Chapter 48

12.8K 1.2K 119
                                    

Dor

Dor

Dor

"EUNWOO BODOH!!" teriak Sean, marah.

"Apa hah?! Apa!!" teriak balik Eunwoo. Karena suara bising dari tembakan terus terdengar, ia tak dapat mendengar dengan betul teriakan kakaknya. Ia juga masih fokus menembak musuh yang ada didepannya.

"Matamu buta?!! Kenapa kau menembakku?" teriak Sean, sambil memegang lengan kirinya.

"Aku menembakmu? Apakah kau masih hidup?"

"Tentu saja bodoh. Jika aku sudah mati, maka kau berbicara dengan siapa?" teriak Sean, ia masih menggunakan tangan kirinya untuk menembak.

"Yasudah. Yang penting kau belum mati, maka apa masalahnya hah?" ucap Eunwoo, acuh. Ia tidak bisa fokus sekarang, hingga melakukan beberapa kesalahan. Pikirannya sekarang hanya tertuju pada Rara. Ia sangat merindukan kembarannya itu.

"Awas kau! Lihat saja nanti."

Dorr

"Tidak perlu mengawasiku. Awasi musuhmu dulu. Jika kau mati disini, kau tidak akan bisa mengawasiku," ucap Eunwoo, dengan pistol yang mengarah ke belakang tubuh Sean. Menembak musuh yang berada dibelakang tubuhnya.

"Ck, sial. Mereka kenapa bertambah banyak."

🔮

Disisi lain Jun tengah menghadapi musuhnya bersama dengan Marcel dan Marvel. Walaupun Marcel dan Marvel masih muda, akan sangat bodoh jika meremehkan kekuatan mereka.

Marcel dan Marvel dapat bekerja sama dengan baik dalam pertarungan. Mereka saling melindungi dan menyerang musuh mereka bersama-sama. Bertarung tanpa banyak bicara dan lebih banyak bertindak.

Walaupun begitu, mereka dapat mengkombinasikan gerakan mereka dengan baik seperti terhubung dengan pikiran mereka masing-masing. Jika Marcel memukul maka Marvel akan menembak. Begitu seterusnya.

Jun sendiripun tidak dapat diremehkan. Ia adalah orang yang benci mendengar suara yang bising dan orang yang berbicara terlalu banyak. Ia suka keheningan dan ketenangan.

Mendengar suara tembakan yang terdengar dari seluruh penjuru mansion membuatnya mengerutkan kening tidak suka. Apalagi musuhnya ini terkadang banyak bicara, mereka merasa bahwa mereka menang karena dirinya akan kalah jumlah. Hal itu membuatnya semakin marah.

Ia menembak setiap orang dengan satu tembakan dileher mereka, agar ia tidak mendengar suara dari mereka lagi. Satu peluru untuk satu nyawa. Ia juga merupakan salah satu penembak terbaik diantara saudaranya setelah Max dan Alex.

"Berisik. Sungguh berisik," gumam Jun.

🔮

"Rey, kita tidak bisa seperti ini terus. Mereka semakin banyak, dan kita tidak akan bisa menahan mereka," ucap Ken, lelah.

"Aku juga tau itu, bertahanlah sebentar lagi. Papa, opa dan Ellano tidak akan tinggal diam. Mereka juga pasti melakukan sesuatu," ucap Rey dengan banyak keringat ditubuhnya.

Semakin lama, mereka semakin kehilangan tenaga dan semakin kelelahan. Menghadapi puluhan orang dengan kedua tangan mereka, bisa dibilang usaha yang sangat bagus.

MY POSESSIVE BROTHER (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang