Chapter 8

221 44 16
                                    

Kini keduanya berada di sofa ruang tengah, lebih tepatnya Daniel lah yang menyeret nya ke ruang tengah itu, dengan Jaehwan yang sibuk meringis saat Daniel menarik nya asal begitu saja.

"Bisa kau jelaskan sekarang siapa kau sebenarnya?" tanya Daniel kepada Jaehwan yang berada di hadapannya itu.

Jaehwan diam seribu bahasa, dengan tangannya yang sibuk mengusap lengannya yang sebelumnya Daniel pegang erat.

"Mmm ... apakah jika aku memberitahumu bahwa aku Jjaeni sahabat mu kau akan percaya?" tanya Jaehwan ragu ragu menatap manik Daniel lekat.

Refleks Daniel langsung berdiri, dan mengusap wajahnya kasar.

"Kau ! ... aku tak percaya padamu," decak Daniel pada Jaehwan.

"Baik ... kalau begitu jika aku mengatakan bahwa aku bisa mendengar dan melihat Jaehwan sahabatmu bagaimana?" tanya Jaehwan kembali mencoba alternatif lain agar Daniel dapat mulai mempercayai dirinya.

Seketika Daniel bergeming di tempatnya. Otak nya seakan berputar mencerna satu persatu kata yang Jaehwan lontarkan dari belah bibirnya.

"Apa maksudmu?" tanya Daniel yang kini nada suara nya mulai lebih melunak dari sebelumnya. Tidak lagi menyudutkan Jaehwan seperti sebelum sebelumnya.

Melihat respon Daniel yang jauh lebih bagus menurutnya, tentu saja menjadikannya lebih percaya diri. Ia tak apa jika saat ini Daniel akan mengenalnya sebagai Jihoon bukan Jaehwan. Toh, bagaimanapun juga Jaehwan kali ini menggunakan tubuh Jihoon.

"Aku mengenal sahabat mu saat berada di rumah sakit, dan untuk pertama kalinya aku berteman dengannya karena hanya aku yang dapat mendengarnya, dia memberitahukan semua padaku bahwa kau adalah sahabat nya yang bernama Kang Daniel, dan dia juga memiliki seorang suami yang bernama Hwang Minhyun," jelas Jaehwan yang berpura pura seolah Jihoon demi membuat Daniel percaya padanya.

Mendadak manik Daniel tampak berkaca kaca dibuatnya. Ia mulai percaya dengan apa yang di katakan oleh Jaehwan.

"Ka..-kau sungguh sungguh?" tanya Daniel kembali mulai mendekat kearah Jaehwan.

Dengan cepat Jaehwan menganggukan kepalanya itu.

"Dimana dia sekarang?" tanya Daniel kemudian.

"Disini, bersama kita," ujar Jaehwan dengan mudahnya.

Rasanya ingin sekali Jaehwan tertawa mendapati tingkah Daniel itu.

Oh ayolah Jaehwan bukan saja sekedar berada disana dan tidak dapat dilihat dengan kasat mata, melainkan Jaehwan yang masih setia berada di dalam tubuh Jihoon.

"Katakan padanya aku merindukannya, cepat bangun sekarang, semua orang merindukan senyumannya, termasuk ... suaminya," ujar Daniel sungguh sungguh.

Mendengar perkataan Daniel seketika dada Jaehwan terasa sesak. Sesaat ia menjadi teringat akan sosok suaminya itu.

Hatinya terasa sakit mengingat dirinya yang belum dapat kembali ke dalam tubuhnya. Ia juga sudah merindukan suaminya itu.

Dengan susah payah Jaehwan menahan emosi nya yang ia rasakan semakin meluap memenuhi rongga dada nya itu.

"Hyu..-hyung bilang ia juga merindukan kalian, hanya saja saat ini jiwa hyung belum dapat kembali keposisi nya semula," ujar Jaehwan.

Daniel menatap wajah Jaehwan a.k.a Jihoon lekat.

Setelah nya Daniel mengusap lembut tangan Jaehwan sambil mengatakan padanya untuk mengatakan pada Jaehwan bahwa ia selalu menunggu sahabat nya itu seperti semula tak peduli lamanya waktu.

Jaehwan refleks menganggukan kepalanya pelan.

"Lalu, siapa namamu? Kau mengenal namaku, tapi aku tidak," ujar Daniel pada Jaehwan.

Sebuah senyuman setengah dipaksakan kini mulai terlihat di wajah Jaehwan.

"Namaku Jihoon ... Park Jihoon," ujar Jaehwan sambil mengulurkan tangannya pada Daniel.

Daniel dengan cepat menjabat tangan Jaehwan.

Tanpa sadar, sekilas manik Daniel melihat lengan Jaehwan yang sebelumnya sempat Daniel tarik sebelumnya.

"Astaga, tanganmu ... merah," ujar Daniel setengah panik merasa sedikit bersalah pada Jaehwan.

Dengan cepat Jaehwan menarik tangannya, dan menutupi tangannya dengan lengan bajunya.

"Aku tak apa apa, kau tenang saja," ujar Jaehwan sedikit terburu buru.

Daniel yang bingung hanya menatap Jaehwan lekat.

'Aneh, mengapa anak ini seperti sedang menyembunyikan sesuatu,' ujar Daniel dalam benak.

Tak ingin Daniel lebih mencurigainya lebih jauh, Jaehwan pun akhirnya memilih untuk mengundurkan diri dari hadapan Daniel dengan alasan ia ingin beristirahat terlebih dahulu.

'Hampir saja!' benak Jaehwan dalam hati sambil mengusap dadanya. 'Jihoon-ah ... apa aku sudah melakukannya dengan baik?' lanjut benak Jaehwan.

.
.

Setelah ia sampai dikamar Jaehwan berinisiatif untuk mengobati luka luka yang ada di tubuhnya itu, sebab sebelumnya ia belum sempat mengobatinya.

Bajunya sedikit ia singkapkan dan mengobati satu persatu.

Cukup sulit Jaehwan mengobati luka yang berada di daerah punggungnya itu, serta Jaehwan tak henti hentinya meringis menahan sakit dari luka luka yang di beri salep tersebut.

"Astaga Ji, mengapa kau bisa bertahan dengan tubuh penuh luka dan lebam seperti ini," keluh Jaehwan.

Kriett ..

"Ji ...—"

Seketika manik Daniel membulat sempurna, karena tanpa sengaja manik Daniel menatap jelas tubuh putih yang dihiasi luka dan lebam di sekujur tubuhnya.

Ia tak menyangka bahwa pemuda manis yang dihadapannya nyatanya mengalami hal yang berat dalam hidupnya.

"Sini, biar kubantu mengobatinya!"

Deg

'Daniel?!'

.........

TBC

See you next chapter

Leave comment and vote

.

.

Seya

Is That You ? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang