- 3 -

41 9 2
                                    

Selamat membaca kisah ini!
Jangan lupa vote dan komen.

***

Sebenarnya KBM sudah aktif sejak tiga hari yang lalu. Namun hari ini menjadi hari dimana kelas lengkap. Guru-guru sudah mulai rajin memasuki ruangan kelas. Mendengar guru-guru memasuki kelas membuat 3A5 pasrah berjamaah. Waktu benar-benar berlalu dengan frekuensi yang cepat.

Kali ini pelajarannya cukup santai, Kamis yang manis. Mereka mendapatkan jadwal mata pelajaran BMR, Bahasa Indonesia, PKN, Seni Budaya dan Biologi.

Tradisi setiap hari kamis, sekolah ini akan mengadakan senam pagi dan gotong royong. Berhubung muridnya sekitar 800-an mengakibatkan mereka senam secara ganti-gantian. Hanya satu angkatan yang akan melaksanakan senam, sisanya gotong royong membersihkan kelas.

Tetap saja 3A5 lebih banyak menyukai senam. Senam memungkinkan mereka bergerak sesuka hati. Sedangkan gotong royong harus bergerak cepat. Mayoritas 3A5 memiliki sindrom malas untuk bergerak.

Pelajaran BMR ternyata tidak memuakkan. Di dalamnya mengajar tentang budaya di Riau. Selain itu, guru pengajarnya juga masih terlihat muda. Beliau menikah dengan seorang wanita yang kebetulan mengajar di sekolah yang sama dengannya. Jangan ada yang berniat jahat. 3A5 bakalan keroyokin kalian ramai-ramai!

Btw setiap KBM berlangsung pak guru akan memasukkan berbagai macam ilmu. Nah, inilah yang membuat 3A5 menyukai mata pelajaran beliau. Belajar tidak harus yang ada di dalam buku, sekali-kali keluar dari buku juga diperlukan. Seperti memahami ilmu kehidupan yang selalu.mengalami perubahan dalam perkembangannya.

***

[Rara]

Salah satu cewe hits yang ada di 3A5. Sudah lama menjalin status 'jomlo'. Siapa tau diantara kalian ada yang berniat, buruan daftar. Perkenalan yang cukup bagus dari gue.

Gue salah satu fangirl. Bucin oppa, sebutan untuk para penggila lelaki korea yang tampan. Tiap hari gue akan membawa ponsel untuk mendengarkan musik. Ya mau gimana lagi, udah mendarah daging kalo dengerin musik tuh!

"Rara," panggil teman sekelas gue, Rania.

"Napa, Ran?" tanya gue.

"Ngaca teros. Sampe retak tuh kaca ngeliat muka lo!"

Sadis beut dah si Rania kalo ngomong. "Retak tinggal beli baru," kesal gue sembari duduk di bangku.

"Woaw bingsit. Holang kayah tinggal beli baru," sindir Tata sambil memandang tersangka utama.

"Apaan sih, Ta. Mau ikutan ngomen kek si Rania?" tuduh gue dengan senyuman miring. Dua sahabat itu memang gemar mencari suasana panas. Walau sebenarnya ga panas juga sih.

"Hidup lu emang buat dikomentarin Ra," cetus Tata dengan menepuk pelan bahu Rara.

"Udah siap belum, Ra?" tanya Rania. Sesekali gue menangkap mimik wajahnya yang terlalu santai tidak berekspresi.

"Emang ngapa?" ujar gue.

"Mau minjemlah. Ngeliat jilbab gue udah rapi atau belum," ungkap Rania sembari menaik-turunkan alis.

"Giliran gini aja minjem. Tadi ngehujat," cibir gue tak lupa sambil memberikan kaca padanya.

"Yaelah kek gak tau gue aja lo, Ra. Kan biasanya gini."

"Rania emang gitu, Ra," ucap Lilis tiba-tiba.

"Apaan sih, Lis. Iri lo?" sarkas Rania.

"Apaan sih, Ran," ucapnya dengan suara cempreng yang khas.

My (Idiot) ClassroomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang