Chapter 15

213 38 11
                                    

Butuh beberapa detik bagi Jaehwan untuk menyadari kesalahan yang ia lakukan dengan posisi tangannya yang masih berada di dada Daniel sebelumnya, karena memukul Daniel sebelumnya.

'Astaga, aku lupa ... bagaimana ini?' benak Jaehwan sedikit panik menyadari kesalahannya.

Tangan Daniel yang sebelumnya bebas, kini meraih tangan Jaehwan pelan.

"Kau siapa?" tanya Daniel pelan dengan tatapannya yang tajam menatap Jaehwan.

Jaehwan menegukkan saliva nya pelan. Ia tak tahu apa yang harus ia katakan pada Daniel kali ini. Haruskah ia berkata jujur?

"Kau menyadari diriku?" cicit Jaehwan ragu.

"Jjae? Kau kah itu?" tanya Daniel dengan suara bergetar. Entah mengapa perasaannya semakin yakin akan keberadaan Jaehwan ditubuh Jihoon kala ini.

Manik Jaehwan kini telah basah sempurna. Ia tak sanggup membohongi Daniel lebih jauh. Sebuah anggukan kepala pelan Jaehwan berikan para Daniel.

Refleks Daniel memeluk erat Jaehwan yang kini berada di tubuh Jihoon.

"Jjaeni-ah ... aku merindukanmu ... mengapa kau melakukan hal bodoh ... kau tak ingin bertemu dengan ku lagi heum?" Monolog random Daniel dengan tubuhnya yang senantiasa masih mendekap Jaehwan.

Tangisan yang semakin keras kini semakin terdengar dari belah bibir Jaehwan.

Sungguh ia sendiri pun tak tahu mengapa ia seolah diambang kematian seperti ini bahkan tubuhnya saja masih menolak jiwa nya yang kesana kemari ini.

"Maaf telah membuat mu bersedih," cicit Jaehwan pelan.

Cukup lama kedua nya menumpahkan rasa kerinduan sebagai sahabat satu sama lain.

Jaehwan dan Daniel lebih lama mengenal satu sama lain, dibandingkan Jaehwan dengan suaminya itu.

Selama ini bisa di bilang sebelum Jaehwan bertemu dengan Minhyun, Daniel lah tempat dimana Jaehwan bergantung. Ia selalu menceritakan apapun yang tengah ia rasakan, bahkan tak elak bahwa Jaehwan menceritakan mengenai perasaan yang ia miliki pada Minhyun kepada Daniel.

Awalnya Daniel merasa tak terima saat Jaehwan selalu membicarakan Minhyun di hadapannya. Namun Daniel bukanlah orang yang egois, jika memang Jaehwan bahagia dengan Minhyun maka ia merelakannya, untuk itu pada akhirnya Daniel melepaskan Jaehwan bersama Minhyun, tanpa Jaehwan mengetahui bahwa Daniel memendam rasa pada Jaehwan sahabat nya sendiri.

Setelah dirasa cukup, barulah Daniel melonggarkan pelukannya menatap Jaehwan lembut sambil menghapus jejak jejak air mata yang masih membasahi pipinya.

"Ayo kita duduk terlebih dahulu, aku ingin mendengar ceritamu," ujar Daniel sambil menggenggam tangan Jaehwan, yang dibalas sebuah anggukan pelan, sekaligus langkahan kaki yang mengikuti langkah Daniel.

.
.

Hening ...

Keduanya tampak sedikit canggung, setelah kenyaataannya kini Daniel mengetahui Jaehwan yang sedang berada di tubuh Jihoon.

"Apa sebenarnya yang terjadi? Jika aku tak salah ... kemarin bukan seperti dirimu?" tanya Daniel sedikit ragu, sembari mengingat ingat.

Jaehwan menghela nafas panjang, dan mulai menceritakan semua yang dialaminya pada Daniel, termasuk keadaan yang ia juga tak pahami mengapa ia berada seperti sekarang diantara hidup dan mati.

Setelah mendengarkan kata perkata yang di ucapkan oleh Jaehwan lantas Daniel tercenung, dan mencoba berada di posisi yang sama dengan Jaehwan. 

Lambat laun Daniel menyadari akan perasaan yang kini dirasakan oleh Jaehwan.

"Sungguh kau tak mengingat nya Jjae?" tanya Daniel sedikit tak percaya.

Sebuah anggukan kepala pelan Jaehwan berikan pada Daniel.

"Bisa kau beri tahu bagaimana yang kau tahu saat menemukanku ? Apa yang terjadi padaku? Mengapa tanganku di perban banyak sekali?" tanya Jaehwan bertubi tubi.

Daniel terdiam, berusaha berfikir keras kata yang enak ia utarakan pada Jaehwan mengenai keadaan yang terjadi sebenarnya.

"Kau di temukan di kamar dengan tanganmu yang sudah mengeluarkan darah dengan banyak, karena tersilet lumayan dalam, bahkan kau harus dioperasi karenanya," ujar Daniel sendu.

"Kamar? Silet? Kau tak sa— Arghhh," pekik Jaehwan terputus setelah mendapat kan nyeri yang hebat pada kepalanya itu.

"Jjae ... Jjae ... kau baik baik saja?"

Panik Daniel bukan main, saat mendapati Jaehwan yang seperti kesakitan.

Dengan cepat Daniel memeluk Jaehwan, dan mengusap punggung nya lembut.

Merasa Jaehwan yang terus meraung dan terisak, dengan sigap Daniel menggendong Jaehwan dan membawa nya ke dalam mobil untuk ia bawa ke rumah sakit.

Ia tak sampai hati melihat sahabat yang ia sayang seperti itu.

"Jjae ... bertahanlah ... heum? Aku akan membawa mu kerumah sakit," ujar Daniel yang kini telah mengemudikan mobil nya menuju rumah sakit.

dilain tempat .....

"Code blue! Code blue!"

Beberapa dokter, yang diikuti beberapa perawat tampak berlarian kearah ICU dimana Jaehwan dirawat.

Wajah dokter tersebut tampak awas, dan dengan sigap masuk kedalam ruang ICU tersebut setelah mendengar kode pada pengeras suara yang menyatakan peringatan akan kondisi pasien di dalam ruangan tersebut.

Manik Minhyun yang semula tampak sendu dan langkah kaki nya terasa lemas menuju ruang ICU dimana Jaehwan di rawat, kini tampak membulat sempurna saat mendapati para dokter berlarian menuju ranjang istrinya.

Apa yang terjadi ?

Mungkin kalimat itu yang kini bersarang di kepalanya.

"Ada apa dengan istriku dokter?" tanya Minhyun mencegat salah satu dokter yang akan masuk ke ruangan Jaehwan.

"Kau tunggu saja dulu disini Tuan, kami akan memeriksanya terlebih dahulu," ujar dokter tersebut.

"Ta—"

Kalimat Minhyun seakan menggantung, dokter tersebut tak terlalu mananggapi Minhyun, melainkan menghiraukannya dan masuk kedalam ruang ICU tersebut.

"Jjae ..,"

.............

TBC

See you next chapter

Leave a comment and vote...

.

.

Seya

Is That You ? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang