08

119 23 2
                                    

Yoongi telah selesaikan satu buku berisi macam-macam kata yang masih belum bisa ia pahami betul-betul, tetapi ia ingat dengan baik. Ia hanya perlu belajar menelisik makna-makna dari tiap pengertian yang ada, itu hal sepele yang bisa ia lakukan sambil tidur seharian di atas batu melayang milik Jennie.

Yoongi juga sudah menyelesaikan tiga buku lebih tentang mantra dasar Pixabay, mantra dasar penemuan Jennie yang kebanyakan masih belum sempurna, dan beberapa mantra singkat yang kegunaannya luar biasa ciptaan Hoseok. Mengingat laki-laki itu, ia jadi ingin banyak bertanya. Kalau Jennie memang mencintai Hoseok, lantas mengapa wanita itu harus menangis dan menahan teriakan setiap kali mengingat Hoseok? Jennie tampak menahan-nahan rasa sakit yang barangkali telah menggores epidermisnya secara tak kasat mata di beberapa bagian. Jennie berusaha keras agar terlihat baik-baik saja ketika bercerita tentang Hoseok yang hebat sekali bisa menciptakan lima ramuan baru dalam satu malam, kendati di akhir cerita wanita itu akan menunduk sembari mengigit bibir dengan sudut mata yang sudah berair. Itu selalu terjadi tiap kali Jennie berusaha bercerita perihal Hoseok, hanya berporos pada laki-laki yang sampai saat ini belum ia ketahui bagaimana wajahnya.

"Yoongs, aku akan pergi ke rumah Hoseok sebentar. Kau harus berjanji untuk menjaga gubuk ini, oke?" Jennie melangkahkan kaki tergesa-gesa untuk meraih topi kerucut dan sapu terbangnya. Dia tidak perlu repot-repot untuk menatap Yoongi ketika menitip pesan.

Tatkala jemari Jennie menyentuh gagang pintu gubuk, terdapat lima jari melingkar pada pergelangan tangannya. Dia lantas menoleh dengan memasang raut bertanya-tanya, hendak menagih jawaban dari Yoongi tentang alasan mengapa pria tersebut menahannya agar tidak menarik gagang pintu.

Yoongi tidak pamerkan raut apa-apa di wajahnya. Ia hanya balas menatap Jennie, lalu bersuara, "Aku ikut."

Jennie mau memaki Yoongi rasanya. Namun niatan itu urung ketika Yoongi kembali mengeluarkan suara dengan intonasi yang lebih manusiawi dibanding tadi.

"Aku bisa melindungi gubuk ini dengan mantra yang baru saja kupelajari dari buku mantra-mantra Hoseok."

Jennie membuang napas berat. Kendati ragu, dia tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantah Yoongi yang keras kepala. Dia hanya menjawab lewat anggukan kepala, disusul dengan gerakan tungkai kembarnya yang melewati pintu-Yoongi sudah menarik tuas pintu setelah dia memberi persetujuan.

***

Yoongi menuntun Jennie yang terlihat kesusahan dengan jubah sihirnya. Ia selalu memastikan sepanjang perjalanan menuju rumah Hoseok agar Jennie tidak terjatuh akibat menginjak jubahnya sendiri dan berakhir terjerembab ke atas tanah becek. Jennie pasti akan malu.

Jennie menggenggam tangan Yoongi lebih erat tatkala sebuah gubuk yang ukurannya lebih megah dibanding gubuk-gubuk lain di dekat gubuk tersebut sudah berdiri menjulang di depan mata Yoongi dan Jennie. Dia menarik napas panjang, menetralkan degup jantung yang tiba-tiba berpacu lebih cepat. Ada rasa sakit yang diam-diam turut berdetak di sana. Aliran darah yang berisi oksigen berjalan tersendat-sendat, dia merasa demikian kendati sebenarnya tidak.

Yoongi yang mengetahui keadaan Jennie pun langsung mengusap pundak wanita tersebut. Ia layangkan sebuah anggukan, berharap Jennie bisa meyakinkan diri di saat-saat krusial seperti ini.

"Ayo, ada aku di sini," kata Yoongi.

Jennie mengulas senyum kecil. Dia balas mengangguk. Salah satu tangannya mulai bergerak untuk mengetuk pintu gubuk Hoseok. Setelah ujung-ujung jemari telah bertemu permukaan pintu hingga timbulkan vokal ketukan sebanyak tiga kali, Jennie melangkah mundur bersamaan dengan terbukanya pintu gubuk tersebut.

Hoseok menatap keberadaan Jennie yang tengah berdiri bersama seorang laki-laki asing. Ia bisa pastikan bahwa laki-laki tersebut bukanlah penduduk asli Pixabay. Namun, yang jadi poinnya di sini adalah siapakah laki-laki tersebut? Ia perlu menanyakan hal itu kepada Jennie secara langsung.

[✓] PythonissamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang