01

273 32 0
                                    

Pada saat daun berwarna sedikit oranye kemerahan, Jennie masih lelap tertidur di atas batu besar yang disulapnya hingga bisa melayang-layang memutari ruangan. Wanita itu tampak damai sekali menyatu bersama dua burung hantu yang dibiarkan tidak terkurung agar bisa terbang bebas di seluruh penjuru gubuk. Jennie menamai dua burung hantu itu dengan nama Kanan dan Kiri. Terkadang, dia bisa salah memanggil, tetapi burung-burung tersebut tampak tak mempermasalahkan Jennie yang pelupa sebab hanya Jennie Imogene, seorang penyihir pemula yang sudah beratus-ratus tahun memelihara kemampuan melupakan sesuatu dengan durasi singkat.

Barangkali karena Kanan terlalu usil dengan menyentuh pipi Jennie menggunakan kaki-kakinya, wanita yang sejak tadi jadi bahan pembicaraan Kiri dan Kanan dalam bahasa aves pun seketika membuka kelopak mata. Dia merenggangkan otot-otot yang terasa kaku sebab bertahan terlalu lama pada posisi yang sama selama tidur kurang lebih tujuh jam lamanya. Perlu diketahui, para penyihir normal hanya tidur tiga jam dalam sehari. Jadi, bukankah Jennie sudah termasuk ke dalam penyihir yang tidak normal? Oh, lupakan saja, mari fokus pada Jennie mulai meraih tongkat sihir dengan mata setengah terbuka.

Setelah menghentikan pergerakan batu bisa berotasi itu, dia segera menyampirkan jubah pada perpotongan siku tangannya. Dia melirik keberadaan Kanan dan Kiri yang sejak tadi setia sekali mendampingi kendati tak jarang usil sekali mematuk-matuk kepala.

Dia berkata, "Aku akan membuat sebuah mantra terhebat hari ini. Kalian harus doakan aku supaya bisa menjadi penyihir senior tahun ini, oke?"

Kanan dan Kiri merotasikan dua bola mata, jengah sekali memandangi Jennie yang ambisius selama hampir delapan ratus tujuh puluh tahun.

Jennie terkekeh saat mendapatkan reaksi dari dua burung hantu yang dipeliharanya. Sekadar informasi, Kanan dan Kiri dia temukan saat burung hantu tersebut baru saja bisa mengepakkan sayap setelah kabur dari kandang salah seorang penyihir senior Pixabay. Kanan dan Kiri tandangi gubuknya ketika dia sedang mencoba eksperimen baru, yaitu mencampurkan daging babi dengan lendir siput hingga menjadi roti berhias selai. Itu ekperimen gagal, tapi tidak masalah, Kanan dan Kiri malah menyukainya. Mereka berdua memakan itu dengan lahap dan untuk hari-hari yang terlewati begitu cepat, Kanan dan Kiri seketika sudah menjinak saja.

Dia raih sapu terbang dan topi kerucut yang diletakkannya pada tempat khusus. Merasa semua sudah dia bawa dalam genggaman, Jennie pun segera tinggalkan gubuk dengan dua orang penjaga bernama Kanan dan Kiri yang punya tingkat kepekaan tinggi terhadap bebauan penyihir-penyihir yang hendak mencuri buku sihir dari sesamanya. Itu lumrah terjadi bila mendekati sayembara lima ratus tahun begini, tidak usah terkejut apabila nanti buku kumpulan mantra milik kalian tiba-tiba hilang. Ini bentuk peringatan secara implisit, semoga saja kalian mampu mencerna perhatian Jennie yang begitu berbelit-belit.

Jennie menghentikan sapu terbangnya ketika kaki telah menapaki tanah bagian depan perpustakaan Pixabay. Dia mengayunkan tongkat ke arah sapu terbang tersebut hingga membuat benda yang dapat melayang-layang itu menjadi seukuran jam pasir mainan. Menjadi mikro. Setelah menjejalkan sapu terbang tersebut ke dalam saku, lantas dia kenakan jubah serta topi agar bisa memasuki areal perpustakaan tanpa perlu melewati penyihir penjaga yang setia melontarkan pertanyaan ketika mendapatkan pengunjung tanpa identitas.

Kalian bisa tinggalkan Jennie seorang diri di sini. Silahkan kunjungi penjuru lain dari Pixabay, anggap saja rumah sendiri.

Jennie menilik satu per satu judul buku yang hendak dibacanya. Banyak sekali ulasan mengenai mantra-mantra yang telah diciptakan oleh penyihir senior. Nihil bisa dia dapatkan resensi mantra para penyihir pemula yang gagal. Niatnya, pada sayembara kali ini dia akan merevisi atau mendaurulang mantra-mantra yang gagal bekerja hingga mampu menjadi mantra dengan kekuatan dahsyat. Itu seperti bualan semata apabila penyihir senior seperti Hoseok mendengarnya. Pria pintar itu akan duduk di atas batu yang punya kasta lebih tinggi sembari mengusap puncak kepalanya, lalu berkata sok bijak, "Kau bisa mengikuti sayembara ini lain kali. Masih banyak waktu. Jangan mendaurulang mantra rongsokan seperti itu, ciptakan saja mantra sendiri, pasti bisa lebih baik dari itu." Kendati demikian, Hoseok tetaplah terlihat menawan. Jangan katakan hal ini pada Hoseok. Pria itu akan memperlihatkan senyum kuda ketika mendengar pujian terlontar dari akal pikiran seorang Jennie Imogene.

Jennie menempati salah satu kursi memanjang yang terletak di sentral ruangan. Sebelum itu, dia sudah mengambil salah satu buku tebal yang ditulis oleh seorang penyihir senior. Dia hanya tertarik dengan sebaris kalimat di bagian sampul buku tersebut. Penyihir itu tampaknya sudah menelan kegagalan berkali-kali dan tidak punya malu untuk menjabarkan itu dalam berparagraf-paragraf alfabet hingga menjadi sebuah buku. Kebanyakan penyihir senior selalu meragu untuk meletakkan kejujuran dalam bukunya.

Dia membuka lembar pertama. Mengesankan sekali, penyihir tersebut punya selera tinggi terhadap nilai-nilai estetika yang ada. Sepanjang dia memekuri tulisan yang telah disusun rapi oleh sang penulis, tak ada satu kata pun yang tak dapat membuatnya terkagum-kagum. Ini hanya perihal kejujuran yang dibubuhkan dalam setiap alomorf, morfem, dan nasalisasi yang dibentuk hingga menjadi sebuah alenia.

"Dia gagal dalam menciptakan kursi kayu?" Jennie mengeja tanda tanya dengan begitu jelas pada kalimatnya. "Astaga, aku bahkan bisa lakukan itu dengan mata terpejam sekalipun." Dia kembali membaca dari anak kalimat ke induk kalimat atau bahkan sebaliknya, tergantung bagaimana cara penyihir tersebut menulis bagian-bagian dari buku yang saat ini dia baca. Lantas dia memekik ketika menemukan kata-kata yang mampu membuat neuronnya bekerja dengan cepat. Dia menunjuk bagian tersebut, lalu menulis kata-kata tersebut pada buku catatan yang selalu dia bawa ke mana-mana.

Setelah selesai, dia beranjak dari kursi dan berlalu untuk meletakkan buku tersebut kembali pada jajaran sesamanya. Dia berlenggang pergi sembari membawa ide-ide yang mulai bersetubuh melalui bisu pada saraf-saraf otaknya yang bekerja telanjang. Dia sudah bilang, negeri sihir itu kejujuran yang abadi, dia tidak mempermasalahkan deskripsi yang begitu intim dan sedikit tabu untuk dibaca oleh netra manusia.

Dia tidak mengubah sapu terbang hingga kembali ke bentuk semula. Dia memutuskan untuk berjalan kaki menuju pinggiran sungai yang sama seperti kemarin. Sungai tersebut adalah tempat favoritnya. Kebanyakan penyihir jarang sekali bertandang ke sana untuk melakukan hal-hal normal seperti Jennie yang memainkan riak air dengan senyum mengembang.

Namun, pada kunjungan yang entah ke berapa untuk kali ini, dia berniat untuk melakukan eksperimen kecil di pinggiran sungai kecil Pixabay yang terkucilkan itu. Banyak keajaiban yang dia temukan di sana, tetapi hanya dianggap bongkahan-bongkahan sampah oleh para penyihir senior. Tidak masalah sebab dia juga baru tahu kalau bunga tulip berwarna putih yang diabaikan oleh negeri sihir tersebut ternyata bisa digunakan sebagai campuran eksperimennya kali ini.

"Aku punya banyak waktu untuk menciptakan penemuan ajaib yang akan mengubah Pixabay di tahun-tahun yang akan mendatang."

***
Tbc.

[✓] PythonissamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang