Chapter 28

217 35 8
                                    

Kini didalam ruang rawat inap Jaehwan, hanya tinggal Jaehwan dan Minhyun semata, sedangkan Daniel kini telah mengantar Jihoon ke ruangan yang berbeda dengan Jaehwan.

Jaehwan sudah lebih baik dari sebelumnya, hanya saja belum dapat dikatakan sangat baik atau pulih.

Beberapa kali Jaehwan terdiam saat Minhyun mengajak berbicara dengannya.

Hanya tatapan kosong yang kini dapat Minhyun liat dari kedua manik nya itu.

"Sayang, kau harus kuat heum, jika kau menginginkan bayi mungil mengisi keluarga kita, kita nanti buat kembali heum?" ujar Minhyun berusaha menghibur Jaehwan dengan celotehan asalnya.

Seketika Jaehwan merengut, dan menatap Minhyun sinis.

"Kau mesum," cicit Jaehwan menatap Minhyun.

Mendengar perkataan itu, tentu saja membuat Minhyun tergelak tawa ringan. Ia sedikit senang bahwa istri nya kini tidak dalam tatapan yang kosong, seperti yang ia fikirkan sebelumnya.

"Aku tidak mesum, aku hanya mengatakan hal yang sebenarnya sayang," ujar Minhyun dengan mudahnya.

Refleks Jaehwan memutarkan manik nya malas, dan merubah posisi nya menyamping, membelakangi Minhyun.

Sungguh Jaehwan sedikit kesal dengan Minhyun. Tak bisakah Minhyun merasakan posisi nya yang baru kehilangan anaknya?

'Maaf aku seperti ini, bukannya aku tak mengerti perasaanmu, hanya saja aku menginginkan kau kembali tersenyum walaupun terpaksa, dan tak terlalu terlarut dalam kesedihan,' ujar Minhyun dalam benak.

***

"Terimakasih hyung," ujar Jihoon yang kini sudah berada di ranjang nya kembali dengan bantuan Daniel.

Daniel hanya menganggukan kepalanya, tanpa mengatakan sepatah katapun, sedangkan Jihoon sibuk dengan senyumannya yang sedari tadi kedua ujung bibirnya tak turun turun dari posisinya itu.

Awalnya Daniel merasa tak ada yang aneh dengan sikap Jihoon, hanya saja semakin lama ia pun merasa sedikit aneh dengan pemuda manis yang menatap nya lembut, dengan senyumannya yang menggelitik hati Daniel.

"Ekhem ... Ji, ada apa denganmu ? Mengapa sedari tadi kau memberikan senyuman padaku seperti itu? Apakah ada yang aneh dengan diriku?" tanya Daniel pada akhirnya.

Sebuah gelengan kepala serta cengiran Jihoon berikan pada Daniel.

Ia tak mungkin mengatakan pada Daniel bahwa ia merasa senang, karena hampir seharian ini ia lebih banyak membuang waktunya di temani oleh Daniel.

"Kau ada ada saja," lirih Daniel pelan pada Jihoon dengan tangan kanan nya yang refleks mengusap rambut Jihoon gemas.

Bolehkan Jihoon sedikit berlonjak dari tempatnya karena perlakuan Daniel yang random padanya?

Oh tidak!

Jihoon harus tetap menjaga image nya untuk sementara waktu, agar Daniel pemuda yang berada di hadapannya dapat menggerakkan hatinya kepada dirinya.

Ya, itu harapan kecil Jihoon. Ia tahu ia tak bisa memaksakan, hanya saja sedikit berharap itu tak menjadi masalah bukan?

"Apa kau sudah lebih baik?" tanya Daniel pada Jihoon sekedar mengalihkan pembicaraan sebelumnya yang tentu saja tak mendapat jawaban.

Dengan cepat Jihoon menganggukan kepalanya.

Tentu saja Jihoon merasa lebih baik.

Daniel ada disampingnya!

Selain itu, sahabatnya yang semula ia hanya dapat mendengarkan suaranya saja tanpa melihat wujudnya kini sudah kembali ke tubuh aslinya, jadi tak ada alasan lagi membuatnya menjadi lebih baik, kecuali .....

Ayah angkatnya.

Tunggu ...

Kemana dua pria paruh baya yang sebelumnya berada di rumah sakit ? Apakah keduanya telah pergi menjauh dari sana?

Kedua pria paruh baya itu kini masih berada di sekitar rumah sakit dengan tatapan sendu, setelah mendapat tamparan pembicaraan Daniel pada keduanya.

Keduanya sedikit merasa bersalah, sekaligus membenarkan perkataan Daniel sebelumnya, terlebih Tuan Hwang yang kini merasa jauh terpuruk.

Ia tak pernah menyangka bahwa hanya karena dirinya menampakan diri di hadapan Minhyun dan juga Jaehwan yang sedang dalam perawatan, calon cucunya justru meninggal dihadapannya, bahkan kini ia mulai merasa bersalah atas perkataan yang tak seharusnya Jaehwan dengar.

Menantunya telah salah sangka!

"Ini semua karena kau membicarakan mengenai putra angkat mu waktu itu," lirih Tuan Hwang pelan sambil memijit keningnya yang berkerut.

"Kenapa kau malah menyalahkanku? Bukankah kau juga yang salah karena mengajak menantumu datang ke club waktu itu?, jika menantumu tadi keguguran, bukankah waktu itu berarti ia sedang hamil dan kau malah menyuruhnya datang kesana," elak Tuan Park tak mau disalahkan.

Jadi ... sebenarnya apa duduk perkara yang sedang mereka permasalahkan?

Permasalahannya adalah ketika Tuan Park yang memang pada hari itu berniat buruk pada putra angkatnya sendiri, hanya saja Tuan Hwang tak mengetahui niat tersebut, yang ia tahu bahwa keduanya ingin saling memperkenalkan akan anak masing masing, berhubung Tuan Hwang yang tak mungkin mengajak Minhyun untuk itu ia mengajak Jaehwan yang sudah ia anggap layaknya anak sendiri.

Ia ingin lebih dekat dengan Jaehwan, untuk itu ia mencoba terbuka dengan Jaehwan yang sudah ia anggap sebagai anak kepada sahabatnya yang ia kira adalah pria yang benar benar baik.

Tuan Hwang hanya terdiam seribu bahasa, dengan pikirannya yang terus terngiang akan perkataan Tuan Park sebelumnya.

"Kau kan yang memintaku bertemu disana," lirih Tuan Hwang dengan nada rendah, sedangkan Tuan Park tak menanggapi.

Tak mungkin baginya mengatakan padanya bahwa ia telah menjebak putra angkatnya disana, untuk itu ia memilih tempat pertemuan itu disana bukan?

Merasa tak di tanggapi, Tuan Hwang yang sebelumnya berbicara tak menatap Tuan Park, kini baru menyadari akan adanya kejanggalan yang terjadi sambil menolehkan kepalanya menatap Tuan Park lekat menunggu apa yang akan dikatakan pria yang ada dihadapannya.

Tak ada jawaban, melainkan gendikkan bahu pelan.

'Aneh ... mengapa aku merasa ada yang janggal disini? Mungkinkah di—'

........

TBC

Ayo siapa yang salah sangka sama Tuan Hwang nyakitin Jaehwan??


See you next chapter

Leave a comment and vote

.
.

Seya

Is That You ? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang