🐻 16 🐻

199 25 2
                                    

Sungjin turun dari mobil bersama kakaknya, Sarah. Sebelum masuk ke dalam rumah, Sungjin menatap Sarah terlebih dahulu.

"Kenapa melihatku seperti itu?" Tanya Sarah ketus.

"Kakak menemui Vaya ya?"

"Ya. Kau mau marah sekarang? Marah saja!"

Sungjin tersenyum dan berjalan mendekat ke Sarah.

"Apa kau menyesal punya adik sepertiku?"

"Ya, aku tidak ingin punya adik pengecut seperti kau" ketus Sarah.

Sungjin lagi-lagi tersenyum.

"Terimakasih sudah membawaku pulang, Kak" kata Sungjin.

Sarah menatap Sungjin yang saat ini tersenyum ke arahnya. Jujur Sarah sakit melihat senyuman adiknya itu. Ada perasaan iba dan sayang pada dirinya. Namun bagaimanapun, Sungjin harus bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan.

"Temui ayah dulu"

"Ya, aku akan segera menemuinya sebelum pergi"

Sungjin segera berjalan masuk meninggalkan Sarah yang masih berdiri menatap punggung Sungjin yang berjalan menjauh darinya. Bahkan Sarah menitikkan air matanya.

•••

"Kenapa kau kembali?" Itu suara Ayah Sungjin.

"Ayah, aku tidak bisa lari dari masalahku. Aku tidak ingin menjadi pengecut"

"Lalu kenapa kemarin kau bersikeras untuk pindah sekolah dan tidak ingin bertanggung jawab?"

Sungjin tersenyum lalu menjawab...

"Karena aku harus menepati janji sebelum aku benar-benar melepasnya, Ayah"

"Dengan seorang gadis?" Tebak ayahnya.

Sungjin hanya membalasnya dengan senyum.

"Aku akan tetap membantumu karena kau anakku. Kau yakin akan mengakui ini semua?"

Sungjin mengangguk dan tersenyum. Sungjin? Sebenarnya apa yang terjadi?

•••

Vaya dan Dowoon berangkat bersama. Tapi Dowoon berjalan terlebih dahulu setelah berpapasan dengan teman sekelasnya. Vaya berjalan sendirian sekarang.

"Good Morning, Dear"

Vaya terkejut dengan sapaan tidak asing itu. Matanya langsung tertuju pada lelaki bertubuh tinggi yang sekarang berdiri di depannya. Dengan senyum manis, mata sipit dan kaca mata bolongnya, Jae melambai ke arah Vaya.

"Sudah sarapankah hari ini?" Tanya Jae basa basi seperti biasanya.

"Kita jadi pusat perhatian. Tolong jaga sikapmu, Jae" kata Vaya ketus.

"Apa? Aku tidak mendengarnya. Coba katakan lebih keras" seru Jae sengaja.

"Ssttt! Banyak fansmu yang tidak menyukaiku. Kau mau aku jadi sasaran pembenci huh?" Balas Vaya kesal.

"Memangnya kenapa? Kau kan pacarku"

DEG!

Langkah Vaya langsung terhenti ketika Jae menyebut kata 'pacar'. Vaya menoleh galak ke Jae. Maklum, ini sudah menjadi kebiasaan Vaya ketika berpacaran dengan Jae.

"Kau lupa ingatan apa gimana? Kita sudah putus!" Tegas Vaya.

"Oh ya? Aku tidak pernah menyetujui kita putus" sahut Jae seperti tidak terjadi apa-apa.

"Jae?"

"Ehem?"

Vaya menatap Jae beberapa saat dan membuang  nafas kasar. Ya terselip jengkel.

"Kita sudah putus" tegas Vaya sekali lagi.

"No no no!"

"Jangan memaksaku ya! Mau aku tampar?" Ancam Vaya galak. Mungkin dia PMS.

"Tampar saja, nanti kau juga dibalas fansku wlekkk" goda Jae menyebalkan.

Vaya memutar bola matanya malas meladeni sifat kekanakan Jae ini.

"Aku kan tidak menyukaimu, Jae. Apa perlu aku mengulang kata-kata itu sampai ratusan kali huh?" Pekik Vaya.

"Aku yakin kau sudah sedikit mencintaiku"

"Tidak! Sama sekali tidak!"

"Dasar pembohong! Cuih.." cibir Jae remeh.

"Apa kau pura-pura lupa tentang aku dan Sungjin?"

"Sungjin? Ah, temanmu itu. Aku tidak mempermasalahkannya. Why?"

"Jae?"

"Ya, kenapa memanggil namaku terus?" Kesal Jae ala ayam.

"Aku sudah kotor" kata Vaya.

"Aku akan membelikan sabun anti noda yang bisa membersihkan" canda Jae.

"Jae!"

Seketika suasana menjadi serius. Mereka bahkan tidak peduli menjadi pusat perhatian oleh beberapa teman-temannya yang kebetulan lewat.

"Kau bisa mencari wanita yang lebih baik dariku" kata Vaya serius.

"Bagiku, kau lebih baik dari yang terbaik"

"Jae!"

"Dear, mencintai tidak harus sesempurna itu" kata Jae meyakinkan.

Jae kemudian menatap Vaya dan meletakkan kedua tangannya di pundak Vaya.

"I accept you as Vaya. I don't care about what you once did with Sungjin. I believe, you're not a woman like that" kata Jae tulus.

"Aku murahan. Bukankah aku terlihat seperti jalang sekarang?" Seru Vaya.

DUG!! Jae memukul kecil kepala Vaya.

"Kau ini bukan jalang, tapi bodoh" cibir Jae.

"Apa kau bilang?"

"Kau bodoh. Vaya bodoh. Bodoh dan bodoh!"

"Katakan sekali lagi!" Sentak Vaya geram.

"Aku menerima keadaanmu, Vaya" jawab Jae tersenyum.

Vaya menatap Jae dengan mata nanar. Dia bahkan tidak menyangka Jae akan berbuat ini untuknya. Menerima kekurangannya dan ini membuktikan.. Jae benar-benar tulus. Vaya tak kuasa menahan perasaannya saat ini dan langsung memeluk Jae dan tentunya membuat fans Jae bersorak dan patah hati.

Mohon bersabar, ini bukan ujian melainkan kenyataan yang harus diterima dengan keikhlasan lahir dan batin. Jae sudah menjadi milik Vaya, untuk barisan fansnya mohon mengerti dan pahami. *Skip

"Jae? Maafkan aku" kata Vaya.

"Kau tidak salah, kau tidak perlu minta maaf"

Jae membalas pelukan Vaya dan menepuk-nepuk punggung Vaya.

"I love you, Vaya"

Vaya menitikkan air matanya setelah mendengar ucapan itu.

"Love you too... Jae"



•tbc•

Masih ada satu part lagi yang dinamakan EXTRA PART. Pantau sampai selesai
👉💙👈

I like drum. I love drum. Im drum
🌙 Day6 🌙

EVILOVE | Sungjin Day6 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang