09

101 21 2
                                    

Vokal ketuk yang berkali-kali memenuhi atmosfer seakan tak pernah jemu bertahan di udara dengan keadaan melayang-layang. Ditemani kicau burung yang sedang bergosip di ranting pohon, ada pula akar-akar yang menjalar hingga tak jarang timbul ke permukaan untuk menikmati udara pagi hari Pixabay.

Seperti yang telah lalu, tempat favorit Jennie di Pixabay adalah pinggiran sungai. Dia tidak perlu pergi ke pusat Pixabay untuk menikmati ketenangan yang digembar-gemborkan oleh penyihir kelas atas. Dia bukan tidak percaya, hanya saja baginya terlalu percuma dan buang-buang waktu apabila menaiki sapu terbang ke sana. Untuk apa menenangkan diri di tempat jauh jika di pinggiran sungai saja sudah merasa sepi, 'kan?

Jennie ditemani oleh Yoongi, lagi. Dia tidak akan bosan mendeskripsikan kepolosan Yoongi yang terkadang bisa membuat seseorang naik darah pada saat itu juga.

Setelah mengajari Yoongi beberapa mantra sihir yang dia baru pelajari, tak lupa dia cekoki Yoongi ramuan yang didapatnya dari Hoseok. Yoongi sempat tidak mau minum ramuan itu dengan alasan karena Hoseok yang membuatnya. Dengan segala upaya yang bisa dia lakukan, akhirnya Yoongi menyerah dan patuh saja.

"Juni, aku tidak suka pakai kayu ini. Repot." Yoongi menyerahkan tongkat sihir imitasinya ke arah Jennie. Ia menatap Jennie malas-malasan ketika bibir wanita itu hendak produksi berlektur-lektur nasihat yang dapat membuat telinga berdenging. Jennie itu cerewet meskipun cantik.

Jennie berkacak pinggang setelah menerima uluran tongkat dari Yoongi. Dia pandangi wajah Yoongi yang di beberapa sisi malah terlihat menyebalkan dan congkak di satu waktu bersamaan. Astaga, untung tampan.

Jennie naikkan salah satu alisnya ketika berkata, "Lantas? Kau mau menyihir dengan apa? Lidah iguana? Atau ekor buaya?" Dia mematahkan tongkat sihir Yoongi dengan sekali gerak tangan. Kemudian melanjutkan, "Jangan bercanda. Aku menciptakanmu untuk menjadi penyihir sempurna, bukan seorang penyihir yang bisa melawak."

"Memangnya kenapa?" Yoongi tampak tak sependapat. "Jadi seorang penyihir yang bisa melawak satu-satunya juga pencapaian, Jun."

"Iya, tapi tujuanku bukan untuk hal konyol seperti itu."

Yoongi tidak mau berdebat lebih lanjut. Jika ia bisa meminta kepada Jennie untuk dilahirkan kembali, maka ia tidak akan pernah mau terlahir sebagai seorang penyihir. Menjadi batu atau kerikil sepertinya lebih mengasyikkan ketimbang berperilaku aneh seperti penyihir Pixabay. Perlu diketahui, penyihir Pixabay semuanya punya otak miring. Pemikiran di luar nalar yang sulit dicerna. Bayangkan saja, apa orang waras mau meminum air liur beruang? Barangkali hanya penyihir Pixabay yang begitu.

Ia mengamati Jennie yang sedang mencoba membelah sebuah batu menggunakan ujung tongkat sihir sembari membaca mantra. Walaupun telah jemu menghafalkan berbagai macam kosakata yang sukar dimengerti, Yoongi tetap senang bisa melihat Jennie tersenyum bangga ketika ia dapat menerapkan dan berhasil melakukan beberapa mantra dalam satu hari. Ia mengikuti apa yang Jennie lafalkan meski tanpa menggunakan tongkat sihir. Ujung jari telunjuknya sebagai pengganti tongkat. Biar saja jika gagal, ia yakin Jennie tidak akan marah.

Saat sedang mengikuti gerakan ujung tongkat Jennie yang menyentuh permukaan batu besar, tiba-tiba ujung jari telunjuknya lebih dulu bisa pecahkan batu raksasa tanpa menyentuh permukaan batu tersebut. Ekspresi Yoongi tampak terkejut, kendati tetap datar dan terlihat biasa saja, tetapi dua alis serta mata sipitnya yang diam-diam melebar sudah menjadi indikasi bahwa ia sedang tersentak kaget.

Jennie menangkap wajahnya. Tubuh Jennie yang lebih pendek memudahkannya ketika hendak menatap kelopak mata Jennie. Ia terbius oleh beberapa faktor yang tak dapat dijelaskan.

"Astaga, Yoongs, kau pintar sekali!" Jennie memekik girang.

Yoongi tak berkutik. Ia di persimpangan antara sadar dan tidak. Bingung. Tak paham dengan keadaan yang tengah terjadi di beranda matanya saat ini.

Jennie semakin menyingkat distansi yang terbentang. Dan pada detik yang entah ke berapa, dia berjingkat untuk mengecup pipi kiri Yoongi yang terasa dingin di telapak tangan sejak tadi dalam beberapa sekon berselang saja.

"Aku tahu, kau lebih cerdas daripada penyihir senior atau petinggi Pixabay, Yoongs," ujar Jennie dengan tungkai kaki yang sudah menapak pada bumi.

Yoongi masih tidak menciptakan respons apa-apa selain berkedip normal.

Jennie yang mengetahui keadaan Yoongi pun jelas khawatir. Dia mengguncangkan tubuh Yoongi secara bertahap. Salah satu telapak tangannya terangkat guna melambai dan mengibaskan angin tepat di depan wajah pucat Yoongi. "Yoongi? Apa kau baik-baik saja?"

Yoongi mengedip lagi. "Jantungku berdetak."

Jennie memutar bola mata malas. "Heh! Jantung memang berdetak terus, Bodoh!"

Yoongi menepis informasi Jennie. "Bukan. Ini lebih cepat. Seperti sedang mengejar Kanan dan Kiri yang mencuri roti tulipku beberapa hari lalu."

Jennie yang mendengar pengakuan tersebut lantas perlahan mengambil langkah mundur. Raut wajahnya pun turut berubah. Dia bentangkan jarak yang sempat terlipat beberapa detik lalu dengan cekatan. Dia merapikan rambut, menyelipkan beberapa helai ke belakang telinga.

Jennie berhenti menatap mata Yoongi yang berpendar penuh penasaran. Mungkin pria itu ingin tahu apa arti dari detak jantung yang berdentum-dentum. Namun, dia enggan cuaikan apa yang tengah Yoongi simpan dalam bank pertanyaannya saat ini. Dia memutar tubuh hingga membelakangi Yoongi. Melangkah maju meninggalkan Yoongi di pinggiran sungai yang masih mengalir deras.

Sebelum tangannya meraih topi kerucut serta sapu sihir, Jennie berkata tegas, "Jangan menyukaiku, Yoongs. Kau harus tahu, aku menciptakanmu untuk sebuah misi. Bukan sebagai objek merajut romansa di tengah hiruk-pikuk Pixabay yang mendominasi."

Lantas Jennie pergi meninggalkan Yoongi seorang diri.

Jennie tahu tentang volume detak jantung orang yang sedang jatuh cinta. Dia tahu, sebab dia pun begitu ketika berdekatan dengan Hoseok.

Jennie kira, tatapan mata Yoongi yang kadangkala tak sengaja terpantul oleh bias-bias cahaya di pagi hari itu adalah bentuk penghormatan karena telah melahirkannya lewat rahim sekuntum tulip hingga dapat melihat dunia. Dia pernah berprasangka bahwa Yoongi begitu ingin melindunginya karena pria itu sedang membalas hutang budi. Namun, ternyata seluruh konklusi atau praduga personal itu adalah sebenar-benarnya dari sebuah kesalahpahaman.

Yoongi tidak diizinkan untuk mencintainya. Yoongi dilahirkan untuk menjadi sebuah pemenang dalam sayembara lima ratus tahunan Pixabay, itu tujuan yang absolut dari eksistensi Yoongi di dunia saat ini. Dia tidak pernah melampirkan deklarasi tentang kebebasan mencintai seorang pencipta eksperimen sepertinya kepada Yoongi. Itu adalah hal terlarang garis keras. Yoongi tidak boleh menyalahi aturan yang sudah dia tetapkan kendati secara implisit sekali pun.

Tidak ada yang boleh menyalahkan kesucian cinta. Rasa yang begitu murni dan putih itu tidak diizinkan untuk hitam dan kotor. Tidak ada seorang pun yang bisa menyalahkan cinta. Sebab, cinta tak pernah salah.

Namun, jika yang sedang jatuh cinta itu adalah Yoongi, maka kalimat tadi harus berubah sesuai kondisi.

Yoongi dilarang untuk jatuh cinta. Terutama kepada orang yang sudah menciptakannya.

***
Tbc.

[✓] PythonissamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang