14

12 3 0
                                    

Selamat membaca kisah ini!
Jangan lupa vote dan komen.

***

[Rania]

Selain memperingati bulan Kemerdekaan Indonesia, Agustus juga akan menjadi bulan dimana Rania wajib berkemah. Yap, ulang tahun pramuka juga jatuh tepat sebelum kemerdekaan.

Berbicara tentang kemah, sebagian 3A5 pasti mengetahuinya. Beberapa ada yang ikhlas dan sisanya juga mengamuk kecewa. Apalagi yang bersangkutan dengan kelompok dalam belajar.

"Ran, serius lo ikut kemah?" tanya Aksa.

"Iyalah, agenda wajib gue tuh," omel Rania sambil membereskan buku-buku di atas mejanya.

"Cabut kek sekali-kali. Nanti kelompok kimia gimana," cecar Fandi yang ikut protes.

"Emang kelompok kita ceweknya cuman gue sama Sasa ya?" tanya Rania.

"Eh iya mungkin. Cowoknya kan cuman gue, Ilham sama Fandi," jelas Aksa.

"Biarlah Bro, orang doi mau kemah kok dilarang," komentar Ilham menengahi. Memang dulunya beliau sempat ikut pramuka di awal-awal masuk SMA.

"Nanti nilai gue makin anjlok, Ham," kesal Aksa.

"Halah, nilai lo bagus juga karena soal-soal kimia dijawab sama Rania," cibir Sasa.

"Lo juga, masa sekali kemah kelompok kita tinggal para cowok. Mana goblok semua," keluh Aksa.

Oh jangan lupakan bahwa Sasa juga mengikuti organisasi Pramuka. Makanya dia juga dekat dengan gue. Kalian pernah dengerkan bahwa ketika kalian melakukan suatu hal bersama orang lain. Secara tidak langsung itu bisa membuat kalian dekat dengan orang tersebut.

"Yaelah Sa, cuman tiga hari gue kemah. Ntar pulang kemah gue usahain deh nilai kelompok aman," putus Rania. Setiap pulang kemah gue selalu mengejar pelajaran yang tertinggal, memperbaiki nilai tugas mandiri dan kelompok.

"Nah kalo gitu kan gue udah digaris aman nih. Gitu dong, Ran," ujar Aksa sambil menyenggol lengan Rania.

Fandi yang melihatnya ikut menyipitkan mata. "Nah, berarti nilai gue juga aman 'kan, Ran," ujarnya. Matanya benar-benar seperti ditelan bumi, hilang gitu saja.

"Sans aja, Ran, gue yang bakal megang kelompok sementara," ujar Ilham yang kemudian gue angguki

"Lo nanti pasti jam dua bakal keluar buat rapat kayak kemarin, Ran?" tanya Aksa.

"Iya kayaknya. Kenapa tuh?"  seru gue was-was.

"Ajak gue lah. Sepet banget gue di kelas," ujarnya.

"Siapa lo, ogah banget."

"Jangan, Ran, biarin Aksa di kelas aja," sanggah Kaila.

"Diem deh, Kai. Mau gue rusakin tuh rambut kesayangan lo," gerutu Aksa.

"Ih curang. Mainnya rambut," kesal Kaila sembari menjauh dari jangkauan Aksa.

"Rusakin aja, Sa. Biar tau rasa dia," cetus Viona. Padahal mereka teman sebangku. Entah kenapa Viona sangat gemar merecoki dirinya.

"Nana janganlah ikutan," murka Kaila dengan tampang seperti anak-anak. Serius, dia ini kayak anak yang belum wajar dewasa tapi udah dewasa duluan. Kan lucu.

"Salah masuk sekolah deh lo, Kai," putus Fandi dengan tampang datarnya.

"Nih satu si Fandi, ikut-ikutan aja," cibir Kaila sambil memegang ujung rambutnya.

"Kai, sekolah lo tuh di sebelah. Bukan di sini," tegas Ilham.

"Enak aja. Lo pikir gue anak SD," maki Kaila melotot pada Ilham.

My (Idiot) ClassroomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang