Chapter 18

204 39 12
                                    

Manik Daniel menatap Jihoon dengan tatapan kosong.

"Hei ... kau kenapa hyung?" tanya Jihoon memecahkan suasana yang menurut Jihoon terasa aneh untuk keduanya.

Sebuah gelengan pelan Daniel berikan pada Jihoon.

Sejenak Jihoon sadar pasti ada hal yang tak diketahui oleh nya, belum lagi saat ini ia sudah berada di ranjang rumah sakit yang ia kenal baru kemarin ini ia kesana.

Seorang dokter residen tampak mendekati Jihoon sambil menggelengkan kepalanya pelan.

"Ckck ... kau ini ..., bisa bisa nya kau masuk IGD dua kali dalam sehari, bahkan belum terlalu lama kau sudah berada disini lagi ... apakah kau merindukanku sehingga kau datang lagi kesini?" tanya dokter residen tersebut dengan percaya diri.

Seketika manik Jihoon membulat dan otak nya berfikir keras menelaah kata perkata yang dokter tersebut katakan padanya.

Perlahan arah pandang manik Jihoon yang sebelumnya menatap dokter residen itu kini beralih ke arah Daniel yang sedang tertunduk.

'Ah ... apa sebelumnya Jaehwan hyung yang menggunakan tubuhku? jika melihat reaksi Niel hyung ... mungkinkah—'

Jihoon menggantungkan kalimat nya dalam benaknya sambil menutup mulut pelan, yang membuat dokter residen yang masih menatap nya dengan tatapan penuh tanya.

"Hyung!" pekik Jihoon menggenggam tangan Daniel.

Refleks Daniel yang semula tak menggubrisnya, lantas menatap Jihoon.

"Kau menyadarinya?"

Daniel mengerutkan keningnya berusaha menangkap maksud dari pertanyaan Jihoon.

Tak lama, sebuah anggukan kepala pelan Daniel berikan pada Jihoon.

"Jadi benar dugaanku," lirih Jihoon pelan sambil menundukkan kepalanya.

Ingatan ingatan sebelumnya saat ia mendapati suara Daniel yang sedang mengutarakan perasaannya pada Jaehwan di kamarnya kini kembali terputar di kepalanya itu.

Hati nya kembali terasa sakit mengingat Daniel yang dapat dilihat bahwa benar benar menyukai Jaehwan lebih dari sahabat.

Dengan berat hati mencoba meyakinkan dirinya mengatakan pada Daniel bahwa Jaehwan nantinya pasti akan kembali bangun dan dapat kembali bersama sama di tengah orang yang disayang.

Daniel menganggukan kepalanya pelan, dan mengucapkan 'terimakasih' pada Jihoon karena telah mencoba menghiburnya.

"Kau tenang saja, aku juga akan berusaha membantu sebisaku," ujar Jihoon mencoba memgambil andil.

"Ekhem ... maaf sebelumnya sebenarnya kalian sedang membicarakan apa?" tanya dokter residen tersebut yang terlihat penasaran akan pembicaraan Daniel dan Jihoon yang tak ia mengerti.

Dengan tangan terlipat dan mulut nya yang berdecak pelan Jihoon membalas pertanyaan dokter tersebut.

"Eh bocah, kau itu tidak sopan tau," ujar dokter tersebut sambil menjitak kepala Jihoon pelan.

Refleks Jihoon sedikit meringis dan mengusap kepalanya dengan tangannya.

Daniel yang melihat hal tersebut, langsung membantu Jihoon mengusap kepalanya.

"Jangan berbuat kasar pada pasien, kau kan dokter disini," ujar Daniel dingin.

Semburat merah tiba tiba saja menghiasi pipi putih bersihnya itu.

'Ugh ... jika seperti ini, bagaimana bisa aku melupakan perasaanku pada Niel hyung?' Monolog Jihoon pada dirinya sendiri.

Sungguh sampai saat ini ia tidak tahu harus berbuat apa dan bagaimana semestinya bersikap.

Haruskah ia melupakan perasaannya pada Daniel? atau mungkin haruskah ia menunggu dan mempertahan kan perasaanya pada Daniel sampai hati Daniel benar benar terobati, serta nanti nya dapat menggantikan posisi Jaehwan di hati Daniel?

Sedikit gelengan kepala Jihoon mencoba menghilangkan segala pertanyaan yang ada di kepalanya. Untuk saat ini yang terpenting untuknya adalah ia dapat membantu Jaehwan seperti janji nya, sedangkan nanti nya ia bersama ataupun tidak dengan Daniel adalah bonusnya semata.

"Maafkan saya, saya hanya merasa pasien ini sedikit susah diatur, untuk itu tangan saya dibawah alam sadar saya langsung mengambil tindakan eksekusi," balas dokter tersebut pada Daniel.

Sebuah gendikkan bahu, dokter itu dapatkan dari Daniel.

"Hyung, bisakah kau antarkan aku ke kamar ICU Jaehwan hyung? aku ingin menjenguknya?" ujar Jihoon yang dibalas dengan anggukan kepala pelan.

Baru saja Jihoon hendak beraemangat turun dari ranjangnya, tangan dokter residen tersebut tiba tiba saja menahannya.

"Lihat larutan infusmu masih banyak, kau tak dapat begitu saja mencabutnya,kau harus menghabiskannya terlebih dahulu baru bisa kesana kemari," ujar dokter residen tersebut dengan nada acuh.

"Ish ... kau menyebalkan!" ujar Jihoon sedikit mengumpat.

Daniel yang tak ingin adanya keributan akhirnya menenangkan Jihoon, dan mengatakan bahwa ada benarnya perkataan dokter tersebut, tak lupa ia juga mengatakan bahwa Daniel akan menemaninya sampai larutan infus tersebut habis, baru bersama sama menjenguk Jihoon.

Mau tak mau Jihoon yang langsung luluh dengan perkataan Daniel hanya dapat menganggukan kepalanya pelan.

Seakan ia terhipnotis dengan kata perkata yang di utarakan Daniel padanya.

'Ahh ... mengapa Niel hyung sangat tampan dan membuat hatiku selalu menghangat dari setiap perkataannya itu?' benak Jihoon dalam hati dengan pandangan memuja pada Daniel.

Dokter residen yang sedari tadi memperhatikan Jihoon hanya memutarkan maniknya malas.

'Dasar menyebalkan!' decak dokter tersebut dalam hati.

Baru saja dokter residen itu hendak membuka mulutnya kembali mencoba membuat nasihat pada Jihoon yang seolah tersihir dengan Daniel.

Seseorang memanggil namanya cukup lantang.

"Dokter Park!"

"Ne!"

.....................

TBC

Disini khusus momennya Jihoon dan Daniel yaa 🤭🤭

See you next chapter

Leave a comment and vote ...

.

.

Seya

Is That You ? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang