Chapter 12

203 41 16
                                    

Jihoon sedari tadi masih terus menyunggingkan senyumannya, bahkan sembari berbaring, menyuruh Jaehwan yang ikut berbaring disebelahnya yang walaupun ia tak dapat melihatnya.

"Hyung ..., bagaimana kehidupanmu sebelumnya? apakah menyenangkan?" tanya Jihoon pada Jaehwan.

Sejenak Jaehwan terdiam, dan memandang langit langit plafon kamar yang ia tempati saat ini.

"Mungkin," ujar Jaehwan sendu.

"Mengapa nada suara mu seperti sendu begitu?" tanya Jihoon bingung pada Jaehwan.

Jaehwan menghela nafasnya pelan, dan mengatakan pada Jihoon bahwa ia tak terlalu mengingat nya, untuk itu ia tak begitu mengetahui apakah ia dulu bahagia atau tidak.

Mendengar ucapan Jaehwan tentu saja Jihoon ikut merasa sedih dibuat nya.

"Ah ... maafkan aku, hyung tenang saja nanti aku akan mencoba mencari tahu mengenai mu hyung," ujar Jihoon sungguh sungguh pada Jaehwan.

Ingin rasanya jika seperti ini, ia memeluk Jihoon ke dalam dekapannya. Namun ...

Tentu saja hal itu seperti khayalan belaka, Jaehwan tak dapat menyentuh Jihoon, begitu pun sebaliknya.

Setelah nya keduanya melanjutkan perbincangan mereka. Satu sama lain saling menanyakan hal hal yang ingin mereka ketahui, baik Jihoon yang ingin mengetahui mengenai Jaehwan ataupun Jihoon yang ingin lebih jauh mengenai Jaehwan, walaupun tak sepenuhnya Jaehwan ingat.

Hanya beberapa penggalan ingatan yang Jaehwan ingat semata.

"Ji ... jujur aku sangat penasaran denganmu mengenai luka luka pada tubuhmu, karena harus kuakui saat aku berada di tubuhmu, aku mengetahui posisi letak lukamu itu, dan itu sangat banyak Ji," ujar Jaehwan secara jujur pada Jihoon.

Jihoon menghela nafasnya panjang. Rasa sesak yang selama ini Jihoon rasakan semakin terasa jika mengingat hal hal menyedihkan yang selama ini ia alami, dan jujur ia merasakan sedikit trauma akan hal tersebut.

Dulu saja saat Jihoon belum berfikiran yang jauh lebih jernih dari sekarang ia pernah beberapa kali mencoba mengakhiri hidupnya, hanya saja takdir selalu membantunya untuk di hindarkan dari hal tersebut.

"Kau ingat pria yang kemarin?" tanya Jihoon terlebih dahulu pada Jaehwan untuk memulai pembicaraannya itu.

Dengan cepat Jaehwan menganggukan kepalanya.

Jihoon tampak menghela nafasnya pelan.

"Dia ayah angkatku, dan aku baru tahu beberapa bulan lalu setelah ibu angkatku meninggal, dan semenjak itu kehidupan ku yang tenang dan di penuhi kebahagiaan berubah,"

Manik Jaehwan tampak sendu, dan menatap Jihoon penuh iba tanpa ia ketahui.

'Kasihan sekali Jihoon,' benak Jaehwan.

"Ap...-appa menyiksaku, ia tak senang jika aku hanya berdiam diri, bahkan terakhir aku disuruh bekerja olehnya untuk mendapatkan penghasilan, sebab semenjak eomma meninggal pekerjaan appa menjadi berantakan, dan terakhir ia dipecat,serta—"

Jihoon menjeda kalimat nya. Maniknya tampak basah dan raut wajah nya tampak memerah menahan tangis.

"Ada apa Ji?" tanya Jaehwan kembali sangat penasaran dengan apa yang di katakan oleh Jihoon selanjutnya.

"Appa memukul, bahkan hampir menghabisiku karena aku tak mendapatkan pekerjaan, terlebih saat ia tiba tiba saja hendak menjual diriku pada pria kaya, dan aku dengan sekuat tenaga menolak permintaannya itu," ujar Jihoon yang kini kembali terisak.

"Astaga !! dasar pria tua ! kau ten— Argghh !!"

Tiba tiba saja Jaehwan mengerang kesakitan, dengan tangannya yang memegang kepalanya erat erat.

"Hyung ! Kau kenapa?" panik Jihoon yang mendengar erangan Jaehwan tersebut.

Cukup lama Jaehwan tak menjawab pertanyaan Jihoon, dan hanya terdengar erangan kesakitannya, hingga sebuah cicitan suara pelan terdengar di telinga Jihoon.

Jaehwan mengatakan pada Jihoon bahwa ia juga tak mengetahui mengapa dirinya tiba tiba saja merasakan kepalanya yang berdenyut hebat saat selesai mendengar penuturan Jihoon tersebut.

"Hyung, bagaimana ini? Apa kau baik baik saja? Aku tak tahu bagaimana cara nya mengobatimu," ujar Jihoon dengan polosnya sambil mendudukkan dirinya mencoba mencari keberadaan Jaehwan yang tak dapat dilihat oleh maniknya sendiri.

Jaehwan mengambil nafas dalam dalam dan menghela nafasnya pelan.

"Aku tidak apa apa Jihoon-ah, mungkin itu hanya efek reaksi tubuh asliku yang terkoordinasi dengan jiwaku ini," ujar Jaehwan menurut pemikiran sesaatnya itu.

Kali ini Jihoon lah yang menghela nafasnya pelan. Ada sedikit kelegaan yang ia rasakan saat mendengar penuturan Jaehwan tersebut.

Tak lama sebuah ketukan pintu terdengar di depan pintu kamar yang di tempati oleh Jihoon.

Ceklek

Langkah kaki pemuda dengan nampan yang berada di tangannya kini mulai mendekat ke arah Jihoon dan Jaehwan.

Dengan cepat Jihoon menghapus jejak jejak cairan bening yang sempat menghiasi pipi dan juga maniknya itu.

"Ini untuk mu, makanlah, dan setelah nya kau dapat minum obat ini," ujar Daniel dengan suara nya yang enak di dengar di telinga Jihoon.

Sungguh rasanya Jihoon ingin Daniel berlama lama berada di dekatnya.

Baru saja Daniel hendak meninggalkan Jihoon setelah menaruh nampan dan obat di nakas meja, Jihoon dengan cepat memanggil nama Daniel berusaha mencegatnya.

"Ada apa?" tanya Daniel pada Jihoon.

"Mmm ... hyung, kalau boleh tahu mengapa Jaehwan hyung bisa di rawat di rumah sakit?"

Diam.

Daniel bergeming di tempatnya sambil menundukkan kepalanya itu, dan tak lama sebuah gendikkan bahu pelan Jihoon dapati atas pertanyaannya itu.

"Tunggu ... bukankah kau bisa bertanya pada Jjae mengenai hal itu? Mengapa kau menanyakannya padaku?" tanya Daniel menatap Jihoon.

Jihoon menggelengkan kepalanya pelan.

"Hyung, tak mengingatnya, atau lebih tepatnya tak semua memori Jaehwan hyung itu bisa diingat seutuh nya olehnya," ujar Jihoon jujur.

Dahi Daniel sedikit berkerut dan setelah nya kembali mendekati Jihoon.

"Apa Jjae ada disini?" tanya Daniel kembali.

"Tentu saja!, hyung selalu mengikutiku kemanapun aku pergi, bahkan kini ia sedang disebelahku," ujar Jihoon riang.

"Benarkah?"

Sebuah anggukan kepala cepat Jihoon berikan pada Daniel.

'Ah ... seandainya aku juga bisa mendengar suara Jjae sepertinya ... aku merindukanmu Jjae,'

........

TBC

Haii ... bagaimana nih ceritanya ? Masih semangat nunggu cerita nya kan?

Maaf ya kemarin harus skip 1 hari 😊, soalnya ternyata kerjaan seya ngga bisa ditinggal.

Seya masih WFO soalnya ngga ada WFH.

#NgabubuRead

See you next chapter

Leave a comment and vote
.
.
Seya

Is That You ? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang