Chapter 22

220 41 17
                                    

"Ada apa denganmu hyung? Mengapa wajah mu seperti tertekuk?" tanya Daniel yang baru saja datang setelah menemani Jihoon membeli kopi untuknya.

Minhyun menarik nafasnya dalam dalam dan menghembuskan nya pelan, sambil menggelengkan kepalanya.

"Tak apa, hanya masalah kecil," ujar Minhyun yang enggan menjelaskan secara kaseluruhan pada Daniel.

Karena bagaimanapun menurutnya ayahnya sendiri merupakan aib, dan kekurangan tersendiri untuknya.

"Niel ... aku ingin meminta pendapatmu," ujar Minhyun pada akhirnya, sambil membawa Daniel dan Jihoon duduk.

Lalu dimana Jaehwan?

Tentu saja dengan sendiri nya langsung mengambil tempat dekat suaminya. Seakan ia tak ingin meninggalkan suami kesayangannya itu.

Sebuah anggukan pelan Daniel berikan pada Minhyun.

"Pendapat apa hyung?" tanya Daniel santai, sedangkan Jihoon hanya duduk dengan tenang sambil sesekali mencuri pandangannya pada Daniel.

Seakan ia terpesona akan setiap pergerakan Daniel.

Sepertinya Jihoon memang telah memutuskan hatinya bahwa ia akan tetap menyukai Daniel, walaupun ia telah tahu mengenai rahasia yang telah Daniel pendam sendiri.

Jihoon fikir ia tak masalah jika ia terpaksa harus menunggu hingga nanti nya Daniel membuka hati untuknya. Ia tak peduli berapa lama waktu yang ia butuhkan, yang terpenting adalah bahwa ia dapat menjaga perasaannya itu untuk orang tampan yang menurut nya sangat berkesan untuk dirinya.

"Begini ...,"

Cukup lama Minhyun menggantung kalimat nya, seakan ia memikirkan kosa kata mana yang sebaiknya ia pilih untuk memberitahu pada Daniel agar dapat mudah memahami maksud perkataannya berdasarkan sudut pandang dirinya.

"Jika kau menjadi diriku, apa yang akan kau lakukan jika kau sedang benar benar membenci seseorang, tetapi orang tersebut tak menyadarinya, bahkan ia tetap bertindak seakan ia tak menyadari akan kesalahannya itu?" tanya Minhyun cukup panjang pada Daniel.

Refleks Daniel, Jihoon dan juga Jaehwan sama sama mengerutkan alisnya bingung, seolah mencari seseorang yang di maksud oleh Minhyun sendiri.

Setelah ia tak dapat menemukan satu buah nama untuk orang yang di maksudkan oleh Minhyun, akhirnya Daniel mencoba menelaah pertanyaan Minhyun sebelumnya.

"Kalau menurutku, lebih baik kau aja berkomunikasikan terlebih dahulu, dan selesaikan dengan kepala dingin,"

Jihoon dan juga Jaehwan refleks menganggukan kepalanya hampir bersamaan, yang tentunya anggukan kepala Jaehwan tak akan dapat dilihat oleh siapapun.

Minhyun menghela nafasnya pelan.

Dalam hatinya ia sangat tak ingin berbicara sama sekali dengan seorang ayah yang telah menelantarkan dirinya, apalagi setelah mengetahui bahwa ayahnya selama ini telah dibiayai Jaehwan tanpa sepengetahuan dirinya.

"Ada apa, apa perkataanku salah?" tanya Daniel.

Minhyun mengendikkan bahunya lemah. Entah mengapa jawaban Daniel tak sesuai dengan apa yang ia rasakan.

'Hah ~~ Lebih baik aku akan menunggu, apakah pria tua itu akan benar datang atau tidak,' benak Minhyun.

***

Suara langkah pria paruh baya yang setengah berlari kini tampak tergesa gesa menuju ruang ICU dimana seperti yang disampaikan putranya melalui pesan bahwa menantu nya kini tengah terbaring lemah di ICU rumah sakit yang dimana kini ia sudah berada di rumah sakit tersebut.

Is That You ? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang