4

207 143 78
                                    

" Masih yakin balik sendiri, lo? " tanya Zia pada Ervan yang kesusahan mengeluarkan mobil di parkiran.

" Bacot! Mending bantuin! " tungkas Ervan kesal karena sedari tadi diejek oleh Zia.

" Makanya gue niat anterin lo. Mobil biar disini aja. Nggak bakalan ada yang nyuri, lo tenang aja! " ucap Zia membuka pintu mobil Ervan dan menyeret tubuhnya masuk ke mobilnya.

" Jangan seret gue juga! Gue bisa jalan sendiri! "

" Nggak! Jalan lo lama! Udah sore! " teriak Zia memarahi Ervan.

" Gue juga nggak peduli tuh, mobil gue ilang. Toh, bisa beli lagi. " ucap Ervan kesal namun lirih.

" Apa? " tanya Zia yang mendengar sedikit gumaman Ervan, namun tidak jelas.

" Nggak! Cepet jalan! " perintahnya.

Zia menghembuskan napasnya kasar. Kenapa otak kecilnya akhir-akhir ini tidak berfungsi? Menolong orang asing bukanlah salah satu hal yang salah. Tapi hal itu malah dilakukan Zia akhir-akhir ini.

" Rumah lo mana? " tanya Zia menurunkan nada suaranya.

" Jalan Merpati! " jawab Ervan nge-gas.

Zia mulai menjalankan mobilnya di sore hari ini. Jam menunjukkan pukul 15.00 WIB.

" Lo anak baru, ya? " tanya Zia pada Ervan yang sama sekali tidak memandang Zia.

" Hm "

" Lo yakin, nggak kenal gue? " tanya Zia lagi. Pasalnya ia pernah mendengar suara yang sama persis dengan suara Ervan.

" Nggak penting! "

" Nama lo, siapa? " tanya Zia lagi.

Ervan lupa, ia menggunakan identitas palsu saat mendaftar di Kampus. Walaupun ia mengambil nama depannya saja. Ia mendaftar dengan nama Andervan Julian.

" Ervan " jawab Ervan.

" Gue Zia "

" Bodoamat! "

" Kok lo seolah udah akrab sama gue, gitu? Apa emang lo nge-gas juga sama orang asing? " tanya Zia tanpa menoleh pada Ervan.

" Bawel banget sih, lo! Nyetir aja yang bener! " teriak Ervan.

" Kayanya gue harus ekstra sabar deh buat ngadepin orang ginian. " kata Zia lirih pada dirinya sendiri.

Ervan sempat mendengar perkataan Zia.

" Apa lo bilang?! " tanya Ervan yang pastinya juga lebih nge-gas dari sebelumnya.

" Lo sabar aja, disamain juga kan kasta cupu lo sama gue? " ucap Zia.

Benar, Ervan juga ingat kalau Zia mendapatkan julukan " Miscup " yang artinya Miskin Cupu.

" Kenapa, lo dikatain cupu? " tanya Ervan sedikit tidak enak hati.

" Kepo! " bentak Zia membuat ginjal Ervan tersentil untuk men-sleding gadis disampingnya ini, sekarang juga.

Padahal hati nya tadi sedikit ingin peduli pada Zia. Walaupun sedikit. Ia pun selama ini tak pernah peduli dengan orang lain, kecuali orang terdekatnya saja.

" Lo kaget, ya? " tanya Zia kemudian tertawa terbahak-bahak.

Ervan hanya diam. Memendam semua amarahnya nanti sampai dirumah.

" Gue, juga nggak tau kenapa dipanggil begituan sama mereka. " ucap Zia ketika sudah menuntaskan tawanya.

" Lo kenapa nggak marah? " tanya Ervan.

EENVOUDIG [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang