Chapter 20

202 41 4
                                    

Semenjak Jihoon yang tiba tiba saja memperkenalkan dirinya tanpa aba aba pada Minhyun, pemuda itu mematung di tempatnya dengan tatapan yang bingung dengan bibirnya yang terkatup rapat.

Minhyun berusaha mencari jawaban dari apa yang dikatakan Jihoon. Namun ....

Tak ada jawaban.

Minhyun tetap bingung dengan semua pertanyaan yang ada, hingga ....

"Maaf, aku mengagetkan mu dengan perkenalan ku ini, hanya saja aku tak tega mendengar suara tangisan Jaehwan hyung yang terusik di telinga ku, karena hanya aku yang dapat mendengarnya," ujar Jihoon pada Minhyun.

Manik Minhyun sedikit mengerjap pelan.

"Yak Jihoon-ah! Mengapa kau memberitahu padanya bahwa aku sedang menangis? Nanti dia semakin sedih," ujar Jaehwan pada Jihoon dengan nada sedikit meninggi.

Dengan santai Jihoon mengusap telinga nya seolah menghiraukan ucapan Jaehwan yang sedikit marah padanya.

"Jadi Ka..-kau bisa mendengar roh istriku? Apa dia baik baik saja? Dimana dia sekarang?" tanya Minhyun bertubi tubi sambil memegang tubuh Jihoon menatap manik Jihoon lekat.

Jihoon meneguk salivanya kasar. Sesaat ia kaget dengan reaksi Minhyun yang di luar dugaan. Namun setalah nya ia menganggukan kepalanya pelan dengan perkataan Minhyun.

"Jaehwan hyung berada di sini, sedari tadi memarahiku karena memberitahukan pada hyung bahwa ia sedang menangis saat melihatmu hyung," ujar Jihoon polos.

Perlahan Minhyun melepaskan tangannya pada Jihoon dan mengedarkan pandangannya mencari sosok kesayangannya.

Namun tentu saja Minhyun tak dapat melihat sosok itu, Jihoon saja hanya dapat mendengarnya.

"Bisa kau katakan pada istriku bahwa aku meminta maaf padanya, atas segala kesalahanku?" tanya Minhyun seraya berharap Jihoon menyampaikannya pada Jaehwan.

Sebuah cicitan pelan dapat Jihoon dengar bahwa Jaehwan sedari tadi mengatakan bahwa Minhyun tidak salah, ia dapat memahaminya, dan telah memaafkan semua kesalahan suaminya itu.

Dengan cepat Jihoon menyampaikan semua yang dikatakan Jaehwan dengan terisak pada Minhyun.

Ada sedikit kelegaan yang Minhyun dapat rasakan. Entahlah ia merasa sedikit beban yang sebelumnya tertahan dipundaknya sedikit terangkat.

"Apa ia selalu memerhatikanku?" tanya Minhyun ragu pada Jihoon.

Sebuah anggukan kepala Jihoon berikan pada Minhyun.

Seketika Minhyun merasa bersalah, terlebih sebelumnya Jihoon mengatakan bahwa istrinya tengah menangis.

"Oh ... maafkan aku Jjae ... aku tak bermaksud membuat mu sedih," lirih Minhyun pelan tertunduk.

Sebuah gelengan kecil Jihoon berikan pda Minhyun.

Tak lupa ia mengatakan pada Minhyun bahwa Jaehwan tak menyukai dirinya yang suka menyalahkan diri sendiri, dan memberikan pesan juga pada Minhyun untuk lebih menjaga kesehatannya selama Jaehwan belum dapat kembali ke tubuhnya.

"Terimakasih Jihoon-ah," lirih Jaehwan pelan, yang sekarang memahami maksud Jihoon mengatakan hal yang sebelumnya sempat ia larang pada Jihoon.

"Sama sama hyung," ujar Jihoon setengah berbisik sambil setengah tangannya menutupi bibirnya.

Sebuah anggukan kepala lemah Minhyun berikan pada Jihoon.

Daniel yang sedari tadi hanya menyaksikan apa yang di lakukan Jihoon tanpa memberikan kontribusi layaknya penonton, akhirnya menepuk pundak Jihoon pelan.

Ada sedikit kekaguman yang Daniel tunjukkan pada Jihoon.

Ia tak menyangka bahwa pemuda manis itu dapat memiliki caranya sendiri untuk meyakinkan orang lain.

Sebuah senyuman tipis tanpa sadar menghiasi wajah Daniel.

Jihoon yang merasakaan tangan pemuda yang berada di pundaknya tentu saja degup jantung nya refleks berteriak seperti sahut menyahut satu sama lain.

'Ugh ... jantungku, mengapa aku masih seperti ini? Apa mungkin nantinya Niel hyung dapat menyukaiku?  ... Aish ... kau ini,' Monolog Jihoon dalam benak sambil berusaha mengontrol degup jantungnya yang belum stabil.

"Hyu...-hyung ... maaf bisa kau ... mmm—"

Jihoon menggantungkan kalimat nya sambil sesekali melirik Daniel yang berada di samping kirinya.

Awalnya ia ingin meminta Daniel agar menjauhkan tangannya dari pundaknya agar kondisi degup jantungnya yang dapat kembali stabil, hanya saja saat menatap manik Daniel, yang terlihat polos dan tak paham dengan situasi yang terjadi, akhirnya memutuskan untuk mengurungkan niat nya itu.

'Astaga Niel hyung,' benak Jihoon dalam hati berusaha mengontrol deru nafasnya yang kini juga mengikuti degup jantungnya yang tak teratur sempurna.

"Kau kenapa Ji?" tanya Jaehwan berbisik di telinga kanan Jihoon saat menyadari perubahan wajah Jihoon.

Jihoon hanya menggelengkan kepalamya tak menjawab pertanyaan tersebut, disatu sisi ia sedikit malu mengatakan yang sebenarnya pada Jaehwan.

"Pasti ulah sahabat ku yang satu ini ya?" Curiga Jaehwan bertanya pada Jihoon seraya memsatikan.

Jihoon diam, tak menjawab sedikit pun perkataan Jaehwan.

"Maafkan Jihoon-ah memang sahabatku ini kurang peka, sayang saja aku tak dapat menyentuh nya, jika tidak pasti aku akan menjewer nya demi dirimu, agar dia lebih memprihatikan mu dengan baik," ujar Jaehwan.

Lagi lagi tak ada jawaban dari Jihoon, melainkan pipi nya yang kini ikut bersemu merah.

"Ada apa denganmu?"

Bukan suara Daniel, melainkan Minhyun lah yang bertanya pada Jihoon, yang diikuti dengan Daniel yang juga menolehkan kepalanya ke arah Jihoon.

Jihoon menggelengkan kepalanya pelan, dan mengatakan bahwa Jaehwan sedari tadi mengusiknya ditelinganya.

"Bisakah aku bertanya?" tanya Minhyun tiba tiba.

Dengan senang hati Jihoon menganggukan kepalanya.

"Apakah Jjae pernah mengatakan padamu mengenai alasannya sampai ia berada di ranjang ini pada akhirnya?" tanya Minhyun sungguh sungguh pada Jihoon, sebab ia sendiri pun belum mengetahui alasan pastinya istrinya dapat dengan nekat menyilet nadi nya itu dalam sehingga sampai harus di operasi.

Sebuah gelengan kepala pelan Jihoon berikan pada Minhyun.

"Hyung tidak dapat mengingat seluruh kejadian yang terjadi sebelum ia menjadi roh, ada sebagian ingatan yang hilang di kepalanya itu," ujar Jihoon dengan suara rendah.

Suara desahan pelan dapat di dengar di telinga Jihoon saat mendapatkan jawaban darinya itu.

"Maaf," cicit Jaehwan sendu menatap suaminya.

.........

TBC

See you next chapter

Leave a comment, and vote ...

.
.

Seya

Is That You ? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang