Chapter 3

281 47 8
                                    

Jihoon kini mulai terbiasa dengan keberadaan Jaehwan, yang dimana ia hanya dapat mendengar suara nya saja, tanpa melihat wujudnya.

"Mengapa kau bisa seperti sekarang ini hyung?" tanya Jihoon yang kini tampak jauh lebih baik dari pada sebelumnya, bahkan ia sudah duduk manis di ranjangnya, tanpa bersedih seperti sebelumnya.

Jaehwan menggelengkan kepalanya pelan, tanpa bersuara, sedangkan Jihoon yang menunggu jawaban dari Jaehwan hanya mengerutkan keningnya.

"Hyung?" cicit Jihoon pelan.

"Ah ... maaf, aku lupa ku tak dapat melihatku, aku juga tak tahu mengapa aku bisa seperti ini, tetapi saat aku berada di ICU, dimana wujudku berada tangan ku tampak di perban banyak.

Sebuah anggukan kecil Jihoon berikan pada Jaehwan.

Ia sedikit paham, dengan begitu berarti Jaehwan yang berbicara padanya saat ini tak mengetahui alasan apa yang sebenarnya terjadi sebelum akhirnya ia menjadi seperti ini.

"Lalu kau, mengapa disini? dan mengapa tanganmu tampak lebam seperti itu?" tanya Jaehwan balik bertanya pada Jihoon.

Pemuda manis itu tampak bergeming di tempatnya. Ada keraguan yang ia rasakan untuk mengungkap kan masalah pribadinya pada orang lain yang baru dikenal nya itu.

"Mmm ... aku belum bisa memberitahu hyung, bolehkah lain kali aku memberi tahu padamu?" tanya Jihoon berusaha bersikap sopan pada Jaehwan.

Sebuah helaan nafas kasar terdengar cukup keras di telinga Jihoon.

Ia tahu Jaehwan mungkin sedikit kecewa padanya, pasalnya Jaehwan dengan terbuka memberitahu yang ia ingat semuanya pada Jihoon.

Sreek ...

Tirai biru ranjang Jihoon di buka oleh salah satu residen di rumah sakit tersebut.

"Oh ... kau sendiri? Ku kira kau bersama keluargamu," ujar dokter tersebut, sambil memeriksa infusan yang ujung jarumnya masih menempel di kulit tangannya itu.

Jihoon hanya tersenyum tipis sambil menggelengkan kepalanya pelan.

"Sudah lebih baik?" tanya dokter tersebut pada Jihoon.

Sebuah anggukan kepala Jihoon berikan pada dokter residen itu.

Setelahnya sang dokter residen mencabut infus yang sebelumnya menempel di punggung tangan Jihoon dengan hati hati sambil menatap Jihoon lekat.

"Sebaiknya kau sayangi tubuhmu itu, lambungmu bisa menjadi semakin parah kalau kau tetap seperti ini, dan kusarankan kau cek lab terlebih dahulu," ujar sang dokter santai namun serius.

"Hng, aku mengerti," ujar Jihoon singkat. Ia tak mau memperpanjang pembicaraan, ataupun berlama lama disana.

Jika saja tubuhnya tak terlalu parah, mungkin ia lebih memilih tak datang kesana.

"Aku sudah boleh pulang?" tanya Jihoon pada residen tersebut.

Dokter residen tersebut menghela nafas panjang.

"Apa boleh buat, jika aku sebagai dokter mu mengatakan kau tidak boleh pulang, kau tetap akan memaksa seperti sebelum sebelumnya," ujar dokter itu, yang di balas dengan kekehan Jihoon.

Jaehwan yang sedari tadi hanya duduk di tepi ranjang Jihoon sedikit tertegun dibuatnya saat mendengarkan perkataan dokter residen tersebut bahwa Jihoon datang ke rumah sakit itu bukan pertama kalinya, bahkan mungkin sudah beberapa kali dia kesana.

"Jadi kau sering masuk rumah sakit?" celetuk Jaehwan bertanya pada Jihoon.

Sebuah gendikkan bahu secara samar Jihoon berikan pada Jaehwan.

Jaehwan memutar maniknya malas.

"Baiklah kalau begitu, aku pergi dulu," ujar Jihoon yang berusaha turun dari ranjang tersebut, yang tentu nya diikuti Jaehwan dibelakangnya tanpa Jihoon ketahui.

Keduanya melangkah kan kaki nya keluar dari ruangan itu. Jihoon tampak jauh lebih baik dari sebelumnya, hanya saja tidak dapat dikatakan bahwa Jihoon benar benar telah kembali seperti semula.

Baru beberapa langkah keluar dari IGD tersebut, manik Jihoon menangkap sosok yang sebelumnya telah menolongnya.

"Ah ... pemuda itu ...," lirih Jihoon.

Jaehwan yang berada di belakang Jihoon langsung mendekat berdiri disamping Jihoon mengikuti arah pandang Jihoon.

'Niel? Jihoon mengenal Niel?' benak Jaehwan bingung sambil memiringkan kepalanya.

Langkah Jihoon semakin mendekat kearah Daniel yang masih terlihat kusut.

"Hei!" pekik Jihoon sambil menepuk punggung Daniel yang sebelumnya membelakangi dirinya.

Refleks Daniel membalikkan tubuhnya ke arah sumber suara.

Sejenak Daniel terdiam, dan menyipitkan maniknya. Sungguh kepala nya itu tak mengingat akan wajah Jihoon yang sebelumnya sempat ia tolong.

"Kau tak mengingatku?" tanya Jihoon pelan sedikit ragu.

Daniel yang memang masih belum mengingat wajah Jihoon hanya dapat mengendikkan bahunya pelan.

Sebuah helaan nafas pelan terdengar di telinga Daniel.

"Ugh ... maaf aku tak mengingat mu, hari ini aku sedikit kalut ... jadi sekali lagi maafkan aku," ujar Daniel pada akhirnya sambil menundukkan kepalanya sopan pada Jihoon.

Seulas senyuman pada Jaehwan dan juga Jihoon tiba tiba saja terukir diwajah keduanya.

Jika Jaehwan tersenyum karena dirinya dapat melihat kembali sahabatnya itu dalam wajah kikuk tak terlintas kesedihan, maka berbeda dengan Jihoon yang tersenyum karena menurutnya Daniel terlihat tampan dan lucu untuknya.

"Tak apa kau tak mengingatku sekarang, hanya saja sepertinya dilain waktu kau harus mengingatku," celetuk Jihoon tiba tiba.

"Apa maksudmu ?/Apa maksudmu?" tanya Jaehwan dan Daniel secara serentak.

"Aish ... kalian ini!" pekik Jihoon.

Seketika Daniel mengerutkan dahinya itu.

'Apa maksudnya kalian? Bukankah aku sendirian disini?' benak Daniel dengan manik nya yang mengedarkan pandangannya pada sekelilingnya memastikan bahwa Jihoon hanya sedang berbicara dengannya.

Suara kekehan yang terdengar mengejek sangat jelas terdengar ditelinga Jihoon. Ia baru sadar bahwa Daniel pasti bisa saja menganggap nya aneh, karena sudah jelas tentunya Daniel tak dapat mendengar suara Jaehwan yang sebelumnya secara bersamaan menanyakan pertanyaan yang sama padanya.

'Ck ... menyebalkan,'

Dengan sedikit berpura pura Jihoon menggaruk tengkuk lehernya, sambil mengatakan bahwa apa yang sempat ia lontarkan tak usah terlalu difikirkan.

"Maaf mengganggu waktumu, sepertinya aku harus pergi sekarang, bye ..," ujar Jihoon melangkahkan kakinya menjauh dari Daniel.

Sungguh ia sangat malu kali ini.

"Bye ... Niel," pekik Jaehwan riang sedikit berbisik sambil melambaikan tangannya pada Daniel, yang sudah dapat dipastikan Daniel tak menyadarinya.

Kaki kaki Jaehwan jauh tampak ringan kali ini, bahkan ia mulai sedikit tersenyum dan terkekeh kecil karena ulah teman barunya, yang tak lain Park Jihoon.

'Ish ... Jaehwan hyung menyebalkan,'

.........

TBC

#NgabubuRead

See you next chapter

Leave comment, and vote

.

.

Seya

Is That You ? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang