20

107 71 27
                                    

" Zia! "

Ervan terburu-buru menghampiri tubuh Zia yang terkulai lemas dilantai. Banyak luka lebam yang terlukis diwajah cantik Zia.

Ervan kemudian membopong tubuh Zia untuk keluar dari gudang. Makian dan umpatan yang hendak Ervan keluarkan tak sempat dilakukannya sekarang.

Yang terpenting saat ini hati Ervan menyadari sesuatu. Tubuh dan pikirannya kalut saat gadis ini terluka. Entah sakit apa yang Tuhan sisipkan padanya itu.

" Mas, anter sendiri? " tanya Pak Satpam ketika mereka semua sampai di samping mobil Zia.

Ervan tidak menjawab dan masuk ke dalam mobil Zia. Tidak mengucapkan terimakasih pula pada orang-orang yang membantunya menemukan Zia.

" Minggir! " teriak Ervan ketika memundurkan mobil Zia.

" Mas pintunya? " tanya Pak Satpam itu. Masih sempat-sempatnya menanyakan hal itu pada situasi semencekam ini.

" Udah saya bilang, saya beliin selusin! Minggir! " teriak Ervan memarahi Pak Satpam lalu bergegas melajukan mobilnya.

***********************************
Rumah Sakit

" Ini dari tas pasien, ponselnya terus berbunyi, pak. " ucap seorang perawat pada Ervan yang terduduk di kursi tunggu.

Ervan mengambil tas Zia dan mengangkat panggilan telepon dari Ayah Zia.

Ervan gusar. Namun apapun itu, ia harus memberitahu keadaan Zia pada orang tuanya.

" Halo " ucap Ervan mengawali panggilan telepon itu.

" Halo? Ini siapa? "

" Saya Ervan, Om. Yang main ke rumah Om. " jawab Ervan.

" Zia kemana? "

Akhirnya Ervan menceritakan semua kejadian yang menimpa Zia. Terkecuali penyebabnya. Ia tidak tahu apa penyebab Zia terkulai di dalam gudang dengan segala luka lebamnya.

" Shit! Gue harus cari tau! "

Entah setan apa yang merasuki jiwa Ervan. Ia bercampur tangan dengan urusan orang yang tidak penting di dalam hidupnya.

Yang pasti, untuk saat ini dia ingin sekali menghancurkan orang yang telah melukai babu-nya.

15 menit kemudian...

" Ervan! " panggil Ayah Zia pada Ervan.

Ervan menoleh. Kemudian ia segera berdiri dan menyambut Ayah Zia.

" Gimana keadaan Zia? " tanya Ayah Zia khawatir.

" Belum tahu, Om. Dokter dari tadi belum keluar. " jawab Ervan kemudian mengajak Ayah Zia duduk disebelahnya.

" Om jangan sedih. Zia kuat kok. " ucap Ervan yang melihat raut kesedihan pada Ayah Zia.

" Zia sudah tidak punya Ibu, Nak " ucap Ayah Zia kemudian.

Ervan cengo, jadi itulah alasan kenapa raut wajah Zia berubah setelah ia bersendau gurau waktu itu?

Dan ya! Ervan ingat, dulu ia sempat menyalahkan kelakuan Zia atas nama Ibunya. Itu alasannya ia marah?

Ervan semakin frustasi. Ia sangat merasa bersalah karena mengolok-olok Zia waktu itu. Kenapa hatinya sesakit ini?

Dan jadi, alasan Zia pergi ke danau dan berteriak macam orang gila juga gara-gara Ervan?

Banyak sekali kesalahan Ervan pada Zia.

" Om selama ini merasa bersalah pada Zia. " ucap Ayah Zia lagi semakin bersedih.

EENVOUDIG [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang