"RARA!!!"
"RARA BERHENTI!!"
Rara terus melangkahkan kakinya secepat yang dia bisa untuk menggapai orang yang berada ditengah jalan itu hingga tak memperdulikan teriakan kakak-kakaknya untuk segera berhenti. Kakinya bergerak sesuai insting yang dimilikinya untuk menyelamatkan orang tersebut walaupun ia tau itu bisa berbahaya bagi dirinya.
Ketika ia sudah berada tepat dibelakang pria itu, Rara segera menarik tangannya cepat.
"APA YANG KAU LAKUKAN? KAU INGIN MATI HAH!!" teriak Rara marah.
Ia mencengkram kerah pria itu kuat dengan tangan dan kaki yang masih gemetaran. Ia masih merasa terkejut dan takut karena jika ia telat 1 detik saja, maka pemandangan mengerikan yang akan ia lihat sekarang.
"Ingin mati atau tidak, apakah itu menjadi urusanmu?"
"Apa? Apa kau bilang tadi?"
Rara tak habis pikir dengan pria yang ada dihadapannya ini. Ia sudah bersusah payah menyelawatkan nyawanya namun orang yang ditolongnya ini sama sekali tak perduli tentang keselamatannya sendiri.
"Kau tidak memperhatikan jalanmu... Kau hampir tertabrak, lihat."
Rara mengalihkan pandangannya pada truk yang telah menabrak pembatas jalan setelah bunyi debuman yang keras dan teriakan para pejalan kaki. Melihat jalanan yang padat sore ini tidak mungkin sopir truk itu melaju dengan kecepatan tinggi kecuali ada yang salah dengan truk itu.
"Seharusnya kau membiarkanku tertabrak tadi," ucap pria itu datar.
Rara menatap manik mata pria itu dalam berusaha memahami apa yang pria itu rasakan. Namun yang ia lihat di mata yang hitam kelam itu hanya kekosongan dan rasa hampa seperti tak ada emosi apapun dalam dirinya.
"Kenapa? Kenapa aku harus membiarkanmu?" tanya Rara.
"Karena aku sudah tidak punya lagi tujuan hidup."
"Punya, kau masih punya tujuan hidup."
"Kalau begitu... Apa tujuan hidupku?"
"Aku. Tujuan hidupmu saat ini adalah aku."
"Kenapa?"
"Karena akulah yang telah menyelamatkan nyawamu sekarang. Maka dari itu, kau harus menjadikanku sebagai tujuan hidupmu," ucap Rara tulus, membuat pria itu tersenyum sangat tipis.
"RARA!!"
Dari jauh Alex dan Max berlari menghampiri Rara diikuti dengan kakak-kakaknya yang lain. Diwajah mereka tampak jelas ke khawatiran yang ditunjukkan padanya. Alex mencengkram pundak Rara kuat membuatnya meringis kesakitan.
"Apa yang kau lakukan hah!!" ucap Alex membentak Rara membuatnya sedikit tertegun.
"Kau membahayakan nyawamu sendiri."
"Auch... Sakit kak. Lepasin," ucap Rara membuat Alex segera melepaskan cengkramannya dipundak Rara. Kemudian ia memeluk tubuh Rara erat sambil mengecup puncak kepala Rara.
"Maaf kalau kakak menyakitimu."
"Kakak hanya khawatir dengan keadaanmu."
"Jangan lakukan itu lagi. Jangan pernah."
"T-tapi kak.."
"Ra, kakak mohon. Jangan bersikap egois, kau harus memikirkan kita semua. Jika terjadi sesuatu padamu, kita pasti akan menyalahkan diri kami sendiri. Kau akan membuat kita semua bersedih."
"iya kak, aku akan berusaha."
Rara memeluk Alex makin erat begitupula dengan Alex. Rara mengalihkan pandangannya ke pria yang ditolongnya tadi. Namun nihil, ia tidak ada. Sepertinya ia sudah pergi saat Alex datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY POSESSIVE BROTHER (END)
Fiksi RemajaSeorang gadis yang hidup dengan sebuah kebohongan besar yg disembunyikan keluarganya. Hingga datang 'mereka' yang mengaku sebagai keluarga kandungnya. Manakah yang harus ia percaya? ❌PLAGIAT MENJAUH 💢 KALAU PLAGIAT CERITAKU, LANGSUNG AKU SHARE AKUN...