayahnya terus. Dibelikan ini, itu. Aku tidak"
Seketika Vaya menampar jidatnya sendiri saking tidak tahannya dengan sikap kekanakan Jae.
"Tapi kau sering membanggakan ayahmu kan" kata Vaya.
"Ya, karena ayah selalu ada waktu kalau aku memintanya meskipun dia sibuk"
"Nah, itu saja sudah menjadi kado terbaik"
Jae menatap cemberut ke arah Vaya. Mirip sekali dengan anak kecil yang sedang marah minta balon.
"Aku bawa makanan, ayo kita makan bersama"
"Tidak"
"Oh begitu.. kalau begitu ayo kita putus!" Ancam Vaya.
Jae memutar bola matanya malas dan langsung berdiri. Dia nurut dengan Vaya. Hal ini yang membuat Vaya gemas. Akhirnya Jae mau bergabung untuk makan bersama.
"Kau menyebalkan, Vaya" kata Jae ketus.
"Tapi kau menyukaiku, wlekkk"
"Awas kau" ancam Jae seperti biasanya.
Vaya tertawa kecil dan berniat menyusul teman-temannya untuk makan bersama tetapi ponselnya bergetar. Ada panggilan masuk dari nomor asing.
"Dear, kau sedang apa?" Teriak Jae yang sudah duduk di depan makanan.
"Sebentar" kata Vaya yang langsung mengangkat telepon itu.
"Hallo..." jawab Vaya.
Beberapa detik tidak ada sahutan apapun.
"Hallo?" Ucap Vaya lagi.
"Apa kabarmu, Vaya?"
DEG!
Mendengar suara itu membuat Vaya terkejut. Suara yang tidak asing itu kembali ia dengarkan setelah sekian lama.
Yaa, itu suara Sungjin.
•••
Sungjin tersenyum dan mengembalikan ponsel kepada seseorang.
"Terimakasih sudah meminjamkan ponselmu untukku"
"Haha, santai saja. Boss Bang juga menitipkanmu kepadaku"
"Terimakasih" jawab Sungjin sopan.
"Kalau kau butuh apa-apa, jangan sungkan meminta kepadaku"
"Terimakasih. Kau sangat baik" kata Sungjin.
"Siapa yang kau telepon?"
"Teman yang aku rindukan" jawab Sungjn tersenyum.
"Sebentar lagi kau bebas. Kau bisa menemui temanmu itu"
Sungjin mengangguk dan tersenyum. Entah apa yang terjadi, Sungjin memakai baju tahanan.
"Pasti itu seorang gadis?"
Sungjin tidak menjawab dan hanya tersenyum. Kemudian dia kembali mengingat kembali wajah Vaya. Wajah yang selalu ia rindukan. Wajah yang selalu cerah dan menyambutnya dengan senyuman tipis. Dan satu lagi, tangan yang selalu mengenggamnya dengan lembut dan memeluknya dengan hangat. Sungjin merindukan semua itu.
"Apa aku masih bisa menepati janjiku?"
•THE END•
Sorry ngga jago buat cerita dan ending yang bagus. Tapi aku senang bisa menumpahkan imajinasiku disini. Buat yang suka, makasih banget udah luangin waktunya buat baca ceritaku ini.
Stay safe, keep healthy 💙
Jangan lupa tanggal 11 Mei Day6 comeback 🥳
I love day6
End 01052020
KAMU SEDANG MEMBACA
EVILOVE | Sungjin Day6 ✔
FanfictionApakah memutuskan untuk tetap mencintaimu adalah sebuah kejahatan?