Seorang gadis tengah duduk di rooftop bersama lelaki yang selama ini menemaninya, dia memejamkan matanya menikmati angin yang terus berhembus.
Mereka tidak sadar ada 4 kunyuk yang selalu mengawasi mereka dari jauh.
"Hari ini jadwalnya gue cuci darah" Kata Shinta
"Iya, gue inget" Ujar Dareen tersenyum
"Tapi gue ga mau terus terusan ganggu kesenangan lo, gue mau sembuh, gue juga mau kaya dulu dimana gue latihan basket bareng temen temen gue" Kata Shinta dengan suara bergetar.
"Tapi ayah belum dapetin pendonornya ta" Kata Dareen
"Gue juga cape bolak-balik kerumah sakit cuman untuk cuci darah, buang² uang" Kata Shinta
"Lo harus bertahan ta, gue dan semuanya sayang sama lo, jadi lo jangn sampai nyerah"
"Lo tau? Gue cape terus nahan sakit, gue cape terus pura-pura tersenyum, gue cape" Kata Shinta
"Iya gue tau, gue juga ga suka liat lo sakit² kaya gini" Tuturnya
"Semakin hari gue semakin susah untuk bertahan, gue ga mau masa putih abu-abu hilang gitu aja, gue juga mau lulus bareng kalian semua, termasuk...."
Shinta menjeda ucapannya, dia menggigit bibir bawahnya ragu.
"Termasuk? " Bingung Dareen
"Athaya" Cicitnya pelan
"Lo suka sama dia? " Tanya Dareen
"Entahlah gue ga tau, gue rasa semakin hari dia semakin jauh sama gue" Jawab Shinta menitikkan air matanya.
"Gue ga biarin lo disakiti sama dia" Timpal Dareen.
"Tapi gue bersyukur, dia menjauh jadi kalau dia mendapat kabar kalau sitomboy udh ga ada, dia jadi ga terlalu kehilangan" Lanjut Shinta tersenyum getir.
"Lo ga boleh ngomong gitu ta, mungkin dia sayang sama lo, seperti gue yang sayang sama lo" Tegas Dareen.
Shinta langsung menerjang tubuh Dareen dan memeluknya erat.
"Gue ga mau Shasya dan Shea nangis cuma karna gue pergi, gue ga mau Shasya semakin dingin, dan gue ga mau Shea semakin diganggu sama orang" Isak nya.
Lalu dia melepaskan pelukan itu dan menghapus air matanya.
"Kalau gitu, gue donor ginjal gue buat lo, mau? " Kata Dareen
"Jangan! Kalau lo donor ginjal lo, siapa nanti yang ngejaga Shea" Kata Shinta menolak.
Shea tidak tahan lagi dia segera berlari kearah mereka berdua, dan berdiri kehadapan mereka.
"Shea? Sorry ini bukan seperti yang lo liat" Ujar Shinta berdiri
Shea langsung memeluk Shinta erat, lalu menangis, dia tidak tahan dengan kenyataan yang baru saja terjadi ini.
"Lo kenapa? Ada yang ganggu lo? Siapa? Bilang sama gue" Ujar Shinta mengelus punggungnya.
"Lo jahat! Lo sembunyiin semua kenyataan pahit yang lo rasain, lo ga bilang sama gue! Lo anggap gue apaan? " Isaknya menjadi-jadi
"Maksud lo apa? " Bingung Shinta
Shea melepaskan pelukannya.
"Gue udh dengar semuanya! Lo sakit, lo sakit gagal ginjal! Kenapa lo ngga ngasih tau gue? Gue sahabat lo atau apa sih? Serasa ga penting amat dikasih tau" Cerocosnya panjang lebar.
"Gue -gue cuma ga mau kalian kepikiran" Cicitnya
"Kalau lo sembunyiin itu, gue semakin kepikiran, kenapa lo tiba-tiba mimisan kadang, kenapa lo tiba-tiba pingsan" Ujar Shea
KAMU SEDANG MEMBACA
Triple girls {√}
Teen Fiction[ END ] FOLLOW SEBELUM MEMBACA! PLAGIAT? HUSH! HUSH! HEMPAS AJA! Shinta. dia punya pribadi yang tidak bisa dimainkan. jika orang itu sudah keterlaluan, Shinta tidak akan main main lagi dia akan mengajak orang itu baku hantam! tidak ada kata ampun...