5

208 136 51
                                    

" Kenapa lo kesini? " tanya Ervan pada Zia yang masih bertengger di mobilnya.

" Cepet! Ntar telat! Gue ada kelas jam 10! " teriak Zia menjawab pertanyaan Ervan.

Entah jin apa yang merasuki Ervan, ia bergegas mengunci pintu dan berjalan masuk kedalam mobil Zia.

**************** ******************
Di dalam mobil

" Kenapa lo kerumah gue? " tanya Ervan pada Zia.

" Gue tau, mobil lo masih di kampus. Ya gue kan cerdas plus baik. Jadi, gue samperin lo! " jawabnya tanpa menoleh pada Ervan.

" Lo nggak naksir gue, kan? " tanya Ervan menyelidiki.

" Bwahahahaha!! " gelak tawa Zia kembali terdengar. Kali ini lebih kencang.

" Gue bantu lo, atas dasar kasta lo sama gue sama. Sesama cupu harus tolong-menolong. " jawabnya setelah tertawa.

Ervan diam tak menjawab. Ia juga bingung harus menjawab apa.

" Lo udah sarapan? " tanya Zia.

Ervan menggeleng. " Belum "

" Punya uang buat beli, nggak? " tanya Zia .

Dan pertanyaan itu seketika membuat ginjal Ervan kembali tersentil untuk menendang wajah Zia, sekarang juga.

Selama 25 tahun hidup, pertanyaan inilah yang tidak pernah muncul dalam daftar pertanyaan Ervan.

" Lo kira gue miskin?! "

" Eh. Santai, dong. Kan gue nanya baik-baik. " ucap Zia.

" Lo sama sekali nggak ada takut-takutnya sama gue?! Ha?! " sarkas Ervan semakin meledak.

Kemudian Zia menoleh kesamping. Ervan terlihat meledak-ledak. Itu pemandangan yang kini Zia lihat. Lalu Zia mengabaikan dan memilih fokus berkendara.

" Ngapain sih, nge gas banget. Masih pagi, dan lo belum sarapan. " jawab Zia.

" Bodoamat!! "

Hening. Tak ada percakapan setelah itu. Zia yakin Ervan masih marah, terbukti ketika sampai dikampus Ervan langsung bergegas meninggalkan Zia dimobil.

" Dasar orang gila! Nggak tau diuntung! " ucap Zia pada Ervan yang telah lenyap entah kemana.

" Untung gue baik. " lanjutnya lagi sambil membuka pintu mobil.

" Dua cupu, pacaran ternyata? " ejek Reinna yang tiba-tiba sudah berdiri dihadapan Zia.

Zia memutar bola matanya malas.

" Mending lo fokus sama sapi-sapi lo aja, deh! Pacaran itu perlu modal. Modal si Ervan nggak mungkin cukup buat beliin lo barang mahal! " lanjut Reinna.

" Gak perlu. Gue bukan orang bego, yang bisanya ngabisin duit orang. " ucap Zia lalu melenggang pergi.

" Apa lo bilang?! " sarkas Reinna.

Reinna seperti kemarin, hendak mendorong Zia agar terjatuh kembali dan mempermalukannya. Namun kali ini Zia sudah membalikkan badan ketika tangan Reinna menyentuh pundaknya.

Zia mencekal tangan Reinna kuat.

" Cukup sampai disini. Kalau masalah lo sama gue, jangan jadiin Ervan sebagai pelengkap. Itu kalau lo masih sayang sama nyawa! " ucap Zia tegas tepat ditelinga Reinna.

Reinna melotot, kaget sekaligus heran. Beraninya Zia mengancamnya sedemikian rupa dan tiba-tiba menghempaskan tangannya kasar. Reinna terhuyung ke belakang,untung saja tidak jatuh.

EENVOUDIG [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang