11

97 19 1
                                    

"Aku ingin memelihara naga, Yoongs," ungkap Jennie sembari mencari-cari letak tinta dan secarik kertas.

Yoongi yang saat itu sedang melaksanakan titah dari Jennie untuk membaca buku yang terletak di salah satu rak pun seketika menolehkan kepala menatap Jennie. Dahinya berkerut kala berkata, "Lalu?"

Jennie mengangkat bahu sejenak, kemudian kembali melanjutkan aktivitasnya mencari secarik kertas—tinta yang dia cari sudah ketemu. "Aku hanya bilang, tidak bermaksud apa-apa, kok."

Yoongi masih mengamati Jennie yang menunduk mencari-cari sesuatu. Ia tidak tahu Jennie hendak mencari apa.

Yoongi pilih angkat bahu juga tatkala Jennie tersenyum senang saat di tangan wanita itu sudah menggenggam tinta pena dan secarik kertas. Ia tidak berniat menanyakan kepada Jennie tentang apa yang hendak ditulis wanita itu saat ini. Ia hanya menatap pergerakan Jennie yang saat ini berjalan ke arahnya dengan langkah pelan.

Omong-omong, setelah melihat adegan kemesraan Hoseok dan Jennie kemarin, ia jadi sedikit prihatin pada Jennie. Ia dan wanita itu seperti sedang terjebak dalam sebuah hubungan yang tidak sehat dan sedikit kurang efesien karena membuang-buang tenaga dalam mencurahkan cinta kepada objek yang tidak ingin dicintai. Ia mencintai Jennie, sedangkan Jennie mencintai Hoseok. Ia sebenarnya ingin menikam rasa cinta yang tiba-tiba begitu jamak memenuhi ruang kosong pada lubuk hatinya itu saat Jennie telah menolak secara gamblang beberapa saat lalu. Namun, entah kenapa meski ia sudah coba berulang kali hasil yang ia petik pun tetap sama. Nihil. Sekarang ia mencintai Jennie dalam bahasa bisu supaya Jennie ataupun Hoseok tidak tahu.

Jennie yang melirik Yoongi seketika tak bisa lagi fokus pada tujuannya. Dia ingin mencatat mantra eksperimennya, tetapi harus tertelan di celah-celah otak ketika mendapati Yoongi mengabaikan buku bacaan di tangannya dengan cara menatap kosong ke arah depan. Dia paham, ada yang Yoongi pikirkan diam-diam.

Karena gemas melihat Yoongi yang mencuaikan buku bacaan, dia pun menepuk pundak pria itu hingga membuatnya sedikit terlonjak saat Yoongi tiba-tiba menjatuhkan buku ke atas lantai kayu.

Yoongi mengedip bingung untuk beberapa kali sebelum sadar bahwa buku yang sejak tadi dipegangnya terjatuh. Ia meraih buku tersebut, kemudian mencoba untuk kembali fokus pada apa yang hendak ia pelajari. Namun, keberadaan Jennie dan ritme jantungnya sangat mengganggu hingga pada detik-detik yang merangkak naik, ia hanya bisa berpura-pura fokus.

"Kau kenapa, Yoongs?" tanya Jennie seraya mengusap pelan pundak Yoongi.

Yoongi yang mendapat perlakuan manis dari Jennie hanya bisa diam, sedikit menikmati sebenarnya. "Memikirkan mantra yang kupelajari."

Jennie mengerut sangsi. "Benar begitu?" Dia langsung mendapat anggukan dari kepala Yoongi. Dia menghela napas pasrah saat mengetahui Yoongi sedang berbohong. Sedikit banyak dia sudah tahu bagaimana gelagat Yoongi ketika berbicara jujur dan bohong setelah lama tinggal bersama pria itu di gubuknya. Dia tidak menuntut jawaban lebih lanjut. Alih-alih begitu, dia malah langsung menuliskan mantra yang hendak ditulisnya pada secarik kertas.

"Itu mantra apa?" Yoongi bertanya karena penasaran. Gerakan tangan Jennie begitu terlihat hati-hati seakan wanita itu sangat dituntut untuk menjaga kesempurnaan tulisan dari huruf per hurufnya.

Jennie menjawab tanpa mengalihkan pandangan. "Mantra yang kugunakan saat menciptakanmu."

"Hanya mantra? Tulipnya tidak kau sebutkan?"

Jennie tersenyum simpul dengan jari menjentik. "Nah, itu dia caranya, Yoongs. Jadi, pemerintah akan bertanya-tanya tentang benda apa yang kita gunakan untuk eksperimen itu. Dan peluang untuk lanjut ke babak selanjutnya terbuka lebar di depan mata."

"Itu curang." Yoongi menanggapi.

Jennie yang mendengar suara Yoongi langsung bersungut-sungut. "Eh? Curang dari mana?! Itu strategi, tahu!"

Yoongi merotasikan bola matanya saat menatap gurat tak setuju dari wajah Jennie. "Percaya padaku kalau tulisanmu itu hanya akan sampai pada tahap seleksi pertama saja."

"Doamu jelek sekali, sih."

"Bukan doa, tapi membeberkan kenyataan," ucap Yoongi membenarkan.

Jennie pun mengonsumsi pendapat Yoongi lamat-lamat. Tidak bisa ditelan bulat-bulat, tidak pula bisa dimuntahkan begitu saja tanpa dikunyah lebih dahulu. Pernyataan Yoongi ada benarnya. Dia harus yakin bahwa eksperimennya kali ini akan berhasil tanpa perlu melewati proses mencurangi pihak lain yang hendak bersaing. Dia harus percaya pada kemampuannya, lebih-lebih pula kepada Yoongi.

Pelan tapi pasti, tangan Jennie mulai menambahkan tulisan 'bunga tulip' pada bahan-bahan eksperimennya.

"Kemarin, aku lihat Hoseok."

Jennie selesai dengan tulisannya. Dia menoleh, kemudian menanggapi, "Dia kan memang kemarin ke sini, Yoongs. Kaulupa?"

Yoongi menggeleng. "Tidak. Ucapanku belum selesai. Yang tadi itu menggantung."

"Lanjutannya apa?" Jennie bertanya.

Semilir angin yang masuk melalui celah-celah gubuk adalah satu-satunya instrumen alam yang dapat didengar sayup-sayup oleh telinga Yoongi dan Jennie. Konversasi yang hendak mereka rajut masih belum jelas di mana letak titik, koma, tanda tanya, atau bahkan tanda serunya. Yoongi setia menggantungkan perkataan tanpa mau menjawab rasa penasaran Jennie yang seakan bisa muntah saat itu juga karena terlalu menggelegak di dalam lambung. Yoongi sebenarnya bimbang. Ia sedikit tak percaya diri ketika tiba-tiba otaknya dilintasi pertanyaan tentang Hoseok yang bisa saja membunuh kepercayaan dirinya. Namun, tatkala Jennie mulai menuntut dengan mengimbuhkan tanda seru pada pertanyaannya yang diulang tadi, mau tak mau Yoongi pun harus memberanikan diri untuk melanjutkan.

Yoongi melirik Jennie melalui ekor mata. Ia melanjutkan, "Tiba-tiba aku bertanya pada diriku sendiri tentang alasan mengapa kau begitu mencintai Hoseok."

Jennie tampak terkejut, tetapi dia lebih pintar menutup-nutupi apa yang sebenarnya terjadi. Namun, Jennie tak pernah tahu siapa yang lebih pintar menutup-nutupi di sini.

Jennie menyongsong senyum. Lantas mulai bercerita, "Saat itu, aku membutuhkan banyak buku untuk koleksiku. Di perpustakaan Pixabay, tentu ada batas jumlah buku peminjaman. Aku pergi ke setiap penjuru Pixabay untuk mencari sebuah toko buku yang barangkali menyediakan apa yang belum kuketahui dari dunia ini." Jennie menatap Yoongi tepat pada bola mata.

"Lalu?" Yoongi menuntut kelanjutan.

"Aku tak sengaja bertemu Hoseok. Kami berkenalan dan aku mengutarakan maksudku ketika dia bertanya 'kau mau ke mana?' pada saat itu. Singkat cerita, aku pun mengenali Hoseok dengan baik. Waktu yang kumiliki hampir seluruhnya kudedikasikan untuk membaca buku yang ada di rak Hoseok. Hingga pada suatu ketika, aku benar-benar terpesona. Aku sadar, aku telah jatuh cinta pada Hoseok yang begitu cerdas, baik, lemah lembut, dan penolong."

Mendengar cerita Jennie yang begitu mendewakan rasa cintanya pada Hoseok semakin membuat Yoongi kehilangan cara untuk masuk ke dalam celah hati Jennie yang barangkali masih tersisa sedikit ruang di sana. Namun, melihat mata Jennie yang begitu berbinar-binar saat menjabarkan keunggulan Hoseok yang dapat membuat wanita itu jatuh hati, Yoongi pun harus berpikir berulang kali perihal perasaan cintanya kepada Jennie yang semakin menjadi-jadi.

***
Tbc.

[✓] PythonissamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang