12

89 20 2
                                    

Jennie mematut diri pada pantulan cermin yang baru saja dibuatnya menggunakan air dan beberapa campuran mantra. Dia cantik, banyak penyihir junior yang baru saja datang ke negeri Pixabay bilang begitu. Namun, jika pernyataan itu bukan terlontar dari bibir Hoseok, dia sedikit sangsi.

Hari ini, Hoseok mengajaknya pergi. Entah, dia sendiri tidak tahu ke mana Hoseok akan membawanya. Dia sangat senang ketika kemarin dengan sekonyong-konyong Hoseok datang setelah lebih dahulu mengetuk pintu gubuk dan berbicara lantang tanpa basa-basi dengan rentetan kalimat yang bila disimpulkan dan diambil inti sarinya saja maka akan berisi sebuah ajakan.

Yoongi memperhatikan Jennie sembari mengendarai bahu pada salah satu pilar gubuk serta melipat tangan di depan dada. Ia sudah hafal betul raut wajah Jennie yang berbinar-binar beserta penyebabnya. Tidak ada alasan yang lebih valid daripada Hoseok, Hoseok, dan Hoseok. Terkadang, ia menjadi iri ketika tak sengaja melihat Hoseok yang bisa menciptakan rona merah malu-malu pada sepasang pipi Jennie dengan cara yang paling sederhana sekalipun. Contohnya ketika si Hoseok itu menyanjung roti tulip buatan Jennie, pria itu bilang kalau roti Jennie lebih enak dibanding roti penyihir lain. Dan bisa ditebak, Jennie langsung salah tingkah dan bersemu malu-malu.

Tak lama dari itu, terdengar suara ketukan pintu gubuk yang segera ditanggapi oleh Jennie dengan gerakan tungkai kaki. Jennie terburu-buru melangkah menuju kayu itu, lantas menyongsong senyum lebar sebelum pada akhirnya membuka pintu hingga membuat penampilan Hoseok pada pagi hari itu terpampang jelas.

Yoongi mendecih. "Aku lebih tampan." Ia berujar lirih masih dengan posisi yang sama.

Hoseok mengulurkan tangannya untuk Jennie genggam. Sekilas Yoongi dapat melihat bibir Hoseok yang mencium permukaan punggung tangan Jennie semena-mena. Yoongi kira, Jennie akan segera menendang selangkangan Hoseok. Namun, alih-alih menendang, Jennie malah mengulum senyum. Apa-apaan itu?

Hoseok mengalihkan pandangannya dari senyum Jennie menuju keberadaan Yoongi yang jaraknya sedikit lebih jauh dari pintu tapi masih bisa dijangkau netra. Dia layangkan senyum untuk pria itu secara tipis-tipis, kemudian segera menuntun Jennie untuk bergegas pergi dari gubuk.

Sepeninggal Jennie dan Hoseok yang entah pergi ke mana—Yoongi berharap Hoseok tidak kembali, hanya Jennie saja—ia memutuskan untuk meraih salah satu buku dari rak milik Jennie. Gambar yang ada pada sampul buku tampak menarik, Yoongi sedikit punya ide setelah mengamati bentuk jamur berwarna merah pada gambar tersebut.

Bukannya membaca, Yoongi malah membawa buku itu ke halaman belakang. Ia mencari-cari keberadaan jamur yang sama seperti gambar sampul buku tersebut.

Setelah lama mencari, akhirnya ia menemukan beberapa jamur yang terletak di sekitar batu besar. Ia ambil satu jamur yang ukurannya paling kecil dari yang lain. Salah satu tangan yang sejak tadi memegang buku langsung menurunkan benda itu dan meletakkannya pada permukaan batu. Ia memfokuskan pandangan pada jamur yang saat ini sudah berada di telapak tangan.

Jemari yang saat ini telah merentang di atas jamur tersebut digerakkannya dengan hati-hati. Ada setitik ragu yang diam-diam Yoongi simpan ketika hendak menciptakan sesuatu, tetapi lekas ia lenyapkan begitu mengingat kemesraan Hoseok dan Jennie yang turut mengejek-ejek ketidakmampuannya menciptakan sesuatu dengan tongkat sihir. Sialan, ia emosi.

Yoongi membungkukkan badan, meletakkan jamur tersebut sedikit berjauhan dari gubuk Jennie. Ia berjongkok kendati masih saja tidak sejajar dengan jamur yang saat ini telah teronggok di atas tanah. Ia memejamkan mata dengan jemari yang mulai bergerak aktif seperti menaburkan sesuatu di atas jamur tersebut. Yoongi berkata, "Lukazazeyas!"

Yoongi mengerjapkan mata ketika cahaya kemerahan secara berangsur mulai menyelimuti jamur tersebut. Ia menghalangi cahaya yang masuk ke netra menggunakan siku.

Setelah merasa cahayanya mulai redup dan menghilang, Yoongi segera bergerak mundur dan menurunkan siku dari kelopak matanya. Ia tersenyum tipis ketika mendapati sebuah gubuk yang lebih layak disebut ... kalau Yoongi tidak salah sebut, maka barangkali namanya adalah 'rumah'.

***

Jennie tak henti-hentinya berdecak takjub ketika air mancur yang terletak di sentral kota Pixabay kembali mengalir. Dia nyaris bersorak jika saja tidak sadar kalau yang saat ini berdiri di sampingnya adalah Hoseok, bukan Yoongi. Maka dengan gerakan seanggun mungkin, dia mengeluarkan suara tawa bahagia.

Hoseok yang melihat Jennie tertawa pun turut melakukannya. Ia meraih dua tangan Jennie yang terayun ketika wanita itu melompat kecil.

Jennie terkesiap, dia menurunkan padangan pada genggaman tangan Hoseok.

Astaga, astaga, apa aku boleh pingsan?

Jennie tidak bisa untuk tidak mengulum senyum. Taman bunga yang dideskripsikan tumbuh dalam relung hatinya seketika bermekaran semua. Dia tidak bisa menjabarkan bagaimana rasa senang yang hadir ketika Hoseok pelan-pelan menggamit tangannya dan ikut tersenyum lebar memandangi air mancur Pixabay yang begitu luar biasa.

Air mancur Pixabay adalah perwujudan cinta kasih para warganya. Banyak pasangan yang rela menghabiskan waktu di sekitar air mancur hanya untuk berbincang-bincang kecil sembari berharap akan hubungan mereka yang terus berjalan sampai akhir hayat.

Jika Jennie diperbolehkan untuk besar kepala, dia ingin memamerkan Hoseok pada seluruh penyihir yang ada. Hoseok yang pintar saat ini sedang menggenggam tangannya di depan air mancur Pixabay. Kemajuan dalam hubungan—yang entah disebut apa ini—membuat Jennie harus memekik kegirangan dalam diam.

"Jennie, ayo, pulang. Hari hampir petang, aku takut kalau nanti kau akan kedinginan."

Jennie lagi-lagi mengulum senyum. Hoseok manis sekali, bukan?

Dia mengangguk, kemudian mengikuti langkah Hoseok dengan tangan yang masih saling bertaut menjauh dari lingkaran air mancur Pixabay. Perasaannya lebih-lebih dari sekadar menggebu. Semua yang dia rasakan saat ini tidak bisa dideskripsikan dengan jelas dan tepat, sebab dia sendiri tidak tahu pasti apakah cinta memang sememabukkan ini.

Hingga pada waktu yang bergerak cepat sekali, dia dan Hoseok sudah tiba di depan pintu gubuknya sendiri. Dia mempersilakan Hoseok masuk.

"Yoongs, kau sedang apa?"

Jennie meletakkan jubahnya di sisi Yoongi yang saat ini tengah menulis sesuatu di atas secarik kertas. Raut wajah Yoongi begitu serius.

Yoongi yang melihat kedatangan Hoseok dan Jennie pun langsung menutup akses untuk mengetahui apa yang sedang dicatatnya saat ini. Ia menjawab, "Aku menulis mantra baru."

"Oh, ya?" Jennie tampak terkejut sekaligus takjub. "Kau baru saja menciptakan apa memangnya?"

Yoongi tak menjawab. Ia memilih untuk pergi dari hadapan Hoseok dan Jennie dan menuju halaman belakang kembali. Ia belum mengubah rumah hasil eksperimennya kembali ke bentuk semula, yaitu jamur. Ia tidak ingin Jennie maupun Hoseok tahu lebih dulu.

"Yoongi pintar sekali, ya, Jen?"

Jennie menyahut, "Iya."

Diam-diam Hoseok tersenyum di balik punggung Jennie.

***
Tbc.

[✓] PythonissamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang