Malam ini entah kenapa mood Naya benar-benar sedang tidak bersahabat, sudah kesekian kalinya ia bolak balik membuka fitur chat, entah pesan siapa yang ia harapkan menghiasi ponselnya malam ini. Mungkin karna sudah lelah akhirnya Naya memilih berjalan menuju meja belajarnya dan mulai membuka novel yang baru saja ia ambil dari dalam laci, gadis ini memilih menenggelamkan dirinya dalam novel itu daripada mondar mandir tidak jelas memikirkan hal yang sebenarnya ia juga tidak tahu.
Selang beberapa menit kemudian ponsel milik gadis itu berdering, sontak dengan segera ia berlari menuju nakas, dimana ponselnya berada.
Naya cukup bingung harus berekspresi senang atau kesal melihat nama Farul tertera pada layar ponselnya, cukup lama Naya menimbang apakah ia harus menekan tombol hijau atau merah pada layar ponselnya, karena terlalu lama berpikir akhirnya deringan ponselnya pun berhenti.
"Bodoh" katanya kepada dirinya sendiri
"Kelamaan mikir sih lo nay"
Naya kembali mondar mandir dalam kamarnya dengan ponsel dalam genggamannya, ia bimbang apakah ia harus menelfon kembali atau menunggu telfon dari Farul.
Deringan ponselnya kembali berbunyi dan tanpa berpikir panjang Naya langsung menekan tombol hijau, sebelum deringan itu kembali berhenti.
Cukup lama mereka berdua terdiam membuat Naya bingung sampai akhirnya suara yang selama ini mengisi hari-harinya terdengar diujung telfon
"Halo"
"Hmm" Naya hanya berdehem sebagai jawabannya
"Lo masih marah ya?" tanya orang yang berada diujung telfon.
"Gue minta maaf" dan kalimat itu tetap tidak mendapat jawaban dari gadis ini
"Kalau gitu gue matikan ya telfonnya"
"Ehh jangan" sontak kalimat itu keluar setelah mendengar penuturan dari Farul
"Iya deh, gue maafin" kata Naya akhirnya
"Ikhlas enggak?" tanya Farul mencoba menggoda Naya
"Iya, gue ikhlas" kata Naya
"Oke deh"
"Kok telfon gue yang pertama enggak diangkat?" tanya Farul yang sebenarnya dari tadi penasaran akan hal itu
"Itu gue lagi anu hmm lagi di toilet" kata Naya berbohong
"Lo lagi ngapain? Apa gue ganggu?" tanya Farul
"Ahh enggak kok" kata Naya yang mulai berjalan menuju meja belajarnya dan duduk dengan santainya
"Bagaimana dengan tawaran gue tadi sore?" tanya Farul yang belum mendapat jawaban dari tawarannya
"Yang mana?" Naya balik bertanya
"Soal pulang bareng tiap pulang sekolah"
"Bagaimana?" lanjutnya yang mengulang tawaran tersebut
"Hmm tapi janji ya lo gak akan ninggalin gue pulang sendiri" kata Naya memastikan
"Iya deh, janji gue"
Cukup lama Naya terdiam dan berpikir sampai jawaban yang di tunggu oleh Farul akhirnya keluar dari bibir gadis itu "Iya deh"
Jawaban yang mampu mengukir senyum Farul yang manis meskipun senyum itu tidak dapat dilihat oleh Naya
"Lo juga belum jawab pertanyaan gue" kata Naya yang merasa tidak adil
"Pertanyaan yang mana?" tanya Farul yang benar-benar tidak mengingatnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Monyet
Teen FictionHey, ayolah. Aku tahu, aku mulai merasakan cinta monyet. Tapi mengapa rasanya sedalam dan sesakit ini? Aku gadis 13 tahun menjalani pendidikan Sekolah Menengah Pertama. Pertama kalinya, aku jatuh hati karenamu dan patah hati karena pengkhianatanmu...