Saat ini dikelas Naya sedang belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia, gadis itu memang sedang menatap papan tulis yang ada di depannya dengan sangat serius, tetapi tak ada yang mengira bahwa pikiran gadis itu tidak tertuju pada isi papan tulis. Suara guru yang sedang menjelaskan memang menggema dalam kelas tetapi Naya hanya mendengarnya bagai angin lalu saja, dimana masuk telinga kanan keluar telinga kiri.
Naya memang benar-benar sedang memikirkan banyak hal, sesekali gadis itu melirik jam tangan yang melingkar pada pergelangan kirinya. Kegelisahan itu terpampang jelas oleh Gina membuat Gina juga terheran melihat teman bangkunya itu
"Lo kenapa sih nay?" tanya Gina yang mulai tidak tahan
"Ehh enggak papa kok" katanya sambil berusaha menampilkan senyum terbaiknya agar Gina percaya akan jawabannya dan benar saja Gina tidak lagi mempertanyakan hal tersebut
Naya kembali melirik jam tangannya dan menurut gadis itu waktu hari ini berjalan cukup lambat membuatnya sangat kesal
"Lo gak usah nungguin kayak gitu kali nay" kata Gina yang tidak melepas tatapannya dari buku tulisnya
"Ha? Maksud lo?" tanya Naya yang merasa heran
"Yang benar saja lo dari tadi liatin jam tangan terus, berharap waktu cepat berlalu atau berjalan lambat?" pertanyaan yang diajukan oleh Gina tidak mendapat jawaban dari Naya karna ia tidak tahu apakah hari ini ia berharap waktu berjalan cepat atau lambat
"Enggak tau" hanya itu jawaban Naya
"Terserah lo deh" pasrah Gina melihat temannya itu
Untuk kesekian kalinya Naya kembali melirik jam tangannya dan sebenarnya ia bingung untuk apa ia terus-terusan melirik jam tangan itu.
"Sedikit lagi" katanya saat melihat jam tangannya yang entah sudah keberapa kalinya
"Lo kayak senang banget kalau sebentar lagi jam pulang" kata Gina melirik ke arah Naya
"Siapa sih yang tidak senang kalau sudah jam pulang" Naya beralasan dan Gina membenarkan hal tersebut
Bel pulang berbunyi dengan nyaring dan seperti biasanya seisi kelas bersorak termasuk Naya dan kalian harus tahu ini pertama kalinya Naya bersorak saat mendengar bel pulang
"Tumben" kata Gina sambil membereskan perlengkapan sekolahnya
"Apanya?" tanya Naya yang melakukan hal yang sama
"Lo bersorak begitu saat bel pulang" kata Gina dan alhasil Naya tidak bisa menjawabnya
"Gue duluan ya, semoga berhasil" kata Gina setelah selesai membereskan barang-barangnya. Saat ini kelas mulai sepi dan Naya belum mau meninggalkan kelas meski sudah sejak tadi ia selesai membereskan perlengkapannya. Gadis itu melirik ponselnya seakan sedang menunggu pesan dari seseorang tapi notifikasi tak ada satupun yang masuk membuatnya tertunduk lesu
"Kenapa belum pulang?" suara itu sontak membuat Naya mengangkat kepalanya dan yang benar saja orang itu sudah ada dihadapannya
"Lo kenapa belum pulang?" tanyanya lagi mengulang pertanyaannya
"Nungguin lo" jawabnnya dengan polos dan jawaban itu membuat lawan bicaranya tertawa
"Lo kenapa?" tanya Naya yang heran melihat orang itu tertawa
"Gue nungguin lo di halte tadi dan lo nungguin gue di sini" jawabnya setelah tawanya mereda dan Naya hanya tersenyum kikuk
"Yaudah yuk" kata Farul sambil menarik pergelangan tangan Naya dengan lembut dan tatapan Naya tidak lepas dari tangannya yang bersentuhan dengan Farul, anggap saja Naya berlebihan tapi itulah yang dirasakan.
Mereka saat ini sedang menunggu bus dan tak ada percakapan apapun diantara keduanya, mungkin bisa dibilang tak ada yang ingin memulai duluan. Ingin sekali Naya memberikan jawabannya atas tawaran Farul tadi malam tapi ia bingung harus bagaimana.
"Ayo" kata Farul saat bus itu sudah ada didepannya dan kembali Farul menarik dengan lembut pergelangan tangan Naya.
Selama perjalanan, tidak biasanya mereka hanya terdiam. Biasanya mereka sibuk dengan berbagai obrolan, tetapi kali ini mereka hanya memilih terdiam. Naya masih mencari cara bagaimana harus memulai duluan, ia benar-benar bingung.
"Rul"
"Ehh udah sampai" potong Farul dan mereka turun dari bus setelah membayar sesuai tarif yang diberikan
"Sana gih pulang" kata Farul tersenyum. Naya mulai membalikkan badannya dan mulai melangkah tetapi baru beberapa langkah ia berhenti dan kembali membalikkan badan berhadapan dengan laki-laki itu.
"Kenapa?" tanya Farul bingung
"Kok lo gak nagih jawaban gue?" tanya Naya bingung dan Farul hanya tersenyum mendengar penuturan dari Naya
"Kok lo malah senyum sih" kata Naya mulai kesal
"Gue gak mau maksa lo, kalau gue tagih tapi malahan belum ada jawabannya, gimana?" katanya menjelaskan
"Tapi gue udah ada jawabannya" katanya dengan cepat
"Yaudah sampaikan jawabannya" kata Farul santai, ia terlihat tidak tegang sama sekali sedangkan berbanding terbalik dengan Naya. Apakah Farul juga deg-degan hanya saja ia dapat menyembunyikannya atau memang ia hanya santai saja
"Lo kok diam?" tanya Farul saat Naya tidak juga memberikan jawabannya
"Anu itu, lo bisa gak ngulang pertanyaan lo tadi malam?" minta Naya dan Farul hanya memperlihatkan ekspresi bingungnya. Cukup lama keduanya terdiam dan Naya hanya memilih menundukkan kepalanya
"Lo mau enggak jadi pacar gue?" tanya Farul dengan senyumnya yang manis, mendengar ucapan itu Naya mengangkat kepalanya dan ia dapat melihat senyum yang diukir oleh Farul
"Sekarang lo jawab" kata Farul
Naya mengangguk dan itu tentu membuat Farul bingung
"Apa?" tanya Farul
"Iya, gue mau" jawab Naya
"Mau apa?" Farul menggoda Naya, ia merasa gemas melihat Naya malu-malu seperti itu
"Iya, gue mau jadi pacar lo" kata Naya dan Farul tersenyum mendengar jawaban dari Naya
"Yakin?" tanya Farul
"Lah kok nanya gitu sih" kata Naya kesal
"Jawab aja" katanya
"Iya, yakin" jawab Naya
"Oke"
"Yaudah sana pulang" kata Farul dan mendengar itu Naya kembali membalikkan badan dan berjalan menjauhi Farul. Saat Farul sudah memastikan kalau Naya akan baik-baik saja, barulah ia kembali mengambil bus yang mengarah ke rumahnya.
Naya berjalan dengan senyumnya yang tidak kunjung memudar, ia membalikkan badan dan melihat Farul yang sudah naik kembali ke bus dan gadis ini kembali melangkahkan kakinya menuju rumahnya sedangkan di sisi lain, Farul sedang menikmati pemandangan jalanan kota yang sangat ramai dari balik kaca bus dan senyumnya kembali terukir saat mengingat kejadian barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Monyet
Teen FictionHey, ayolah. Aku tahu, aku mulai merasakan cinta monyet. Tapi mengapa rasanya sedalam dan sesakit ini? Aku gadis 13 tahun menjalani pendidikan Sekolah Menengah Pertama. Pertama kalinya, aku jatuh hati karenamu dan patah hati karena pengkhianatanmu...