Andervan Crissio

448 176 135
                                    

Disinilah awal mula cerita seorang CEO Avirrtan dimulai. Disebuah apartemen besar dan megah terletak di tengah kota Jakarta.

Tak banyak yang tahu kalau Ervan tinggal disini. Hanya satu alasannya, ia tidak ingin dicampuri segala urusannya. Hal ini membuat Ervan menjadi pribadi yang misterius.

Sikap nya yang suka memerintah dan tidak ingin dibantah merupakan gen yang ia dapatkan dari sang mama. Sikap nya juga tidak semenakutkan itu, ada kalanya manusia juga mempunyai sisi penyayang dan lembut.

Posesif? Erat kaitannya dengan Ervan. Apapun yang sudah ia targetkan untuk menjadi miliknya, haruslah menjadi miliknya.

"Ya ampun! Jam segini belum bangun?!" teriakan seorang wanita paruh baya sembari berkacak pinggang membuat Ervan tersentak.

"Sudah tau jam berapa sekarang?" wanita yang tak lain adalah Mama dari seorang Andervan itu berusaha menghilangkan debu-debu yang berterbangan di dalam kamar anaknya.

"Mama kenapa kesini sih?" tanya Ervan yang sama sekali tidak berminat membuka mata.

"Kenapa, kenapa. Kamu pikir kamu bisa hidup sendiri?" tungkas Mamanya menggebrak pintu kamar dan pergi keluar.

 Mama tunggu dibawah! Udah dibawain cumi tepung tuh!" teriak sang Mama dari bawah.

Sontak hal itu membuat Ervan membuka mata dan turun dari tempat tidurnya. Ia tidak peduli jika saja terbentur tangga karena nyawanya belum terkumpul sepenuhnya.

******************* ***************

"Lho? Kenapa papa ikutan kesini?" tanya Ervan yang duduk dan melihat Papanya membaca koran ditemani kopi susu buatan Mama.

"Suka-suka" jawab Papanya dingin.

"Ervan, kamu ini harusnya mencari istri saja. Umur kamu juga sudah tua buat cari istri." kata Mamanya yang tengah mengeluarkan cumi tepung dan seperangkat makanan lainnya ke piring.

"Mama kenapa bahas itu lagi sih?"

"Dibilangin. Ngeyel amat. Anak siapa sih kamu ini?" tanya Papanya yang telah melepaskan koran dari tangannya.

"Mas kamu kok gitu sih?" tanya Mama pada Papa yang hanya dijawab cengiran.

Ervan pun yang melihat dialog kedua orang tuanya hanya bisa menjulurkan lidah pada sang Papa yang masih berusaha mengejeknya.

"Udah tau anaknya cuma satu. Masih aja nggak diakuin." lanjut Ervan setelah puas mengejek Papanya.

"Mama sama Papa bisa bikin lagi kok. Kamu nggak usah khawatir. Ya, kan Ma?"

"Enggak. Udah tua juga." bola mata Mama berusaha merotasi menanggapi lelucon suaminya.

"Papa masih kuat kok." ucap Papa pada Mama ditambah ekspresi menggoda yang tidak bisa dikatakan.

"Kuat apa?" tanya Mama.

"Ya, kuat hidupin anak kedua kitalah. Apalagi?" tanya Papa.

"Udah. Biar Ervan aja yang cari istri. Denger, Van?" tanya Mama setelah Ervan tenggelam dalam percakapan nya dan suami.

Ervan mendongak. "Belum nemu yang serius, Ma."

"Ya, makanya cari dong. Jangan gila kerja aja kamu!" sarkas Mama.

Ervan hanya bisa mengangguk sambil berusaha menelan sesuap nasi kedalam mulutnya.

"Cari tuh yang body goals." ucap Papa yang dipelototi oleh Mama.

"Mak- maksud papa itu, yang pas gitu, Ma." kata Papa berusaha menjelaskan maksudnya.

"Terserah. Pokoknya Mama nggak mau tau! Tahun ini kamu harus sudah menikah!" ucap Mamanya.

EENVOUDIG [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang