Selamat membaca kisah ini!
Jangan lupa vote dan komen.***
[Viona]
Tidak dipungkiri, setiap manusia menginginkan yang terbaik dalam hidupnya. Namun ada beberapa dari mereka yang menghalalkan segala cara. Entah untuk apa perlakuan mereka, semoga saja tidak benar-benar merugikan orang lain.
Semoga saja.
Hari kamis biasanya gue akan membawa gitar ke sekolah. Bukan, bukan karena hal itu diperbolehkan oleh pihak sekolah. Yang ada mereka melarangnya. Padahal itu bisa memicu minat dan bakat siswa.
"Buset dah, itu si guru biologi tiap hari jaga akses pintu masuk. Gak capek apa," ujar gue kesal. Bukannya apa, gue hanya malas menanggapi ucapan guru tersebut. Pasti nanti bakalan ada sesi tanya-jawab. Gue gak mau.
"Viiu ngapain nongkrong di situ, gak masuk?" sapa Ilham dengan tangan kanan yang menenteng tas.
"Noh liat penjaga gerbang depan, gue bawa gitar. Pasti nanti ditanya-tanya, males gue," tutur gue yang masih berpikir untuk melanjutkan langkah atau tidak.
"Bener jugak, biar gue aja deh yang bawa. Lo masuk aja duluan." ujarnya.
Enggak, enggak banget gue nyerahin tanggung jawab sama orang lain. Itu bukan prinsip hidup gue.
"Gak usah, Ham. Gue bisa kok bawanya. Ayo masuk bareng-bareng," ajak Viona pada Ilham.
Gue dan Ilham jalan berdampingan menuju meja piket sekolah yang terdapat guru penjaganya.
"Viona," tegur guru tersebut. Buset dah, baru mau melewati malah udah dipanggil. Nasib jelek banget hari ini.
"Duluan aja, Ham. Gue dipanggil tuh," ujar gue pada Ilham yang dituruti.
"Ada apa ya, Bu?" ucap gue basa-basi. Aslinya greget banget sama guru satu ini. Tapi, orang tua harus dihormati. Sabar Viona.
"Hari ini ada pelajaran tentang musik?" ucapnya memulai sesi introgasi.
"Ada, Bu. Makanya saya bawa gitar," bela gue.
"Beneran ada? Gak nipu saya, 'kan?" tanya Guru tersebut.
Kayak gak ada kerjaan aja mau nipu dia. "Enggak kok, Bu." terang gue masih dengan memasang raut ramah.
"Yasudah, masuk sana." Lalu gue pun menyalami tangan Guru tersebut dan berlalu menuju kelas.
"Buset dah, kalo tiap hari ditanya begituan bisa stres gue. Untung orang tua," ucap gue sambil menghela napas.
Sambil berjalan di lapangan, gue selalu memperhatikan siswa-siswi di sekolah ini. Mereka benar-benar aneh. Maksudnya, kenapa mereka bisa mengubah berbagai macam ekspresi. Mereka bisa melambaikan tangan pada temannya yang masih berjalan di lapangan, senyum merekah di lapangan, atau bahkan menyusul temannya yang berada di lapangan.
Memikirkannya saja membuat gue geleng kepala. Apalagi jika gue yang melakukannya. Bisa jadi orang teraneh dan ter-absurd HAHAHA.
"Viona!" teriak seseorang. Gue yang merasa dipanggil pun melihat ke belakang dan tersenyum. "Oi, Ran," sapa gue.
"Eh gak diintrogasi di depan?" tanya Rania sambil berjalan di samping Viona.

KAMU SEDANG MEMBACA
My (Idiot) Classroom
HumorRuangan persegi yang sering disebut dengan 3A5 selalu memiliki kisah. Tiap tahun akan berganti generasi yang didatangi oleh siswa-siswi. Di sana, di dalamnya terdapat banyak spesies manusia yang selalu terlihat kompak. Bahkan orang-orang yang meliha...