22 | Sore, Matahari Terbenam

128 16 1
                                    

22 | Sore, Matahari Terbenam

__________


Enam bulan kemudian


AKU melepas napas panjang, menatap langit cerah yang tinggi dan tak berawan dari jendela mobil. Dan langit tidak pernah sepenting ini sebelum aku mengenal seseorang.

"Mas belum cerita ya kalau mas suka banget lihat langit?"

Suara itu berputar di otakku setiap kali aku menengadahkan kepalaku ke atas, atau kalau saat aku menyadari langit sedang cerah-cerahnya. Tapi semenjak kehadiran Mas memudar, cerah atau tidaknya langit, indah atau tidaknya langit, bagiku masih penting.

Karena dari sana aku bisa mengenang Mas.

Entah kenapa kebiasaan itu masih melekat. Padahal selama ini aku berjalan di bawahnya, peduli apa langit biru atau tidak. Kelabu atau tidak.

Langit kota sore itu dipenuhi gumpalan awan tipis. Tidak seindah sebelumnya, tapi cukup hingga membuatku mendengakkan kepala ketika keluar kantor. Mengerjap lagi saat merasa mataku pedih.

Ingin rasanya kusapu awan-awan itu, Mas, biar aku bisa mempersembahkan langit biru untukmu lagi. Seperti dulu.

Tapi Mas, sepertinya aku lebih suka langit sore. Senja. Hangat. Belum lagi belaian anginnya yang membuatku teringat akan masa kanak-kanak. Teringat berlarian di lapangan, kadang membawa skuter, kadang membawa mobil remote control, kadang menepi melihat orang dewasa bermain layangan, kadang tidak membawa apa-apa. Tapi bisa menyulut gelak tawa hanya karena bermain galaksi.

Sederhana sekali masa kecil itu, Mas.

Mana tahu kalau saat dewasa akan dihadapi hal-hal seperti ini. Pada akhirnya kita memang hanya memiliki dua pilihan kan? Ditinggalkan atau meninggalkan.

Kupikir, di kehidupan yang seusiaku, tidak akan ada lagi rasa sakit yang seperti itu. Karena kukira orang-orang seusiaku sudah memiliki pemahaman menghargai yang cukup. Tapi dalam sebuah hubungan dengan seseorang, arti menghargai tidak bisa dilihat dari umur. Usia tetap bukan tolak ukur seberapa besar pemahaman menghargai yang dimiliki. Di dunia ini akan selalu ada hal-hal menyakitkan, Mas. Direncanakan atau tidak, disengaja atau tidak.

Manusia tetap tidak punya kekuatan untuk selalu menyenangkan orang-orang. Manusia tetap tidak punya kekuatan untuk menangkal rasa sakit, sebanyak apapun angka pada umurnya. 

Aku hanya perlu lebih siap menghadapi hal-hal seperti itu kalau terjadi lagi di suatu hari nanti.

Kamu suka langit, kamu suka kacang telur, kamu suka minum kopi, kamu tidak suka keju, kamu takut jarum suntik, kamu suka mendengarkan radio untuk menemanimu tidur, kamu suka main karambol bersama Bima. Dan kamu jarang menaruh air putih di kamar.

Waktu yang kuhabiskan bersamamu memang tidak sebanyak waktu yang kamu habiskan bersama Triane, Mas. Enam tahun berteman. Empat tahun menjalin hubungan. Sepuluh tahun kamu ada untuknya dan dia ada untukmu.

Siapalah aku yang baru mengenalmu sebatas tahu kamu menyukai langit. Triane mungkin lebih tahu dari pada itu.

Dulu kupikir, menyenangkan sekali kalau punya seseorang yang bisa memberi kita banyak. Kamu bisa menenangkan aku setiap kali aku dalam kesulitan. Kamu bisa membuka pikiranku lebih luas. Kamu bisa memberi tahu bahwa aku salah tanpa membuatku tersinggung. Kamu ada.

Memori dalam Kata [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang