- 12 -

12 3 0
                                    

Selamat membaca kisah ini!
Jangan lupa vote dan komen.

***

Angin malam yang telah berlalu tetap meninggalkan jejak di pagi hari. Meniup setiap orang yang berlalu lalang di jalanan menuju tujuannya. Bagaimana pun, hujan tetaplah nikmat yang tak akan terlupakan. Nikmat yang harusnya disyukuri bukan disesali.

Entah sejak jam berapa hujan ini terus turun. Intinya ia tidak berhenti-henti. Selalu menitikkan air walau hanya setitik. Udara sekitar terasa sangat mencekam. Memakai jaket justru melanggar aturan dalam belajar.

"Hujannya awet, gak mau berhenti barang sedetik," ujar Bila.

"Hari ini guru banyak gak masuk ya,mungkin ngerasa percuma soalnya hujan deras banget," ujar Kaila. Walau dalam hati dia bersyukur karena tidak adanya proses belajar mengajar.

"Ini kayaknya sampai pulang deh bakalan hujan," tebak Yena.

"Gila, lapangan udah kayak kolam renang aja," sanjung Viona.

"Sial, kenapa kita dapet kelas atas sih. Kan gak bisa main bola di bawah," kesal Wahyu. Jika saja kelasnya berada di bawah, sudah dipastikan dia akan bermain bola di lapangan.

"Tinggal turun juga kalo emang niat, ngomong aja males," sindir Fika.

"Ih, Fika tau-tau deh. Cenayang kan," ujar Wahyu iseng. Fika yang melihatnya hanya geleng-geleng kepala. Kenapa wahyu yang sangat comel ini tidak ditelan bumi.

"Yu, sini deh. Jangan 'gatel' sama cewek. Gak mau mereka sama lo," panggil Fandi. Benar-benar itu mulutnya minta ditabok massal.

"Wop muncung lo, Bro, minta ditabok jamaah," usul Wahyu yang berjalan menuju tempat cowok-cowok.

"Gimana kalo kita main games?" tanya Kevin. Entahlah, rasanya kalau hujan begini seperti tidak memiliki apapun untuk dilakukan.

"Game apaan?" ujar Ilham penasaran. Pasalnya ini 'wah banget'. Cowok-cowok kan lebih enak kalau mabar. Tapi, kalau hujan begini biasanya jaringan bakalan lelet total. Kesal banget banget banget.

"Game norak yang selalu cewek-cewek main," ujar Kevin dengan tampang malasnya. Asli dah, kalo jaringan cantik ogah banget ginian.

"Ya namanya apa goblok, dipikir kita bisa baca pikiran lo," ujar Andra sambil membuka sepatunya.

"Main barbie mungkin maksudnya. Tapi gue gak mau jadi barbie-nya ya," tolak Aksa dengan senyuman miring. Ya kali seorang Kevin-yang berotot, ngajak mereka main barbie.

Otak mana otak?!

"Kalo main begituan gue sih gak, Bro. Bulan, pintu, sendiri deh gue," ujar Zaen.

"Hah?!" teriak beberapa dari mereka. Maksudnya Zaen apa sih. Kok bikin linglung.

"Month, door, alone. Jadinya mundur alon-alon," jelas Zaen menjelaskan dengan tangan berbentuk v sambil nyengir. Gokil.

"Dikira lagi ngejar doi pake mundur alon-alon," ujar Riski terkekeh. Ada-ada saja si Zaen makhluk astral.

"Gue ngajakin main Truth or Dare," potong Kevin. Temannya yang lain hanya melongo mendengarkan.

"Ini mainan cewek, Bro, serius lo ngajakin main gituan?" tanya Ilham tak menyangka. Apakah sudah habis sisa stok permainan di dunia ini.

"Ini bukan permainan yang nanti disuruh PDKT sama cewek trus ujung-ujungnya di putusin tapi malah jatuh cinta, yang kayak di wattpad gitu, kan?" tanya Aksa geli. Siapa tau Kevin berniat mengajak mereka bermain game seperti itu. Lucu sih. Ini Kevin loh, yang berotot badannya. Gimana tidak lucu.

My (Idiot) ClassroomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang