18

141 85 32
                                    

Rumah Zia

" Na na na nana na na! "

Zia menggoyangkan tubuhnya sembari memasak cumi goreng kesukaan ayahnya. Entah kenapa setiap hari Ayahnya mampu makan cumi-cumi.

" Seneng banget kayaknya! " ucap Ayah ketika mendapati Zia tengah bersenandung ria di dapur.

" Iya dong! "

Ayah kemudian duduk dan menikmati kopi susu buatan anaknya.

" Ada apa emang? " tanya Ayah setelah meneguk kopi susunya.

" Berhasil ngerjain orang " jawab Zia tertawa puas.

" Siapa? Kamu jangan usil! " ucap Ayah menasihati.

Namun Zia tetap bersenandung ria sambil terus bertempur dengan wajannya.

Lima belas menit kemudian sarapan  jadi. Zia membawa cumi goreng ke meja makan. Ia juga tak lupa membawa nasi goreng untuk sarapannya dan susu stroberi dingin.

" Nggak bosen kamu sama susu stroberi? " tanya Ayah.

" Nggak bosen emang ayah sama cumi-cumi? " tanya Zia balik.

Kemudian Ayah tersenyum. Ada-ada saja jawaban putri semata wayangnya itu.

Ting Tong!

Suara bel rumah berbunyi menandakan ada tamu datang.

" Jarang banget punya tamu sepagi ini. Biar Ayah aja yang buka. " ucap Ayah kemudian bangkit dari duduknya.

Zia hanya mengangguk. Ia masih melanjutkan acara sarapannya.

Tak berapa lama kemudian Ayah tengah berbincang dengan tamu itu.

Zia mengakhiri sarapannya dengan minum susu stroberi dingin kesukaannya.

" Selamat pagi! " sapa seseorang pada Zia.

Zia menoleh pada sumber suara, seketika itu juga air susu yang belum sempat mencapai kerongkongannya kembali ia keluarkan.

" Zia! " ucap Ayah panik.

Zia juga kaget dengan responnya terhadap kedatangan Ervan. Zia kemudian mengelap bagian yang basah karena tumpahan susu.

Ervan kemudian menghampiri Zia di meja makan. Menatap Zia dengan tatapan aneh. Ingin balas dendam?

" Kamu nggak papa? " tanya Ervan pura-pura panik. Dan kalimat apa itu barusan? Kamu?

" Ngapain lo kesini? " tanya Zia ketus.

" Zi! Temennya kan lagi kesusahan, masa nggak boleh kita kasih bantuan. " ucap Ayah membela Ervan.

Apa? Kesusahan? Adakah kamus kesusahan didalam hidup seorang Andervan Crissio?

Ervan hanya tersenyum tipis. Mungkin ia tak terima, namun apa boleh buat.

" Udah kamu makan aja, tapi cuma gini lauknya. " ucap Ayah kemudian duduk disebelah Ervan.

Ervan menatap lauk pauk yang terhidang dimeja makan Zia. Olahan cumi apapun akan Ervan santap karena ini merupakan makanan kesukaan Ervan.

" Ini makanan kesukaan saya, Om! " ucap Ervan kemudian mengambil piring dan menuangkan makanan ke dalam piringnya.

" Ini Om yang masak? " tanya Ervan ketika mengunyah nasi.

" Telen dulu! " ucap Zia pada Ervan.

Ervan kemudian menelan nasinya dan meminta minuman pada Zia.

" Minum? " tanya Ervan pada Zia.

" Nyusahin! " ucap Zia kemudian pergi ke dapur untuk mengambil minuman.

EENVOUDIG [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang