Chapter 31

253 40 17
                                    

Sayup sayup suara yang Jihoon coba lontarkan semakin lama semakin terasa tercekat di tenggorokannya.

Alih alih dapat berteriak, ia justru tak dapat mengeluarkan suaranya.

Tangan Jihoon yang sebelum nya di pasang infus tampak menggantung di kursi roda itu.

Tuan Park berusaha mengendalikan ekspresi wajahnya, dan terus mendorong kursi roda Jihoon keluar dari rumah sakit tersebut, sebelum pihak lain menyadarinya.

Jihoon sudah pasrah. Ia tak dapat melakukan apapun, paling tidak kali ini dipikiran Jihoon ia sudah merasa sedikit lega, sebab sebelum ini ia sempat bertemu dengan Daniel orang yang ia cintai, walaupun pada akhirnya ia tak dapat mengungkapkannya sedikit pun.

Jika waktu berputar, dan memberikannya sedikit kesempatan, mungkin yang ia inginkan adalah mengungkap kan perasaannya itu pada Daniel hanya itu, selebihnya ia ingin mengucapkan terimakasih pada Jaehwan yang menjadi sahabat nya di akhir hidup nya itu.

Ia memang tak tahu apa yang sebenarnya ayah angkat nya ini ingin lakukan padanya. Namun dapat dipastikan bahwa hal buruk yang ingin dilakukan pria paruh baya itu padanya.

***

Ceklek

"Morning Ji—"

Daniel yang baru saja membuka pintu kamar rawat inap Jihoon, tampak tertegun saat melihat Jihoon yang tak ada di tempatnya.

"Ji..,"

Panggil Daniel kembali yang merasa aneh dengan ketidak beradaan Jihoon disana.

Hingga manik nya menatap lantai putih ruangan itu.

"Darah!"

"Jihoon ... Park Jihoon!"

Panik Daniel saat mendapati darah sekaligus selang infus Jihoon yang sudah terjatuh dari posisinya.

Dengan cepat Daniel mengikuti jejak tetesan Darah yang ada.

Bruk!

"Minggir!" pekik Daniel panik saat seorang menubruk nya sewaktu ia mengikuti jejak tetesan darah yang semakin lama semakin mengecil pola tetesan darah tersebut.

"Hei tenang lah," ujar pemuda yang ternyata adalah dokter muda yang hendak ke ruangan Jihoon.

"Kau ! Bantu aku mencari Jihoon, Jihoon menghilang, tetesan darah ini adalah darah nya," ujar Daniel tanpa menatap Woojin sedikit pun.

Woojin tampak membulatkan maniknya, seolah tak percaya dengan perkataan Daniel.

"Kau meninggalkannya sendiri?" tanya Woojin pada Daniel kaget.

"Sudah jangan banyak tanya, kau mau membantuku atau tidak, jika tidak aku bisa mencarinya sendiri," ketus Daniel.

Tanpa menunggu jawaban Woojin, Daniel berlari mengikuti jejak darah tersebut.

Hingga ...

'Sial! darah nya berhenti disini,' ujar Daniel dalam benak nya, setelah nya Daniel segera mengedarkan pandangannya.

Deg

Manik Daniel tertuju pada seorang pria paruh baya yang tengah mendorong kursi roda.

Bukan karena pria itu Daniel curiga atau pun merasakan keganjilan belaka, melainkan tangan yang terulur dengan lemah, disertai darah kering pada punggung tangannya.

Is That You ? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang