- 9 -

21 4 0
                                    

Selamat membaca kisah ini!
Jangan lupa vote dan komen.

***

Agustus adalah bulan yang benar-benar berharga untuk Indonesia. Benar, hari kemerdekaan jatuh pada bulan ini. Seperti sekarang, mereka mendapatkan sebuah masalah besar.

Perwakilan untuk mengikuti lomba 17an di sekolah ini. Benar-benar mimpi buruk. Buruk sekali. Mereka sangat tidak menyukai perlombaan yang mengatasnamakan perwakilan kelas. Karena ada di antara mereka yang makan tulang. Nilai tetap berjalan padahal tak pernah membanggakan nama kelas. Licik sekali. Lalu di sanjung-sanjung karena tetap berada di ruang kelas untuk belajar.

Benar-benar memuakkan.

"Ibu nyuruh gue buat ngedata yang perwakilan kelas kita buat ikutan lomba 17an ini. Dengerin ya!" teriak Lia di depan. Mereka hanya menatap malas.

Oh pasti kalian bertanya-tanya kenapa Lia sangat dipercaya untuk urusan ini, 'kan? Dia murid kesayangan wali kelas. Mungkin. Soalnya mereka sangat dekat atau justru Lia yang pintar mencari muka. Entahlah, yang penting tak merugikan nama baik mereka. Itu sudah cukup.

"Lombanya ada pemilihan bujang dara, kertas muka, estafet karet, estafet tepung, terus sama itu loh yang pake sendal raksasa isinya 3 orang," ujar Lia.

"Pokoknya cowok harus ikutan juga ya, jangan cewek aja. Awas kalian," ucap Ila. Yang benar saja tiap acara beginian yang cewek terus. Capek gaes :((

"Kalo masalah bujang dara mending runding sama ibu dulu deh, itukan pake biaya nanti," ujar Fika memberikan saran. Dari atas sampai bawah juga semua orang tau kalo bujang dara bukan lomba yang sekedar begituan.

"Tapi yang dilombakan gak pake sesi tanya jawab. Cuman yang jalan-jalan itu loh. Apa namanya, gue gak tau," ucap Lia dengan mengingat-ingat sesuatu.

"CATWALK!" teriak hampir seluruh siswi perempuan di 3A5. Setelahnya mereka ketawa kencang. Masa iya yang beginian Lia gak tau, cupu banget.

"Tuh cewek-cewek ngapa pada gila sih. Ketawa padahal gak ada yang lucu," ujar Ajid.

"Gara-gara si Lia gak tau apa tadi tuh walk walk gitu. Makanya mereka ketawa. Jahat banget deh," ucap Riski dengan geleng-geleng. Aslinya mah dia juga ngakak. Bisa-bisanya Lia gak tau.

"Iya-iya, gue lupa namanya. Berhenti deh ketawanya. Ntar gak selesai nih," ujar Lia kesal sekaligus malu. Kenapa tadi dia tidak menulis dulu agar nantinya ingat. Benar-benar bodoh.

"Abis lo ngelawak lucu banget. Nanya dulu kek kalo gak tau. Kan jadinya ngakak," ujar Yuna dengan tertawa.

"Lanjut ke lomba kertas muka ya. Siapa nih yang mau!" teriak Lia.

"Yang mukanya berminyak deh, pasti cepet jatuh kertasnya," ujar Rania.

"Bila, Ya. Bila kan mukanya cepat keringatan," ujar Viona.

"Gak mau. Jangan gue dong. Apaan sih, Na, jangan nunjuk dong," ujar Bila kesal tapi tetap mempertahankan wajah santainya. Bisaan deh mbanya.

"Bila aja Lia, biar mampus tu anak ikutan lomba. Nanti wajahnya jadi jelek," ujar Wahyu yang langsung mendapat hadiah tawa dari temannya. Kerjaannya ngejek terus sih.

"Jangan Bila. Awas aja kalo Bila disuruh ikutan," ancam Rio.

"Tuh, Rio tim gue. Kalian jangan pilih gue, gue ogah ikutan lomba gitu," tolak Bila.

"Jadi siapa yang mau ikut nih?" tanya Lia.

"Gue deh, Ya,"ujar Rara. Emang penyelamat.

"Satu lagi? Dia harus berdua."

My (Idiot) ClassroomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang