27

51 21 1
                                    

"Makasih, ya." ucap Zia yang telah turun dari motor lelaki itu. Lelaki tersebut menjawab Zia dengan anggukan dan senyumannya lagi.

"Emm... nama lo?" tanya Zia ketika lelaki itu sudah ikut turun dari motor dan berdiri dihadapannya. Zia hanya setinggi bahu lelaki itu.

Lelaki itu mengulurkan tangannya pada Zia, "Rendy."

Zia dengan senang hati menjabat tangan Rendy dan memperkenalkan dirinya juga, "Gue Zia."

"Salam kenal, Zia. Gue masuk dulu, ya." pamit Rendy kemudian melepas jabatan tangan dari Zia dan beranjak pergi.

Zia hanya menatap punggung Rendy yang semakin mengecil dan hilang dibalik pintu besar kantor ini.

Tuk!

"Aw!" Zia merintih kesakitan sambil memegang kepalanya yang sakit.

"Lo yang namanya Zia? Sekretaris pribadi Ervan?" tanya orang itu setelah menepuk kepala Zia dengan gulungan kertas.

"Siapa lo?" tanya Zia sinis pada laki-laki yang tengah tertawa melihatnya.

"Kenalin, gue Reza. Temen sekaligus direktur disini." ucap Reza mengulurkan tangannya pada Zia.

Zia memandang tangan Reza malas, "Harusnya sih, tangan lo ini buat minta maaf dulu. Baru kenalan."

Reza kemudian menarik kembali tangannya dan tertawa lagi. Ia melihat penampilan Zia dari atas ke bawah dan kembali lagi.

"Kenapa lo liatin gue sambil ketawa gitu?" tanya Zia lebih sinis dari sebelumnya dan mundur satu langkah dari Reza.

Reza kemudian menghembuskan napasnya pelan dan menghentikan tawanya. "Nggak salah, lo cantik juga. Ikut gue!"

Zia membelalak kaget dengan kalimat Reza tadi. Ia memang mengakui kalau dirinya cantik, tapi kenapa laki-laki itu berterus terang seperti itu?

Zia memandang Reza yang menghentikan langkahnya. "Kenapa lo masih disitu?"

Zia kemudian membuyarkan pikirannya dan langsung mengekori Reza dibelakang. Zia dan Reza masuk kedalam kantor ini.

Zia membelalakkan matanya, ia takjub dengan desain kantor ini. Karyawan yang banyak dan tempat yang bersih. Kantor ini menyediakan kantin dan ruang gym.

Banyak karyawan yang menyapa Reza dan Zia selepas mereka memasuki kantor ini. Banyak juga yang berbisik-bisik, bertanya siapakah wanita yang dibawa oleh direkturnya itu.

Zia membalas sapaan mereka dengan anggukan kepala, dan ia telah menyadari bahwa ia lah yang paling muda disini. Karena karyawan yang magang pun terlihat berumur 24 tahunan.

"Masuk situ, tugas lo cuma nemenin Ervan dan melakukan semua perintahnya." ucap Reza menunjuk suatu ruangan bertuliskan CEO itu.

"Gue udah bilang sama dia, kalau jadiin gue bagian administrasi atau apalah. Yang penting jauh sama dia." bisik Zia pada Reza yang membuat alis pria itu hampir menyatu.

"Jadi?"

Zia menghembuskan napasnya panjang, "Jadi, jadiin gue karyawan biasa aja. Terserah apa aja, kalau bisa bagian admin."

Reza mengangguk. Kemudian ia sejenak berpikir. "Tapi administrasi nggak ada lowongan."

Zia bingung, "Adanya apa?"

Reza segera menjentikkan jarinya, sebuah ide cemerlang terlintas dikepalanya. "Jadi OB atau OW. Cuma itu yang masih ada. Gimana?"

Zia berpikir sejenak, lalu ia menganggukkan kepalanya puas. "Iyadeh, daripada gue ngekorin Ervan."

EENVOUDIG [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang