20

131 22 0
                                    

"Jangan main-main denganku!"

"Kenapa?" Jennie melangkah maju. "Kaupikir, karena kau itu tampan dan punya otak cerdas, aku akan luluh dan menerima dengan hati besar tentang kau yang berkhianat? Iya? Begitu?"

"Kau salah mengira, aku dan Alisha hanya sebatas teman."

"Oh, teman yang seperti apa?" Jennie menyentuh pundak Hoseok yang berdiri menegang di tengah gubuknya. Dia berucap, "Teman yang mau-mau saja dicumbu sambil saling mengucap kata cinta? Itu kau sebut sebagai teman?"

Jennie berusaha sekuat tenaga untuk kendalikan emosinya yang tumpah ruah dari teko kesabaran. Dia tidak punya cukup alasan kuat yang dapat mendasari dan menjadi landasan untuk bersikap tenang dan manis kepada Hoseok yang bajingan. Dia tidak punya kesempatan untuk mengambil napas karena pada detik-detik yang terkesan mencekik, dia akan kembali merasa murka atas kehadiran Hoseok yang mencabik-cabik waktu berkualitasnya bersama Yoongi. Hoseok seakan tak punya akal, tidak punya rasa malu. Urat malu Hoseok sepertinya terputus, tidak tahu, tidak peduli, terserah.

Hoseok tiba-tiba mengetuk pintu gubuk dan langsung mengajak berdebat tanpa memedulikan kehadiran Yoongi di kursi tempat bisa dia dan pria itu bercakap-cakap santai di pagi hari. Hoseok gila, ia nyaris memeluknya jika saja Yoongi tidak menarik mundur lengan Hoseok saat itu juga. Karena kasihan dan sedikit emosi juga pada saat itu, dia pun memberikan penawaran untuk sedikit berdiskusi untuk sama-sama menyampaikan pembelaan dan berargumentasi. Namun, Hoseok salah mengira bahwa akhir dari perdebatan ini adalah damai dan kembali merajut apa-apa yang sudah tak lagi sama dan rusak. Hoseok salah mengartikan kebaikannya dalam mengambil keputusan. Padahal, dia memberi Hoseok kesempatan untuk berbicara hanya karena formalitas saja. Semua orang berhak berpendapat, maka dia membebaskan Hoseok berpendapat—walau dia tahu bahwa pendapat yang Hoseok lontarkan adalah kebohongan publik.

Yoongi masih memasang telinga dengan baik. Ia tak mau ikut campur pada urusan Jennie, karena ia yakin bahwa wanita itu punya cara tersendiri untuk menyelesaikan persoalan yang tengah menderanya.

Yoongi patah karena Jennie, Jennie patah karena Hoseok, dan Hoseok akan benar-benar patah jika menyakiti Jennie sekali lagi, Yoongi pastikan itu terjadi.

Jennie tidak menangis kali ini. Dia tidak mau membuang-buang air mata untuk Hoseok yang sama sekali tidak punya hati. Dia ambil beberapa langkah mundur untuk tetap jaga distansi.

"Hoseok, dengar, hubungan ini sudah selesai. Pintu ke luar masih tetap sama, kau mau kuantar, atau sendiri?"

Jennie tak perlu menatap manik mata Hoseok yang berkobar-kobar penuh kekesalan. Dia terlalu paham manifestasi dari rasa kesal, marah, dan beberapa emosi lainnya yang digambarkan Hoseok secara leksikal pada sebagian adegan yang pria itu sajikan secara cuma-cuma. Dia tidak terlalu menggubris pula ketika Hoseok malah meringkas jarak, dia cukup diam dan melirik Yoongi yang tampak sedang duduk membelakanginya.

Lagi, Yoongi mencoba untuk berbesar hati. Dan Jennie pun jatuh hati pada kesabaran dan ketenangan Yoongi untuk yang kesekian kali.

Hoseok menarik paksa lengan Jennie. Ia sentuh dagu yang sejak tadi terus-menerus terangkat ke atas, tanpa memamerkan senyum memuja seperti dulu, dan ia merasa tersinggung akan intonasi Jennie ketika mengusirnya secara tidak langsung.

"Sebelum aku berbuat lebih jauh daripada ini, lebih baik kau cepat katakan padaku tentang bahan baku eksperimenmu itu!"

Jennie meronta-ronta. Dia mencoba melepaskan tangan Hoseok yang saat ini sudah merambat pada lehernya—siap mencekik jika saja dia mungkin tidak menjawab pertanyaan atau titah Hoseok dengan benar dan jujur. Namun, dia tidak terlalu takut jika kematian memang sudah tersaji di depan beranda mata melalui Hoseok karena Yoongi akan memberikan apa saja untuknya, termasuk nyawa sekalipun. Dia tidak perlu berteriak untuk mendapat atensi Yoongi yang terkadang mahal sekali untuk dibeli. Pria yang sejak tadi duduk di atas kursi dengan punggung menegak tegang itu lantas langsung mencengkeram lengan Hoseok yang menyentuh lehernya dengan kasar hingga membuat jari Hoseok yang menyentuh epidermisnya segera terlepas dan seketika berada dalam kekuasaan Yoongi.

[✓] PythonissamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang